Chapter 40 - Chapter 40

Seminggu telah berlalu waktu terasa begitu cepat berputar.

Tak ada beban atau tekanan lagi yang menjerat.

Farel sudah tak menampakkan hidungnya di depan Aluna, bahkan ia tak berani untuk datang ke kafe seperti yang biasa ia lakukan sebelum peristiwa yang mengharuskan nya di rawat.

Aluna telah duduk di kantin sekolah bersama dua orang sahabat karibnya.

"Lun, kemaren-kemaren kok jarang banget ke sekolah?"

Maya meneruskan percakapan sambil sesekali menghisap mie di mulutnya.

"Abisin dulu makanannya baru ngomong may, ntar keselek " jawab Aluna.

"Uhuk-uhuk,..emmh air air .!"

"Tuh kan, baru di bilangin"

Andi menyodorkan segelas minuman, Maya segera meraih gelas itu, lalu meminumnya.

"Legk legk legk ahh, fyyiuuhh.. makasih ya Ndi"

"Hmmm, pelan-pelan sih makannya" Andi memperingatkan.

"Hehe" maya hanya terkekeh.

Maya tiba-tiba melotot ke depan.

Melihat Bastian berjalan ke arah mereka.

"Boleh aku duduk di sini?"

Meminta izin untuk duduk padahal sebelum di izinkan ia telah duduk di samping Andi berhadapan dengan Aluna.

Andi merasa tak nyaman dengan kedatangannya, ia hendak pergi.

Namun bahunya di cekal oleh Bastian.

"Gak usah takut sih, biasa aja. Aku ini gak bakalan makan kalian kok."

"Iya Andi, kak Bastian sukanya makan bakso. Hihi" sahut Aluna mencairkan suasana yang sedikit tegang.

"Ya udah supaya kamu tenang disini aku traktir kalian deh"

Maya kegirangan saat mendengar ucapan Bastian yang akan mentraktir mereka.

"Serius kak? Wah enak nih. Kapan lagi bisa di traktir sama kakak kelas? Benar kan Luna?"

"Iya deh, kamu kan paling seneng kalo ada yang traktir.?"

Tangan Bastian hendak meraih kedua tangan Aluna di atas meja.

Namun si gadis menyadari perlakuan itu, segera menarik tangannya, ia malu memperlihatkan kedekatannya di depan kedua sahabatnya.

Bastian menatap Aluna dengan pandangan yang menyenangkan, sesekali tersenyum pada sang gadis.

Membuatnya tersipu dan salah tingkah.

Ia berusaha menutupi tingkahnya dengan melanjutkan perbincangan.

Dan hendak melakukan sesuatu yang di luar dugaan.

"Emm, beneran nih kakak mau traktir kita SEMUA?"

"Ya silahkan.!"

"SEMUAnya kan?"

"Hhehh, iya bawel semua, semua, semuanya aku yang bayar."

"Asik, hehe" tersenyum jahat seperti hendak melakukan hal lain.

Aluna tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan berteriak.

"Heyy, teman-teman semuanya.!!"

Semua siswa yang ada di kantin memperhatikan dirinya. Ia meneruskan ucapannya yang terdengar lantang.

"Ayo hari kalian makan sepuasnya ya, nanti biar bos kita kak Bastian yang bayar. Hari ini ia berulang tahun. !!"

Para siswa berbondong-bondong memesan makanan ke ibu kantin, membuat si penjual kewalahan menerima orderan yang langsung menyerangnya secara serentak.

Aluna Kembali duduk sambil cengengesan.

"Hehe, semuanya kan?"

Bastian tercengang mulut nya sampai terbuka oleh aksi sang gadis. Tak di sangka ia melakukan hal itu. Entah apa maksud dan tujuannya, yang terpenting ia harus membayar semua makanan yang di pesan oleh semua siswa yang hadir di kantin.

"Hey, maksudku kita disini Aluna."

"Hihi, iya kak Bastian. Semuanya kan ada disini. Hihihi."

"Ahh, dasar baiklah." Sedikit menyesal dan menggerutu, tapi ia nampak bahagia telah di kerjai oleh gadis cantik kesayangannya.

Bel masuk telah berbunyi.

Mereka telah selesai menyantap hidangan gratisan yang di berikan Bastian. Sebelum kembali ke kelas Bastian berpesan padanya.

"Nanti pulangnya aku yang antar kamu pulang ya?"

Aluna mengernyitkan dahi, berpikir sejenak memikirkan ajakan itu.

"Enggak, aku gak bakalan ngapa-ngapain kamu. Tenang aja"

Seolah Bastian tahu apa isi yang di pikirkan dalam kepalanya.

"Janji ya? Awas kalau macem-macem..!!"

Mereka pun kembali ke kelasnya masing-masing.

...

Gangster Black king telah mendapatkan sebuah rencana untuk merebut kembali tahta kekuasaan sebagai pemimpin aliansi gangster.

Mereka telah mengatur segala rencananya.

Aluna akan di manfaatkan sebagai sandera untuk membuat Nathan mengalah di hadapan para petinggi gangster di pertemuan yang akan di gelar malam ini di sebuah tempat.

Ia dan beberapa anak buahnya telah tiba di sekolah tempat Aluna belajar. Menunggu kesempatan yang pas untuk menculik adiknya Nathan.

lima anak buahnya masuk ke dalam sekolah.

Ia telah mengetahui seluk beluk dan ruangan sekolah mana saja yang jarang di gunakan.

Dua anak buahnya masuk ke dalam gudang yang telah mereka rusak kuncinya.

Tempat itu akan di jadikan tempat penyanderaan.

Sementara dua lainnya masuk ke dalam toilet perempuan. Dan satu orang lagi mengamati ruang kelas Aluna.

Di tengah pembelajaran berlangsung, Aluna meminta izin untuk pergi ke toilet.

Sialnya toilet yang ia tuju nampak sepi. Tak ada siswi satu pun yang ada di sana kecuali dirinya dan penjahat yang telah siap untuk menculiknya.

Mereka bersembunyi di salah satu bilik toilet.

Ia masuk ke dalam bilik toilet lalu menguncinya.

Mereka mengetahui target telah berada di sekitarnya.

Keduanya keluar dari bilik toilet.

Berjalan menelusuri bilik yang terdapat target incaran.

Langkah kakinya terdengar.

"Tak tak tak"

Aluna menyadari akan hal itu, namun ia tak terlalu menghiraukan. Disangkanya itu adalah siswi lain yang akan masuk ke bilik toilet.

Ia telah selesai dengan urusannya di balik bilik toilet.

Kembali berdiri membenarkan pakaian.

Klek

Pintu di buka dari dalam,

Tiba-tiba tangan seorang laki-laki memakai sapu tangan yang di olesi obat bius menutup hidungnya.

Aluna tak tinggal diam, ia meronta tubuhnya bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri minta di lepaskan.

Namun perlawanannya hanya sesaat.

Ia langsung lemas dan pingsan akibat pengaruh obat bius yang menutupi hidungnya.

Segera mereka memangku tubuh si gadis yang pingsan ke gudang belakang sekolah.

Mereka mengikat kedua tangan dan kakinya, lalu mendudukkan dirinya di kursi. Kedua matanya di tutupi oleh kain hitam.

Salah satu anak buahnya merekam kondisi si gadis itu. Sembari memamerkan pistol yang di usap-usapkan di pipi si gadis itu.

Beberapa Rekaman video telah mereka buat.  Lalu segera di kirim ke bos mereka.

..

"Ha ha ha" Ajo kegirangan melihat video yang barusan di kirim dari anak buahnya.

Rekaman itu memperlihatkan seorang gadis muda yang di ikat tali di lengan dan kakinya.

Pipi si gadis di elus-elus oleh senjata api.

Rekaman berikutnya hampir sama dengan video sebelumnya, namun video itu terlalu sadis. Terlihat mulut si gadis di masuki oleh ujung moncong pistol.

"Sangat mudah, sangat mudah sekali. Ha ha ha"

Kedua video itu langsung ia kirim ke nomor Nathan.

..

(Ponsel milik Nathan berbunyi sejenak)

Nathan sedang merawat dan membersihkan motor besar miliknya.

Ponsel di saku celananya terasa bergetar.

Ia mengeluarkan ponsel dari saku celana.

Nampak di layar ponsel pesan singkat berupa video rekaman dari nomor yang tak di ketahui olehnya.

Memutar video yang barusan ia terima.

Jlebb.

Bak tersambar petir di siang bolong, tangan bergetar memegangi ponsel, hatinya terbakar kebencian terhadap si pengirim video.

"Katakan apa mau mu?" Ia membalas pesan itu.

...

.

.

.

.

Cilincing,,