Ajo memberontak menggerakkan tangan yang ada di cengkraman Bastian supaya bisa terlepas dari nya.
Cengkraman itu terlalu kuat, sehingga kesulitan untuk bisa terlepas.
Ia hendak memukul Bastian dengan tangan lainnya.
Tapi Bastian bisa meraih kembali tangan itu.
Lalu memutar kan cengkramannya, membuat Ajo kesakitan tangannya terpelintir oleh cengkraman kuat Bastian.
Pisau yang di pegang sampai terlepas tak tahan saking sakitnya cengkraman Bastian yang memelintir lengan.
Bastian mengadukan menyundul dengan kening kerasnya ke kepala Ajo. Sehingga ia terpental dan kesakitan di bagian kepala.
"Bangsat, siapa kau.?!!"
Bastian diam saja tak mau lagi menjawab pertanyaan tak penting dari nya.
Ia hanya ingin segera menghabisi orang yang telah menghabisi kakak dari kekasihnya.
Tak perlu butuh lama untuk menghabisi orang di depannya. Karena orang tersebut sebenarnya beda jauh dengan Bastian dari segi fisik maupun kekuatannya dalam bertarung.
Sama halnya seperti yang Bastian lakukan pada anak buahnya yang telah ia habisi di gudang sekolah hanya dengan sekali pukul.
Bos Ajo pun mengalami hal yang serupa.
Bastian berlari ke arahnya, lalu sekuat tenaga melesakkan pukulan khas nya. Membuat Ajo ambruk seketika di atas tanah dengan mengucur kan darah segar mengalir dari hidung.
Suasana seketika menjadi hening,
Dua orang tengah terkapar di lantai.
Mereka yang hadir nampak kehabisan kata-kata untuk menjelaskan betapa tangguh dan hebatnya orang tersebut.
Para anggota gangster Black king tak mau tinggal diam saja melihat bos nya sudah terkapar di tanah.
Mereka tak tahu malu hendak mengeroyok Bastian.
Melihat kejadian itu, anggota Shanks pun ikut turun tangan.
Mereka berdiri di belakang orang yang telah menyelamatkan Nathan.
Bastian menoleh ke belakang melihat anggota Shanks yang sudah berdiri di belakangnya.
"Tunggu apa lagi? Ayo habiskan mereka.!!!" Perintah Bastian sembari maju paling depan di ikuti anggota Shanks.
Tawuran pun tak terelakkan lagi, antara Black king vs Shanks.
Suasana menjadi ricuh tak terkendali.
Para anggota gangster lain yang tak punya urusan dengan kedua gangster yang terlibat tawuran menjauhkan diri. Dan hanya menjadi penonton saja di pinggir.
Ini adalah kali pertama Bastian ikut dalam sebuah tawuran.
Rasanya sungguh menarik dan menyenangkan bisa melepaskan seluruh emosi dan amarahnya.
Dengan perasaan riang dan senang hati ia terlibat dalam perkelahian antar gangster.
Satu persatu musuh yang datang ia habisi dengan tangan kosong.
Aksinya mempermudah gangster Shanks untuk memenangi perkelahian ini.
Hingga musuh pun sampai kocar-kacir berlarian telah merasa kalah dalam pertempuran.
Anggota Shanks tak akan berbelas kasih lagi.
Mereka mengejar anggota Black king yang tertinggal lalu menghajarnya habis-habisan.
Setelah para anggota Black king sudah tak berdaya, dan tak tersisa satu pun untuk melawan.
Pertemuan itu pun kembali di lanjutkan.
Nathan terlihat di bopong oleh Anton dan rekan lainnya.
Sedangkan Ajo di biarkan masih terkapar di tengah.
Rininta kini mengambil alih sebagai juru bicara di depan umum.
"Kalian sudah lihat semuanya kan. Orang yang hendak mengganti Nathan, kini terbaring di sana. Semoga saja ia masih bernyawa.
Dan perlu diingat bahwa sekarang saatnya untuk menentukan siapa yang layak memimpin aliansi. Apa kalian sepakat orang ini (menunjuk pada Bastian) yang menjadi pemimpin?"
"Tunggu, Aku belum pantas untuk pemimpin. Biar dia (tangan menunjuk pada Nathan) yang masih memimpin kalian" ucap Bastian.
"Apa kau anggota baru Shanks?" Tanya di wanita.
"Anggaplah seperti itu"
Baiklah sesuai dengan keinginan orang asing ini. Maka Nathan masih memimpin aliansi. Setuju?
Semuanya serempak menjawab.
"Setuju!!!"
Anggota Shanks berteriak-teriak menyebutkan nama pemimpin mereka.
"Nathan, Nathan Nathan..!!"
Sorak Sorai bergemuruh di tempat itu, menjadi saksi tempat di kukuhkan nya kembali Nathan sebagai pemimpin aliansi.
Setelah lama pertemuan itu berlangsung, acara itupun berakhir satu persatu gangster pamit dan mengucapkan selamat pada Shanks atas terpilih kembali sebagai pemimpin aliansi gangster.
...
Nathan dan Aluna kini berada di rumah sakit yang sama.
Para anggota Shanks menjaga mereka di rumah sakit.
Bastian pun ikut pula dan menemani kekasihnya yang sudah sadarkan diri.
"Kak Bastian?"
"Hmm, apa?
Luka di paha Aluna telah di perban.
Mereka di biarkan berdua di ruang tempat Aluna di rawat. Sedangkan Nathan di temani oleh teman-temannya.
"Makasih ya udah nolongin kita semua"
"Ah, ngomong apa sih kamu? Sebenarnya tadi aku cuma kepikiran kamu aja. Eh taunya malah di ajak sama siapa namanya, aduh lupa aku."
Aluna tersenyum memandang Bastian yang telah menyelamatkan nyawanya dan juga nyawa saudaranya.
"Kalau gak ada kak Bastian, pasti kak Nathan sudah..."
"Udah ah jangan di bahas, yang penting kamu selamat"
"Makasih ya kak"
"Hmmm.. iya deh. Bawel."
"Hihi"
"Kak?"
"Apalagi Luna?"
"Emmmhh, kakak mau kan jadi kekasihku?"
Bastian tercengang mendengar ucapan gadis kesayangannya barusan. Tapi ia tak mau si gadis mengucapkan kalimat itu dengan terpaksa, karena ia telah di selamatkan oleh dirinya.
"Enggak ah, kalau kamu hanya terpaksa untuk mencintaiku saja."
Aluna merenung sesaat, pikirannya telah terbaca oleh Bastian.
Ucapan Bastian itu memang benar demi membalas budi Aluna hendak merelakan cintanya pada Bastian.
"Aku tak tahu lagi apa yang bisa membalas kebaikan mu kak, terutama nyawa kak Nathan yang sangat berharga buat kami."
Dengan santainya Bastian menjawab.
"Itu cuma kebetulan saja kok, bila teman kamu tak memaksaku, mungkin aku tak akan datang ke tempat kakakmu."
"Kak, aku mohon."
"Cintailah orang yang kau cintai, jangan memaksakan cintamu pada orang yang sebenarnya kau benci."
"Tapi kak aku sudah melupakan kebencian ku terhadap mu. Kesabaran dan kebaikan mu meluluhkan hati kerasku ini. Aku mulai tersadar bahwa kau memang mencintai ku."
"Iya tapi jangan kau korbankan cinta mu hanya untuk membalas budi, aku tak suka itu."
Aluna terdiam merenung sejenak dan tak tahu apa yang harus di ucapkan.
"Ternyata benar, kau hanya memaksakan cintamu. Aku permisi dulu."
Bastian hendak menjauh dari tempat duduknya di samping Aluna.
Ketika ia hendak berdiri, tangan gadis kesayangannya menahan lembut di pergelangan tangan.
Matanya berkaca-kaca memandang Bastian.
"Kak Bastian, aku mohon temani aku di sini untuk malam ini saja"
Pegangan tangan Aluna mengisyaratkan agar ia kembali duduk di samping dengan cara menarik pergelangan tangan ke dadanya.
Telapak tangan besar Bastian merasakan hangat di dada Aluna.
Mengurungkan niatnya untuk pergi.
Aluna berusaha untuk bangkit dan duduk di tempat tidurnya.
Mendekatkan paras cantiknya ke wajah si pria di depan mata.
Memberikan kecupan hangat pada Bastian.
Pria itu terdiam dengan kecupan di bibir membiarkan gadis kesayangannya melakukan hal itu.
Bibir tipis mungil dari perempuan yang ia sayangi tengah melumat bibirnya.
Terasa desah wangi nafas si gadis masuk ke dalam dirinya.
Ia pun tak sanggup untuk menolak kecupan itu.
.
.
.
.
.
.
Cilincing 07-08-2022 01:21 am