Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 5 - Bab5. Siapa Dia ?

Chapter 5 - Bab5. Siapa Dia ?

Pagi Hari, Mikayla telah sampai di sekolah, ia berangkat lebih pagi dari hari kemarin, tentu saja Mikayla ingin menurunkan topi Niara yang mungkin masih di atas pohon.

Mikayla berjalan mendekati pohon tersebut, melihat ke atas sana dan memang benar, topi itu masih tersangkut disana.

Mungkin topi itu harganya gak seberapa, tapi bukan perihal nominal uangnya, ini lebih kepada menghargai dan menjaga apa yang telah dimiliki.

Mikayla melihat sekitar, susana memang masih lumayan kosong, sepertinya tidak akan ada masalah meski Mikayla berusaha untuk memanjat pohon tersebut.

"Ayo Mika, kamu bisa menurunkan topi itu, pasti bisa." ucap Mikayla meyakinkan dirinya sendiri.

Mikayla kembali melihat topi itu dan mulai berfikir cara untuk memanjatnya, Mikayla mengelilingi pohon tersebut, mungkin saja ada sesuau yang bisa membantunya untuk memanjat.

"Tidak ada apa pun, pohonnya susah dipanjat kalau seperti ini."

"Cari apa Neng?" tanya satpam.

Mikayla menoleh dan tersenyum, bagus sekali karena ada lelaki yang menghampirinya.

"Pak, tolong dong bawakan topi aku."

"Topi?"

"Iya, tuh topi." ucap Mikayla seraya menunjuk topi di atas sana.

"Laaah, gimana sih Neng, kok bisa nyangkut di sana?" tanya satpam dengan ekspresi bingung.

"Iya, kemarin ada senior yang usil, topinya di lempar kesana."

Satpam itu berdecak dan menggeleng, selalu saja ada yang mengalami hal seperti itu setiap kali menerimaan siswa dan siswi baru.

"Bapak mau kan bantu aku?" tanya Mikayla penuh harap.

"Bisa saja Neng, tapi harus bawa tangga dulu, itu tinggi."

"Ya udah gak apa-apa, dimana tangganya, biar aku bantu bawa."

"Gak perlu, Neng tunggu saja dulu, nanti Bapak kembali lagi ya."

"Ya sudah, terimakasih ya Pak."

"Sama-sama."

Satpam itu lantas pergi meninggalkan Mikayla, sedikit mengecewakan, padahal satpam itu laki-laki tapi tidak bisa memanjat pohon.

Mikayla duduk di bawah pohon itu, Niara belum datang sampai sekarang jadinya Mikayla tidak ada teman.

Mikayla mengeluarkan ponselnya dan berkutat disana seraya menunggu satpam, Mikayla sudah sedikit mengerti dengan ponselnya itu, jadi bisa melakukan banyak hal di sana.

"Boleh cari tempat duduk lain gak?"

Mikayla menoleh mendengar suara tersebut, tentu saja Mikayla langsung bangkit karena sepertinya lelaki itu keberatan dengan keberadaan Mikayla disana.

"Maaf, Kak." ucap Mikayla seraya mengangguk hormat.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

"Aku mau ambil topi itu."

Mikayla menunjuk topi yang tersangkut itu, lelaki itu mengangguk dan langsung memanjat pohonnya tanpa mengatakan apa pun juga.

Mikayla menatapnya tak percaya, apa lelaki itu keturunan monyet zaman purba, pintar sekali ia memanjat bahkan tanpa bantuan apa pun.

Tak lama kemudian, lelaki itu kembali turun dan memberikan topi tersebut pada Mikayla.

"Ini kan?" tanyanya.

Mikayla mengangguk dan menerima topinya, Mikayla masih terdiam dengan rasa tidak percayanya itu.

"Lalu apa lagi?"

"Hah .... oh, eng .... enggak, enggak udah kok ini saja."

"Ya sudah sana pergi."

"Pergi ya?"

"Ya iya pergi, mau apa lagi?"

Mikayla menggeleng dan berlalu pergi seraya berteriak terimaksih, lelaki itu tersenyum dan menggeleng melihat tingkah Mikayla.

Ia lantas duduk di tempat tadi Mikayla duduk, sekarang ia bisa bersantai di sana menikmati udara pagi.

"Mika," teriak Niara yang baru sampai sekola.

"Ara."

Keduanya berpelukan beberapa saat, akhirnya teman satu-satunya itu telah datang, dan sekarang Mikayla tidak lagi sendirian.

"Baiklah, ini aku kembalikan."

"Topi?" tanya Niara heran saat melihat topi di tangan Maikayla.

"Masa lupa topi sendiri," ucap Mikayla seraya memakaikan topi tersebut.

"Kok bisa?"

"Bisalah, Mikayla gitu loh."

Niara mengernyit dan terdiam menatap Miakayla, apa benar Mikayla memanjat pohon itu sendiri.

"Gak mungkin," ucap Niara seraya menggeleng.

"Apanya yang gak mungkin?"

"Kamu bawa ini gimana caranya?"

"Aduh, ribet."

"Kok ribet?"

"Ya ribetlah, ngapain sih harus tanya-tanya kayak gitu?"

"Ya harus jelaslah, jangan-jangan kamu beli ya, sengaja beli buat aku?"

"Ih .... aku gak banyak uang Niara, buat beli topi aku saja ini satu, perlu berhari-hari aku kumpulkan uangnya."

Niara kembali mengernyit, jadi benar kalau topi ini adalah topi yang dilempar senior kemarin.

"Masih difikirkan saja, kenapa sih gak percaya kalau itu topi yang kemrin kesangkut di pohon itu?"

Niara menggeleng, Mikayla menghembuskan nafasnya perlahan, harus banget mempermasalahkan itu sekarang.

"Ra, kumpul sama yang lain yuk."

"Oh .... ayo, ayo udah siang juga sih, sebentar lagi pasti disuruh kumpul juga."

Keduanya lantas berjalan bersamaan dan ikut berkumpul dengan yang lainnya, Mikayla dan Niara berbincang berdua meski ada diantara mereka semua.

"Wiiih .... udah dapat topi baru lagi nih."

Niara dan Mikayla menoleh bersamaan, topi di kepala Niara kembali diambil oleh senior kemarin.

Mikayla berdecak dan merebutnya begitu saja dari tangan perampasnya.

"Mika," ucap Niara pelan seraya menyikit Mikayla.

"Wow, keren." ucap senior itu seraya bertepuk tangan.

"Benar-benar pahlawan dia," ucapnya seraya menyentuh dagu Mikayla sekilas.

"Apaan sih?" Mikayla menepisnya.

Mereka justru tertawa melihat respon Mikayla, kini sudah banyak mata yang melihat kearah mereka.

"Ok, aku akui kamu memang hebat, kamu bisa panjat pohon itu dan selamatkan topi teman kamu itu, tapi itu permulaan saja."

"Apa maksudnya?"

"Tunggu saja," ucapnya seraya berlalu pergi dengan mengajak kawannya juga

"Apaan sih gak jelas," ucap Mikayla seraya mengembalikan topinya.

"Makasih ya, Mik." ucap Niara seraya menerima topinya.

"Sama-sama, lain kali kamu jangan lemah kayak gitu, lawan saja kalau memang kamu tidak merasa salah."

Niara tersenyum dan mengangguk, lebih baik sekarang Niara iyakan saja semua yang dikatakan Mikayla, dari pada pembahasannya lebih panjang lagi.

"Apa sih, kenapa nonton kota seperti itu ?"

Mereka seketika berpaling setelah mendengar ucapan Mikayla, Niara langsung membawa Mikayla pergi memisahkan diri saja.

Mikayla nurut meski pandangannya tetap pada mereka semua, mereka tampak berbisik satu sama lain sambil menunjukan lirikan menyebalkan pada Mikayla.

"Bergosip kalian," teriak Mikayla

"Sutt, Mika udahlah diam."

"Mereka tuh, bukannya bantu malah nonton dan sekarang malah gosip, gak punya hati sama sekali."

Niara menggeleng dan mengusap tangan Mikayla, kenapa jadi emosi seperti itu padahal masih sangat pagi.

"Sudah duduk dulu disini," ucap Niara seraya mendudukan Mikayla di bawah pohon itu lagi.

Mikayla duduk dan melihat sekitar, takut kalau nanti ada yang mengusirnya lagi.

"Kamu cari apa?" tanya Niara.

"Aku cari pemilik tempat ini, nanti aku diusir lagi dari sini."

"Siapa?"

"Gak tahu."

"Kepala sekolah maksud kamu?"

"Bukan, dia pakai seragam juga sama kaya yang lain, kayaknya senior juga."

"Ya sudahlah, itu fikirkan nanti saja, yang penting kita santai dulu disini sekarang."

Niara turut duduk di samping Mikayla.