Hampir semua orang sependapat bahwa Nathan akan mengalahkan kembali ketua gangster Black king seperti tiga tahun yang lalu.
Namun kini keadaannya berbeda, ia berada dalam tekanan yang harus memaksanya untuk mengalah.
"Rasakan ini.. brakkk..!"
Ajo memulai serangan, memberikan tinju kerasnya tepat mengenai rahang. Pipi nya memar membiru.
Hantaman selanjutnya segera datang, mengenai pelipis matanya, Nathan tersungkur kedua tangan menahan tubuhnya di lantai.
Ajo tak akan menyia-nyiakan kesempatan, ia menendang sekeras-kerasnya tepat di bagian muka.
...
"Apa yang di perbuat oleh orang itu? Kenapa dia diam saja.? Woyy Nathan, hajar lawanmu!!."
Rininta berteriak jagoannya seperti tak berdaya menghadapi lawan yang menurutnya lebih lemah dari Nathan.
"Sudah kubilang kan, akan ada pemimpin aliansi baru."
Andrea menanggapi di sebelahnya.
Penonton yang hadir terutama anggota Shanks sangat histeris melihat keadaan bos nya yang terluka dan tak memberikan perlawanan sedikitpun.
"Aneh, kenapa dia diam saja.!" Anton tak rela melihat bosnya, sudah gemas ingin ikut pertempuran, tak sabar ingin segera menghabisi Ajo.
Tapi ia di peringatkan oleh Bagas untuk mengurungkan niatnya.
"Sabar ton, sepertinya terjadi sesuatu sama Nathan."
Mereka kebingungan dengan apa yang ada di pikiran bosnya sampai ia tak memberontak melawan musuhnya. Padahal mereka mengira sangat mudah untuk bisa menghabisi Ajo. Bagas pun merasa sanggup untuk melawan dia.
"Ah, bagaimana kalau kita tanya sama Aluna. Mungkin dia tau jawabannya." Budi memberikan saran.
Bagas segera menghubungi ponsel Aluna.
Namun tak ada jawaban,
Sekali dua kali dan sudah sepuluh kali Aluna tak mengangkat teleponnya.
"Aneh, Aluna tak mengangkat teleponnya"
"Apa jangan-jangan terjadi sesuatu pula sama adiknya?"
"Bisa saja ton, karena kita tak melihat dia datang ke sini. Padahal ini adalah acara yang tak pernah ia lewatkan."
"Hayo, tunggu apalagi sebelum Semuanya semakin kacau."
..
Nathan masih bertahan untuk berdiri, meski pukulan Ajo terus menerus di layangkan padanya.
Ia melihat beberapa rekannya pergi meninggalkan tempat itu, namun masih ada Budi dan beberapa lainnya tetap memperhatikan ia.
Ia pikir rekannya yang pergi telah mengetahui situasi yang dihadapinya, ia akan mencoba mengulur waktu sampai adiknya bisa di ketemukan. Barulah ia akan tenang menghadapi lawannya.
..
Bagas berpikir sejenak untuk memikirkan dimana keberadaan adiknya.
Ia pernah memberi tahukan tempat seseorang yang pernah menculik si adik.
Pikirannya kembali tertuju kesana, bisa saja orang itu kembali membawa Aluna.
Mereka bergegas mengendarai motor besarnya masing-masing mengikuti Bagas yang melaju di depan.
Jika benar ini semua ada hubungannya dengan Aluna, pantas Nathan tak melawan musuhnya.
Mungkin black king berbuat curang dengan memperalat adiknya sebagai sandera.
"Dasar licik, bila kita sudah menemukan Aluna. Kami pasti akan membinasakan kalian.!!"
Gumamnya dalam hati.
Motor melaju kencang di jalanan, menuju satu rumah seorang pengusaha kaya raya di negeri ini.
..
Bastian tengah sibuk dengan ponselnya, mencoba menghubungi Aluna, namun sudah berpuluh kali di hubungi tetap saja tidak ada jawaban.
Di kirim pesan pun tidak ada jawaban pula, di baca pun tidak.
"Ah sombong sekali. Padahal aku hanya ingin menanyakan alasan kenapa ia tidak memenuhi janjinya."
Ponselnya tiba-tiba menerima pesan dari temannya Aluna, yaitu Maya.
"Malam kak, ini aku Maya. Mau tanya kak. Tadi apa kakak pergi sama Aluna? Kalau demikian, tas miliknya ada di rumah ku."
Apa maksudnya? Bastian merasa heran dengan pertanyaan Maya.
Jangankan pergi dengan Aluna, bertemu pun tidak.
Ia segera mengetik pesan balasannya.
"Hey, apa kau ingin mempermainkan ku juga? Satu jam lebih aku nungguin teman kamu. Tapi tidak muncul-muncul juga. Kenapa tasnya ada di tangan kamu?"
"Kata Aluna bukan kah kakak ingin menjemputnya, sampai-sampai ia tak kembali ke kelas dan meninggalkan tas nya. Jadi aku bawa aja ke rumah."
Deg
Keterangan dari temannya membuat Bastian agak panik.
"Beneran ia gak balik lagi ke kelas?"
"Iya kak,"
Pasti ada yang tidak beres.
Pantesan Bastian kepikiran ia terus, bukan karena merasa di bohongi, tapi seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam hati.
Dari atas balkon ia melihat ke bawah, Nampak beberapa lampu motor menyala dan berhenti di depan pagar rumahnya.
Bagas turun dari motor menemui satpam penjaga.
"Permisi pak, apa Bastian nya ada di rumah?"
"Wah kalian ini siapa ya dek? Kok malam-malam gini terus rame-rame nyariin den Bastian?"
"Enggak pak, kita hanya ada perlu."
"Waduh sebentar saya tanya dulu sama den Bastian nya."
"Silahkan pak"
Belum sempat si satpam masuk ke dalam mencari majikan mudanya, tapi Bastian sudah nampak di depannya.
"Kebetulan sekali den, ada yang nyariin."
"Buka pagarnya pak.!!"
"Baik den."
Nathan menemui mereka di luar pagar, setelah tahu siapa yang datang ia hendak meminta mereka untuk masuk ke dalam rumah besarnya.
"Bukannya kalian anak buahnya gangster itu kan? Ada apa datang ke sini?"
"Ah, jangan pura-pura lu. Cepat kasih tau dimana adiknya bos kami?"
Kekhawatiran pada sang gadis kesayangannya semakin jelas.
"Kalian mengira aku yang membawanya?"
"Jangan berkelit, ayo kasih tau dimana Aluna. Keadaannya sangat genting." Jawab Bagas.
"Terserah kalian mau bilang apa, disini tak ada gadis yang kalian cari. Dan aku pun hendak mencari keberadaannya."
Lantas di mana keberadaan Aluna sebenarnya? Apakah Bastian benar mengetahuinya?
"Apa?!! jadi kau tahu keberadaan dia?"
"Aku hanya menduganya "
"Jika ucapanmu benar, ayo kita jangan buang-buang waktu lagi. Kita harus segera mencarinya dan menyelamatkan Nathan.!!"
"Kenapa dengan Nathan? Apa dia tidak ikut mencari keberadaan sang adiknya sendiri?"
"Ah sudah, nanti kita jelaskan. Sekarang ayo kita cari adiknya terlebih dulu." Pungkas Bagas mengakhiri perbincangan diantara mereka.
Nathan segera membuka garasi mobil sportnya.
Pintu mobil terbuka, masuk dan duduk di belakang kemudi.
Siap untuk tancap gas mencari gadis pujaan hatinya.
Motor-motor besar mengikuti dari belakang.
..
Sementara itu Aluna dalam keadaan tak sadarkan diri, para penjahat yang menyekapnya memberikan lagi obat penenang agar ia tidak berteriak-teriak meronta mencari pertolongan.
Darah yang bersimbah di pahanya, masih mengucur karena di diamkan begitu saja.
Ia terdiam di atas kursi mengharapkan keajaiban yang dapat menyelamatkan nyawanya.
Melihat Aluna yang tenang di bawah pengaruh obat bius.
Para penjahat yang berjaga keluar dari gudang tempat Aluna di sekap.
Mereka merasa pengap dan butuh menghirup udara segar di luar ruangan. Sambil memastikan keadaan di sekitarnya.
..
Bastian, Bagas dan beberapa lainnya telah sampai di tempat tujuan.
Mereka pergi ke sekolah.
"Kenapa kita harus kesini?" Tanya Bagas.
"Tadi aku kehilangan ia disini, sampai waktunya pulang Aluna tak menunjukkan dirinya kehadapan ku." Jawab Bastian.
"Jadi kau hendak pergi bersamanya?"
"Tadinya begitu, tapi ia tak nampak juga. sampai akhirnya aku pergi meninggalkan ia."
"Baiklah, ayo kita berpencar cari dia sampai dapat.!!"
Ucap Bagas.
.
.
.
.
.
Cilincing 03-08-2022 00:54