Lelaki itu masih terus saja melangkahkan kakinya mendekati Mikayla, sampai akhirnya langkah Mikayla terhenti karena jalannya sudah buntu, Mikayla melirik belakangnya dan ternyata tubuhnya mengenai meja.
Mikayla memejamkan matanya kuat, apa yang akan dilakukan lelaki itu kenapa terus saja mendekat.
Mikayla mengangkat tangannya menghalang dada lelaki itu, tapi masih saja mendekat dan menekan tahanan tangan Mikayla.
"Terimakasih," ucapnya tepat di telinga Mikayla.
Mikayla kembali membuka matanya, dan kembali menatapnya saat tubuh itu telah menjauh darinya.
"Terimakasih, aku senang."
Mikayla mengernyit, apa maksudnya kenapa bicara seperti itu, memangnya apa yang telah dilakukan Mikayla sampai membuatnya berterimakasih seperti itu.
"Jangan takut, aku tidak akan mengigit mu."
Mikayla berpaling, tidak tahu harus mengatakan apa, dan kemana tiga lelaki itu kenapa menghilang dan justru digantikan oleh lelaki yang sekarang ada di hadapannya.
"Jangan seperti itu."
Mikayla kembali menoleh tanpa mengatakan apa pun juga, lelaki itu tersenyum, senyuman yang begitu manis yang pernah Mikayla lihat.
"Sana keluar, aku mau ganti baju."
Mikayla mengangkat kedua alisnya, keluar, kenapa harus meminta Mikayla keluar sekarang.
Mikayla masih ingin melihatnya, apa lagi senyumannya, Mikayla pasti akan selalu meningat senyuman itu.
"Kamu mau melihat ku berganti baju?"
Mata Mikayla membulat seketika itu pula, kalimat macam apa itu kenapa buruk sekali, Mikayla menggeleng dan langsung berlalu meninggalkan lelaki itu.
Masa iya Mikayla harus melihatnya berganti baju sekarang, bisa-bisa mata Mikayla bengkak jika mengintipnya ganti baju.
Mikayla meliriknya dan tersenyum sesaat, sampai akhirnya Mikayla menutup pintu tersebut, siapa dia kenapa tidak mengajaknya kenalan saja karena Mikayla tidak akan menolaknya.
"Mika," panggil Niara.
Niara dan Devan tampak menyusul, keduanya menghampiri dan menghebuskan nafas leganya bersamaan.
Akhirnya mereka bisa menemukan Mikayla sekarang, keduanya memperhatikan Mikayla dengan seksama dan sepertinya memang baik-baik saja.
"Kalian kenapa?" tanya Mikayla datar.
"Kamu gak apa-apa kan?" tanya Devan.
Mikayla menggeleng, memangnya kenapa dengan Mikayla bukankah sejak tadi juga Mikayla tidak apa-apa.
"Mereka tidak melakukan apa pun kan sama kamu?"
"Enggak, memangnya kenapa?"
"Tadi kan mereka seret kamu," ucap Niara.
Mikayla mengangguk, itu memang benar tapi Mikayla tidak apa-apa, dan mereka pasti bisa melihat jika Mikayla memang baik-baik saja.
"Aku gak apa-apa kok, lihatlah aku justru lebih baik kan sekarang, lihat seragam aku bersih lagi dan baru."
Keduanya memperhatikan seragam Mikayla, memang benar sangat terlihat jelas jika seragam Mikayla memang baru.
"Mereka belikan baju buat kamu?"
"Enggak, kalian juga gak tahu kan, kalau di dalam ruangan ini ada seragam untuk ganti."
"Maksudnya?" tanya Devan.
"Iya benar, aku juga ambil ini di dalam, aku juga baru tahu kalau disini ada seragam."
"Bagus ya, sekolah memang menyediakan semuanya untuk muridnya."
"Itulah, aku sangat tidak menyesal memilih sekolah ini."
Niara mengangguk begitu juga dengan Devan, baguslah kalau memang seperti itu, jadi Mikayla bisa kembali mengikuti pelajaran dengan seragam yang rapi dan bersih.
"Kalian kok kesini sih, bukannya tadi lagi makan?"
"Gimana kita bisa makan sih, kamu saja diseret sama mereka." ucap Niara.
"Tahu, kamu gak peka banget sama perhatian kita." tambah Devan.
Mikayla tersenyum dan mengangguk, tentu saja Mikayla tahu tentang itu karena Miayla bisa mengerti dan merasakannya juga.
"Terimakasih ya, aku senang punya teman seperti kalian."
Niara dan Devan saling lirik, ketiganya tersenyum bersamaan, mereka harus selalu saling memperdulikan satu sama lain.
"Ya sudah, ayo kita ke kelas sekarang saja lagi pula jauh kelas kita." ucap Devan.
Dua wanita itu mengangguk setuju, memang benar dan sekarang mereka harus segera datang ke kelas, karena mereka akan malu jika sampai terlambat datang.
Lelaki itu kembali keluar, dan terdiam menatap punggung Mikayla yang semakin menjauh itu, senyumannya perlahan kembali terlihat.
----
Nina tengah sibuk mengurus masakannya saat ini, sebentar lagi pemesan akan datang untuk mengambilnya, jadi Nina harus segera menyelesaikannya.
Mikayla ternyata pulang sore dan memang tidak bisa membantu Nina, tapi tidak masalah karena Nina hanya ingin Mikayla fokus saja dengan sekolahnya, biar Nina yang berjuang untuk hal lainnya.
Nina melihat jam di ponselnya, sebentar lagi pemesannya akan datang, Nina mematikan kompornya dan menyiapkan masakannya di wadah.
Untunglah, Nina memulai masakanya lebih awal dari biasanya sehingga semua bisa selesai tepat waktu.
Sekarang Nina tinggal menyajikan semuanya di depan, dengan semangatnya Nina membawa semua masakannya itu dan menatanya di meja.
Nina melakukannya berulang-ulang, sampai semua masakannya itu dipindah ke depan rumahnya, sekarang Nina tinggal menunggu mereka yang akan membeli masakannya.
Nina kembali masuk dan merapikan dirinya, Nina tidak boleh berantakan agar pembeli pun suka melihatnya, dengan begitu mereka akan suka dan membeli masakannya juga jika melihat pedagangnya rapi.
Nina kembali ke luar dan duduk di kursi, Nina berkutat dengan ponselnya sambil menunggu mereka yang pasti akan datang.
"Permisi, Bu."
Nina menoleh dan langsung bangkit, akhirnya datang juga orang yang ditunggunya.
"Selamat sore Bu, mau diambil sekarang?"
"Iya, sudah selesai kan?"
"Sudah kok, sebentar saya bawa dulu ya."
"Iya silahkan."
Nina lantas berlalu untuk mengambil masakannya di dapur, Nina memang tidak membawanya tadi, karena memang itu masakan yang berbeda.
"Eh, Bu Dewi, beli masakan juga."
"Iya Bu Rini, mau makan tapi malas masak."
"Iya, gak usah masak Bu, kan disini ada masakan siap saji jadinya tidak perlu repot."
"Iya Bu, mana masakannya enak, suami sama anak saya suka."
"Bagus dong Bu, saya juga pesan untuk keluarga besar."
"Oh iya?"
"Iya, Bu."
Rini mengangguk, baguslah berarti memang Nina berbakat dalam memasak, dan itu bisa jadi sumber keuntungan bagi Nina juga.
"Eh, ada Bu Rini, mau beli, Bu?"
Nina telah kembali sengan membawa masakan milik bu Dewi tadi, Nina memberikannya dengan hati-hati.
"Aduh, terimakasih banyak ya, Bu."
Dewi menerima masakannya tersebut, baguslah masakannya selesai tepat waktu sehingga tidak membuat mereka menunggu lama.
"Ini uangnya," ucap Dewi memberikan bayaran.
"Terimakasih banyak ya Bu, kalau mau pesan lagi silahkan datang."
Nina menerima uangnya, Dewi lantas pamit dan berlalu meninggalkan tempat Nina.
"Jadi bisa juga pesan seperti itu?" tanya Rini.
Nina menoleh dan mengangguk, Nina tersenyum ramah pada Rini, tentu saja bisa karena Nina tidak akan menolak rezeki yang datang padanya.
"Ibu, kalau mau pesan bisa kok, Ibu tinggal catat saja semuanya dengan jelas, dan nanti saya akan buatkan."
"Iya, nanti saya kesini kalau memang perlu."
"Iya Bu, silahkan sekarang mau beli apa?"
"Oh iya, saya mau ayam sama tempe ya, Bu."