Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 6 - Bab6. Aneh

Chapter 6 - Bab6. Aneh

Kegiatan hari itu tengah berlangsung, mereka mengikuti setiap kegiatan di hari itu, mereka jadi semakin mengenal satu sama lain meski pun belum sepenuhnya.

Kegiatan seperti itu memang selalu berhasil mempererat hubungan satu sama lain, mereka jadi mendapatkan teman baru di sekolah itu, meski ada juga yang sudah berteman sebelum masuk ke sana.

Mikayla terlihat bahagia mejalani MOSnya, setelah beberapa hari di sekolah itu, Mikayla merasa tidak salah memilik sekolah.

"Mika, istirahat ke kantin bareng."

Mikayla menoleh dan melihat Devan di sana, itu bukan masalah karena memang dekat, jadi selain Niara yang bersamanya ada juga Devan.

Mereka bertiga sekarang, dan itu menambah hari Mikayla menyenangkan, meski hanya bertiga saja tapi Mikayla merasa lengkap berteman dengan Niara dan Devan.

Mereka juga sudah tahu siapa senior yang setiap hari bersamanya, meski kadang masih kerap lupa dengan namanya.

"Oke, kumpul semuanya." ucap senior

Mereka semua berkumpul, matahari sudah ada tepat diatas kepala mereka, panas sekali dan mereka juga sudah lelah dengan semuanya.

"Sekarang kalian istirahat, setelah itu boleh pulang, besok sehari lagi untuk pembagian kelas jadi kalian harus hadir agar lusa tidak bingung kelas kalian dimana."

"Iya, Kak." jawab mereka kompak.

"Ya sudah, terimakasih untuk kekompakan hari ini, silahkan beristirahat."

Mereka membubarkan diri, meraih tasnya dan berpencar menuju tempat pilihannya sendiri.

Ada yang berjalan mengitari area sekolah untuk tahu sejauh mana luas sekolah itu, ada juga yang duduk dibawah pohon-pohon di sana, dan tak sedikit juga yang pergi ke kantin.

Termasuk juga Mikayla dan dua temannya, sesuai dengan ajakan Devan, mereka sekarang sudah ada di kantin.

Ketiga telah memesan beberapa minuman dan makanan, mereka duduk menunggu pesanan itu diantarkan.

Mikayla melihat sekitar, rasanya Mikayla ingin buang air saat ini, tapi dimana toiletnya karena selama ada di sekolah, Mikayla tidak pernah ke toilet.

"Kamu kenapa, Mik?" tanya Devan.

"Aku mau ke toilet nih, dimana ya?"

"Kamu gak tahu?"

"Enggak, aku belum pernah ke toilet sekolah."

"Kalau dari sini, kamu keluar saja, ke kanan nanti belokan kiri ke dua ada toilet."

"Jauh ya?"

"Lumayan sih, tapi memang ada disana."

Mikayla mengangguk, baiklah dari pada Mikayla pipis di celana, lebih baik mengejar toilet yang jauh itu.

"Aku pergi dulu ya, makanan sama minuman aku jangan sampai dihabiskan."

Niara berdecak dan mendorong pelan Mikayla untuk segera pergi saja, Mikayla sedikit tertawa dan berlalu pergi meninggalkan keduanya.

"Teman kamu itu lucu," ucap Devan.

"Teman aku .... teman kita."

Kedua tersenyum bersamaan, itulah yang peling benar, dan ya biar Devan saja yang mengalah.

"Silahkan Neng," ucap pemikik warung.

Makanan pesanan mereka telah datang, tapi Mikayla belum kembali saat ini, dan mereka tidak bisa menunggu sampai Mikayla kembali.

"Makan duluan kali ya?" tanya Niara.

"Duluan sajalah, lagi pula Mikayla juga kapan kembali"

Niara mengangguk, keduanya mulai menikmati pesanannya, biarkan saja mereka akan makan perlahan agar bisa menemani Mikayla makan juga.

----

"Mana sih, belokan kedua kan ini, berarti toiletnya dekat sini."

Mikayla berjalan perlahan, Mikayla takut salah jalan dan akan kesulitan untuk kembali ke kantin.

"Kayaknya benar ini, kan Devan bilang juga belokan kedua."

Mikayla mengangguk dan mempercepat langkahnya, banyaknya orang disana cukup membuat Mikayla merasa canggung.

"Nah kan, benar juga."

Toiletnya telah ditemukan, dan Mikayla langsung memasukinya, rasanya sudah tidak bisa lagi untuk menahan.

"Besok sajalah, kan besok di aula kita yang urus."

"Yakin, sekarang saja, kan sekarang juga sudah selesai jadi bebas saja."

"Gak usah, besok saja, lebih tenang besok dan bisa lebih jelas juga."

"Jelas dilihat orang?"

"Begitulah."

"Hahaha."

Mikayla mengernyit mendengar percakapan itu, perasaan Mikayla masuk toilet perempuan, atau mungkin toilet di sekolah ini berbarengan laki-laki perempuan.

Mikayla memejamkan matanya dan menggeleng, tidak mungkin sekola pilihannya adalah sekola elit jadi toiletnya pasti dipisah.

"Penasara juga seperti apa saat mrs.kulkas ini mendekati gebetannya."

"Kita tunggu saja akan seperti apa jurusnya."

"Apaan sih kalian ini, berisik tahu gak, juru apa memangnya harus pakai jurus segala?"

Mikayla mengangkat kedua alisnya, siapa sebenarnya yang sedang berbincang di luar sana, kenapa suaranya tetap dititik itu, apa mereka tidak akan pergi dari sana.

"Atau, mereka penjaga toilet." ucap Mikayla pelan.

"Sudahlah, kenapa jadi bincang ditoilet seperti ini sih, ke kantin sajalah."

"Ya sudah, ayo"

Mikayla mendengar langkah kaki yang semakin menjauh dari tempat itu, baguslah karena mereka telah selesai bertahan di sana.

Mikayla segera menyelesaikan urusannya disana, sayang juga karena makanannya diabaikan di kantin.

Mikayla keluar dan melihat sekitar, tidak ada siapa pun disana, baiklah Mikayla tidak perlu memikirkan siapa mereka yang tadi berbincang disana.

"Sekarang aku lapar, dan lebih baik aku ke kantin karena pesanan pasti sudah ada di meja."

Mikayla tersenyum dan melangkah, Mikayla ingata jalan menuju kantin sehingga tidak akan lama untuk bisa kembali ke sana.

"Hey, tunggu."

Mikayla menoleh saat mendengar suara itu, siapa dan untuk apa memanggilnya.

"Mikayla kan?" tanyanya.

"Iya, ada apa, Kak?" tanya Mikayla ragu.

Mikayla tidak tahu orang dihadapannya itu senior atau bukan, karena Mikayla tidak mengingat semua anak baru.

"Aku Dea, senior kamu." ucapnya.

Mikayla mengangguk hormat pada Dea, baguslah karena Mikayla mendapatkan kejelasan tanpa susah payah.

"Ada apa, Kak?"

"Aku mau kasih ini." ucapnya seraya memberikan amplop pada Mikayla.

"Itu apa, Kak?"

"Ambil saja, lihat sendiri."

Mikayla menerimanya dengan ragu, apa ini semacam hukuman untuknya, seperti di film tv hukuman melalui amplop.

"Kamu buka itu di rumah, jangan disini."

"Memangnya kenapa?"

"Gak usah banyak tanya, ikuti saja."

Mikayla mengangguk, perasaannya mulai tak karuan sekarang, benarkah Mikayla akan mendapatkan hal buruk lagi besok.

Tapi kesalahan apa yang telah dilakukannya, atau mungkin karena ketahuan menguping saat tadi di toilet.

"Kamu kenapa?"

"Hah .... emmm .... enggak, enggak apa-apa."

"Ya sudah sana pergi."

Mikayla mengangguk dan berlalu begitu saja, biarkan saja apa pun isi amplop itu Mikayla tidak akan membukanya.

Mikayla akan hadapi apa pun yang akan terjadi besok, karena kalau Mikayla buka dan tahu isinya, Mikayla pasti akan takut ke sekolah apa lagi jika benar kalau isinya adalah ancaman.

Mikayla berlari ke kantin dan menghampiri Devan juga Niara disana, Mikayla langsung memasukan amplop itu ke tasnya.

"Kamu kenapa?" tanya Niara.

Mikayla tak menjawab dan langsung meneguk minumannya, Mikayla juga langsung melahap makanannya.

Devan dan Niara hanya bisa menatap heran Mikayla saat ini, tanpa ada yang bisa dimengerti.