Ditengah kesibukan yang lain mengerjakan hukumannya, Mikayla dan Devan justru masih duduk diam bersama dua kakak senior itu, mereka mendapatkan tugas untuk mencatat semua kegiatan hari itu.
"Kalian jangan lupa untuk catat semua nama mereka, lengkap dengan tangan tangan lahir mereka, dan jangan sampai salah hitung ikatan rambut di kepala siswi itu."
"Tapi Kak, bagaimana dengan siswanya, mereka kan tidak ada rambut yang diikat, berarti tidak ada yang dihitung?" tanya Devan.
"Ya benar sekali, tapi untuk laki-laki, kamu pastikan membawa apa yang kemarin saya perintahkan," jawab senior itu.
Devan terdiam, apa saja yang diperintahkan itu, Devan tidak tahu karena baru hadir hari ini.
Devan terlambat datang kemarin, sehingga tidak tahu apa yang ditugaskan hari ini.
"Kenapa kamu diam?" tanya senior.
Devan menggeleng, lebih baik Devan diam saja dari pada nanti dapat hukuman tambahan, mereka belum sadar jika pasti Devan tidak membawa apa yang diperintahkan mereka kemarin.
"Kalau kamu, bisakan penuhi tugas?" tanya senior lain pada Mikayla
"Bisa, Kak." jawab Mikayla pasti.
Tugas yang diberikan padanya memang tidak terlalu sulit, jadi tidak mungkin jika Mikayla tidak bisa menyelesaikan tugas itu.
"Dan satu lagi, saat istirahat nanti, kalian harus siapkan makan untuk kami para senior."
Devan dan Mikayla saling lirik, apa maksudnya seperti itu, apa mereka akan menjadikan Mikayla dan Devan sebagai budak.
Devan mengangkat kedua bahunya sekilas dan berpaling, apa yang harus dilakukannya, biarkan saja karena mereka hanya harus menuruti semuanya.
Mikayla turut berpaling dan terdiam menatap lurus ke depan sana, baiklah Mikayla akan jadi pelayan hari ini.
"Rambut kamu, apa sudah sesui tanggal lahir kamu?" tanya senior.
"Sudah Kak, tanggal lahir aku 15 dan ikatan ini juga 15," jawab Mikayla pasti.
"Bagus kalau seperti itu, berarti kita gak bisa tambah hukuman kamu lagi."
Mikayla hanya tersenyum saja, hukuman macam apa itu, mereka hanya memperbudak saja, pasti mereka malas mengerjakan semuanya makanya memanfaatkan Mikayla dan Devan saat ini.
Mikayla memejamkan matanya sesaat, baiklah tidak ada yang harus difikirkannya sekarang, biarkan saja karena ini tidak akan berlangsung selamanya.
"Rena," panggil seseorang disana.
Satu senior di samping Mikayla menjawabnya, dan sekarang Mikayla tahu siapa nama senior itu.
"Apa?"
"Ayo cepat, semua sudah selesai."
"Oke," ucapnya yang kemudian mengajak Mikayla dan Devan untuk kembali begabung.
Dua kakak senior itu berjalan lebih dulu, sedangkan Mikayla harus menghentikan langkahnya karena Devan menahannya.
"Sudahlah, kamu jangan buat hukuman kita bertambah," ucap Mikayla sedikit kesal.
"Bukan, aku tanya, apa yang diperintahkan kemarin untuk anak laki-laki?"
Mikayla mengernyit, pertanyaan macam apa itu, seharusnya dia tahu karena kemarin semua diperintahkan dengan jelas.
"Ayo jawab," pinta Devan tidak sabar.
"Kamu gak bawa ya tugasnya?"
"Ya enggaklah, makanya aku gak tahu."
"Ih gimana sih, kenapa gak ngomong dari tadi, lagian nekad banget gak ikut perintah."
"Masalahnya, aku baru masuk sekarang, kemarin kan hanya pendaftaran saja gak ada perkumpulan."
Mikayla diam, tetap saja, buktinya Mikayla dan yang lain tahu, apa yang harus dibawa hari ini.
"Bantu dong, apa saja?"
"Ih, gak tahu ah," Mikyala melepaskan tahanan Devan dan berlalu lebih dulu.
Devan terdiam melihat kepergian Mikayla itu, apa susahnya memberi jawaban untuk pertanyaan Devan.
"Baiklah, dia sengaja ingin membuat ku mendapatkan hukuman tambahan."
Devan lantas menyusul Mikayla, keduanya masih berdiri diantara para senior itu, karena mereka baru akan menjalani hukumannya sekarang.
"Baiklah, sekarang kalian semua duduk dan keluarkan tugasnya masing-masing, ingat jika ada yang tidak memenuhi tugas itu akan dipastikan ada hukuman lagi."
Mereka kecewa mendengar kalimat senior itu, apa-apaan, kenapa semua serba hukuman.
"Untuk yang mau protes, silahkan saja."
Tak ada respon, mereka duduk dan mengeluarkan tugasnya.
"Ayo mulai," ucap senior Rena pada Mikayla dan Devan.
Keduanya mengeluarkan buku dan bolpoin, keduanya berjalan menghampiri mereka semua satu demi satu.
Mikayla bertanya tanggal lahir dan langsung menghitung ikatan rambutnya, perlahan tapi pasti Mikayla mengerjakan tugasnya dengan sebaik mungkin.
Dari hukuman ini, Mikayla bisa sekalian menghafal semua nama temannya itu.
"Desi, ikatan kamu kok kurang satu sih, tanggal lahir kamu kan 11, kok ikat rambutnya cuma cuma 10," ucap Mikayla pelan.
"Gak apa-apalah, tadi mamah ku salah hitung, jangan dilaporkan ya," pinta Desi.
Mikayla diam, apa bisa Mikayla menutupinya, untuk sesaat Mikayla melihat sekitarnya, memang tidak ada senior di dekatnya.
"Baiklah, tapi besok kalau disuruh seperti ini lagi, jangan kurang ya."
"Siap, terimakasih."
"Sama-sama."
Mikayla nelanjutkan tugasnya pada siswi lainnya, semoga saja tidak ada lagi yang seperti Desi, agar Mikayla juga tidak perlu berbohong lagi.
Tugas yang berbeda yang didapatkan Devan, justru membuat Devan bingung sendiri, kenapa mereka semua membawa tugasnya berbeda-beda.
Devan tidak tahu tugas yang benarnya itu yang seperti apa, karena Devan juga tidak membawa apa-apa hari ini.
"Ini benar gak sih tugasnya?" tanya Devan yang sudah tidak mengerti lagi.
"Benar kok, memang mereka saja yang salah."
Devan diam, mana yang harus Devan percaya, dan laporan seperti apa yang harus Devan katakan nanti pada senior itu.
"Percaya saja, apa yang aku bawa sekarang, memang yang ditugaskan kemarin."
Devan hanya menggeleng dan berpindah pada yang lainnya, seperginya Devan, lelaki tadi tersenyum bersama dengan orang yang di depannya, rupanya mereka kompak mengerjai Devan tadi.
Dan sekarang mereka akan menantikan hukuman apa yang akan diterima Devan selanjutnya, dengan perlahan keuanya tos karena merasa berhasil mengerjai temannya sendiri.
"Sangat menyenangkan."
"Tentu saja, kita tunggu hasilnya."
Keduanya kembali tersenyum bersama, Devan dan Mikayla telah menyelesaikan tugasnya masing-masing, dan memberikan laporannya pada senior itu.
"Baiklah, kalian duduk."
"Sama mereka, Kak?" tanya Mikayla.
"Ya enggaklah, memangnya kamu yakin pekerjaan kamu ini sudah benar?"
Mikayla menggeleng, dan sampai saat ini Mikayla masih harus dibuat tegang karena sadar dengan kebohongan dari laporannya itu.
Senior itu berpencar untuk memeriksa kebenaran hasil laporan Devan dan Mikayla, mereka mengecek semuanya ulang, tentu saja tanpa harus ada yang terlewatkan.
Devan dan Mikayla saling lirik, entah apa yang ada dalam fikirannya sekarang, baik Devan atau Mikayla, keduanya tidak tahu hasil tugas satu sama lain.
"Apa lihat-lihat?" tanya Devan.
Mikayla mengernyit dan berpaling, kenapa memangnya, Devan sendiri lihat-lihat pada Mikayla.
"Kamu juga pasti salah, lihat saja hukuman kita akan berlanjut juga, bukan cuma aku tapi kita."
Mikayla tak merespon, mungkin itu benar, tapi semoga saja mata senior itu mendadak eror sehingga salah saat menghitung ikatan rambut Desi.