Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 4 - Bab4. Lelah

Chapter 4 - Bab4. Lelah

Senior Rena telah memisahkan orang-orang disana, tepat sekali, karena hasil pemeriksaan itu telah menunjukan jika tugas yang dilakukan oleh Mikayla dan Devan adalah salah.

Mikayla tersenyum bingung pada Rena, entah hukuman apa lagi yang akan diberikan padanya setelah ini.

Devan juga merasakan hal yang sama, ternyata dari sekian banyak siswa yang diperiksanya itu, hanya sedikit saja yang membawa tugas dengan benar.

Devan menatap dua orang yang tersenyum padanya, mereka adalah yang tadi berbincang dengan Devan dan mengaku kalau apa yang dibawanya itu adalah benar.

Tangannya mengepal karena merasa dipermainkan, Devan tidak bisa terima itu semua, mereka telah dengan sengaja mengerjai Devan saat ini.

Ditengah pidato panjang yang sedang diucapkan oleh salah satu senior disana, Devan justru fokus dengan kekesalannya pada dua orang disana.

Dengan cepat Devan berjalan menghampiri mereka dan memukulnya bergantian, tentu saja itu membuat kegaduhan besar disana.

Mikayla hanya diam dengan segudang kebingungannya melihat keributan itu, ditengah mereka yang berusaha memisahkan Devan, Mikayla justru diam saja tanpa melakukan pergerakan apa pun juga.

"Hentikan!" bentak salah satu guru yang ternyata datang ke lapangan.

Mereka seketika diam, termasuk juga Devan yang ada dalam tahanan seniornya.

"Apa-apaan ini, kalian fikir ini tempat untuk berkelahi?" tanya guru dengan nada yang jauh dari tenang.

"Dia duluan yang pukul saya, Pak." ucap siswa yang dipukul Devan.

"Heh .... semua juga gara-gara kamu, dia sengaja Pak mempermainkan saya tadi, dia telah berbohong."

Devan tak mau kalah untuk bisa membela dirinya sendiri, Devan juga berusaha berontak untuk bisa memukul mereka berdua lagi.

"Sudah diam, cukup, masa ini adalah masa perkenalan kalian, bukan untuk ribut-ribut seperti ini."

"Tapi mereka yang mulai," ucap Devan masih dengan kemarahannya.

"Kamu gak bisa salahkan kita, salah sendiri kenapa gak bawa apa pun juga, kamu tidak tahu kan apa yang harus dibawa hari ini makanya kamu tidak tahu benar atau salah semua yang kita bawa?"

"Tutup mulut kamu!" bentak Devan.

"Diam, apa kalian tidak mendengar, saya bilang diam!" guru pun turut membetak.

Semua diam, Mikayla melihat sekitar, kenapa jadi seperti ini MOS yang dijalaninya, berantakan sekali semuanya.

"Kalian bertiga ikut saja ke ruangan, sekarang juga," ucap guru itu seraya berlalu lebih dulu.

"Sana ah," ucap seniro mendorong dua orang itu.

"Lepas, Kak." pinta Devan yang masih saja ditahan.

"Diam kamu, tunggu mereka sampai ke ruangan dulu, kalau kamu menyusul sekarang, bisa saja kamu memukul mereka lagi."

Devan mengepalkan tangannya, ingin sekali Devan memukul dua senior yang menahannya itu, menjengkelkan sekali padahal Devan sudah katakan alasan kemarahannya itu.

Mikayla mengusap telinganya, panas sekali sekarang ini, apa tidak ada izin untuk mereka berteduh saja.

Mikayla tak peduli dengan keributan itu, yang Mikayla pedulikan sekarang adalah kelanjutan MOSnya itu.

"Lepas, Kak." ucap Devan lagi.

Mereka lantas melepaskan Devan dan membiarkannya pergi, Devan menatap Mikayla saat berjalan melewatinya.

Mikayla hanya diam saja menerima tatapan itu, mungkin dia kesal karena Mikayla tidak ikut bersamanya, padahal tadi Devan sudah mengatakan kalau mereka berdua akan mendapatkan hukuman bersama lagi.

Mikayla tersenyum, mengingat kalimat Devan yang itu, dan sekarang kenyataannya hanya Devan saja yang dipanggil guru, rasakan saja karena Mikayla tidak peduli dengan itu.

----

Saat semua telah selesai, Mikayla telah kembali ke rumahnya, hari ini sangat menjengkelkan bukan melelahkan apa lagi menyenangkan.

Mikayla merebahkan tubuhnya di kasur, hari pertamanya sangat buruk, Mikayla tidak menyukainya harinya itu.

"Mika," panggil Nina yang menyusul masuk ke kamar.

Mikayla kembali bangkit dan tersenyum pada Nina.

"Kamu kenapa, kok kusut gitu wajahnya?"

"Kesal sekali aku," jawab Mikayla dengan malas.

"Kesal kenapa?"

"Kesal sekali, masa Mika dapat hukuman dari kakak senior."

"Kenapa seperti itu?"

"Iya, awalnya Mika gak dapat barisan dan kedua karena ada yang ajak Mika kenalan, jadinya hukumannya ditambah."

"Kenalan?" tanya Nina yang tertarik dengan satu kata itu.

"Iya kenalan, Mika kan dipanggil karena gagal mendapat barisan, dan ditambah sama kenalan itu jadinya tambah menyebalkan."

Nina justru tersenyum mendengar cerita Mikayla, ditambah lagi dengan nada kesalnya itu.

"Kamu kenalan kan, siapa namanya, pasti lelaki tampan?"

Mikayla mengernyit, apa lagi yang dikatakan Nina, kenapa seperti itu.

"Iya kan, siapa coba, katakan sama Ibu?"

"Apa sih, Ibu malah tambah aku kesal saja."

Nina kembali tersenyum tanpa mengatakan apa pun, Mikayla akan menjalani hari di sekolahnya dengan menyenangkan.

Meski sekarang awalnya terasa menyebalkan, tapi Nina yakin jika Mikayla akan bahagia bersekolah disana.

"Sudahlah, kamu lebih baik mandi sekarang, habis itu makan ya."

"Iya, sebentar lagi, Mika masih berkeringat."

"Ya sudah, nanti keluar ya."

Mikayla mengangguk dan membiarkan Nina berlalu dari kamarnya, Mikayla kembali rebahan, nanti saja Mikayla mandi kalau keringatnya sudah kering.

Mikayla meraih tasnya saat teringat dengan ponselnya, seharian Mikayka tidak sempat membuka ponsel itu karena sibuk dengan hukumannya.

Sayang sekali, hadiahya itu terbaikan begitu saja, Mikayla sibuk dengan ponselnya itu, masih baru dan Mikayla masih harus belajar untuk bjsa memggunakannya.

"Tidak ada isi apa pun disini, lalu untuk apa ponsel ini ada," ucap Mikayla seraya menyimpannya kembali.

Kenapa Mikayla tidak mencatat kontak temannya di sekolah tadi, mungkin sekarang Mikayla bisa chatting dengan mereka.

"Niara."

Mikayla kembali duduk, Niara wanita berkaca mata itu mengatakan jika rumahnya tidak jauh dari daerah tempat tinggal Mikayla.

Mungkin saja Mikayla bisa mencarinya, dan mereka bisa bersama, pergi sekolah dan pulang sekolah bareng.

"Topi," ucap Mikayla yang teringat dengan topi yang tersangkut di pohon.

"Topi itu apa masih ada di pohon, kasihan sekali Ara harus mengalami hal seperti itu padahal baru masuk."

Mikayla menggeleng, biarkan saja besok Mikayla akan memlihat topi itu, dan mungmin saja Mikayla bisa membantu untuk membawakannya juga.

"Pasti ada cara untuk menurunkan topi itu tanpa harus memanjat," ucapnya yakin.

Mikayla tidak boleh mengabaikan itu, masa perkenalan itu harus menyenangkan bukan menyebalkan.

"Semoga saja, besok akan benar-benar menyenangkan, tidak akan ada lagi keributan dan hukuman-hukuman seperti tadi."

Mikayla lantas bangkit dan berlalu ke kamar mandi, Mikayla akan mandi dan akan keluar untuk makan bersama Nina di sana.

Mungkin bisa menghilangkan kekesalannya itu, Mikayla akan merasakan kedamaian lagi dan akan siap untuk menjalani hari esok dengan semangat penuh.

Terlepas dari permasalahan apa yang akan dialaminya nanti, Mikayla ingin mengenangnya sebagai hal yang menyenangkan.

Sekolah itu adalah sekolah impiannya, dan Mikayla harus bisa mengisi masa sekolahnya dengan damai dan semangat.