Chapter 41 - Chapter 41

"ha ha jangan buru-buru, tenang saja adik kecilmu aman bersama kami. Asalkan kau menuruti perintahku. Ha ha."

"Bedebah cepat katakan apa mau mu?"

" tuan pemimpin gangster yang terhormat. Kami hanya ingin mendapatkan apa yang seharusnya jadi milik kami."

"Apa yang kalian inginkan dariku?"

"Sederhana saja, kau hanya cukup berdiam diri dan biarkan aku mengalahkan mu nanti malam?"

"Sialan, kau pasti anggota Black king. Kalau kau punya nyali ayo kita berduel secara jantan.!!"

"Ha ha aku tak sebodoh itu Nathan, aku akui kau paling hebat. Tapi kau telah merebut kekuasaan kami. Dan mempermalukan bos kami waktu dulu. Apa kau masih ingat itu. Nathan..!!"

"Kalian memang tak pantas untuk berada di posisi itu. Tetaplah menjadi pecundang. Bajingan."

"Tutup mulutmu, dan turuti saja perintahku jika ingin nyawa adikmu selamat."

Penjahat itu melakukan video call dengan Nathan. Ia menampakkan Aluna dalam keadaan setengah sadar.

Pisau di pamerkan di hadapan layar depan ponselnya.

Lalu pisau itu ia tancapkan pada paha kiri adik perempuannya Nathan.

Aluna berteriak histeris, meringis kesakitan darah mengalir di pahanya.

"Aahhh..., Jangan. Jangan.. !! Hiks..tolong jangan sakiti aku. Hiks.."

"Bajingan..!! hentikan pisau itu keparat..!!" Bentak Nathan di hadapan layar ponselnya.

pisau bercucuran darah segar di tampilkan di depan kamera.

"Ingat..!! sekali kau tak menuruti kami, pisau ini akan merobek dada dan akan ku cincang jantungnya. Ha ha."

"Baiklah, baiklah aku akan menuruti keinginan mu. Tapi tolong jauhkan pisau itu dari hadapannya." Nathan terpaksa memelas pada si penjahat yang tak punya hati menusukkan pisau itu di paha adiknya.

"Ha ha ha,"

Mereka menutup sambungan langsung di ponselnya.

Nathan nampak sangat mengkhawatirkan adik perempuannya.

Apalagi sekarang ia tengah terluka.

Ia teringat nanti malam adalah malam pertemuan para petinggi gangster yang rutin di adakan setiap tahun, untuk menjaga kekompakan dan membicarakan permasalahan yang terjadi.

Selain itu juga memberikan kesempatan pada setiap pemimpin gangster untuk mengambil alih sebagai pemimpin aliansi gangster.

Hampir tiga tahun berturut-turut tidak ada yang berani merebut kekuasaan dari tangannya.

Mereka merasa nyaman di pimpin oleh Nathan. Hampir tidak ada kericuhan dan masalah besar yang di timbulkan selama kepemimpinannya. Oleh karena itu mereka menghendaki agar Nathan terus memimpin aliansi.

Namun keadaannya akan berbeda, malam nanti Nathan akan menyerahkan kekuasaannya pada gangster yang dulu pernah mengetuai aliansi.

Ia lebih mementingkan adiknya daripada apapun termasuk kekuasaannya.

Tak ada cara lain lagi untuk menyelamatkan sang adik. Dengan sangat terpaksa ia akan mengalah ketika di tantang oleh ketua gangster black king.

...

Jam pelajaran telah lama usai,

Bastian masih menunggu Aluna di depan gerbang.

"Ahh, mana gadis itu, kenapa belum kunjung datang juga? Apa dia menipuku? Atau dia masih ketakutan?, Tidak mungkin, bukannya ia sudah berjanji akan pulang bersamaku?"

Sudah satu jam berada di sana, perasaannya sudah kecewa janji tak di tepati oleh sang gadis.

"Kali ini kau berhasil membuatku jengkel, hahh, awas kau..!!"

Ia pun tak mau berlama-lama lagi terus berada disitu. Segera pergi meninggalkan Aluna.

Padahal sebenarnya gadis yang di tungguinya sedang meronta-ronta menahan sakit dan minta pertolongan.

Percuma saja ia berteriak, tak ada yang bisa mendengarnya.

Kain penutup matanya telah basah oleh air mata.

Ia tak bisa mengenali para penjahat, hanya bisa mendengar mereka berbicara.

"Kasian juga ya gadis ini."

"Apa lu bilang? Lu gak kasian liat abangnya bos kita?"

"Iya juga, tapi kan tetap aja gadis ini gak tau apa-apa."

"Ahh, bukan urusan kita dia mau gimana-gimana juga. Apalagi kalau abangnya nih cewek kagak mau ngalah lawan bos Ajo. Terpaksa kita tusukkan pisau ini di jantungnya dia."

"Nanti kalau kita di penjara gimana?"

"Ah elu takut amat, tenang aja kalo nih cewek sampai mati di sini. Kita bakar aja gudang ini. Sekalian biar dia juga ikut hangus dan polisi gak bakalan nyangka kalau dia udah di bunuh. Mayatnya keburu jadi abu sebelum di otopsi. Haha. Canggih kan ide gue?"

"Canggih juga, tapi sadis amat ya."

"Kalau gak gitu, kita yang bakalan di abisin sama bos Ajo."

Mereka terus berbincang sambil menjaga Aluna.

Memastikan sang gadis tetap dalam posisinya dan tak berbuat macam-macam.

"Hiks hiks," isak tangis meringis kesakitan masih keluar dari mulutnya. Siapa yang bisa tahan dengan luka tusukan cukup dalam di biarkan begitu saja tanpa ada pertolongan pertama yang di dapatnya.

..

Malam itu semua gangster telah berkumpul di satu tempat yang lumayan luas.

Suasana sangat ramai, gaduh oleh orang-orang yang berada di sana.

Mereka saling berbicara satu sama lain. Adapula yang hanya diam berdiri memandangi keramaian.

Bagas, Anton, Budi beserta seluruh anggota Shanks telah ikut berbaur disana. Menantikan kehadiran ketua mereka.

Tak perlu menunggu lama, orang yang mereka tunggu akhirnya datang juga.

Ia turun dari motor besarnya melangkah ke arah mereka dengan rautnya yang tak enak di pandang.

"Than, kenapa lu? Pusing amat kayaknya."

Budi menyambutnya dengan pertanyaan.

Bagas menyenggol dada Budi supaya ia tidak menanyakan sesuatu padanya ketika ia nampak semrawut.

Bisa saja telah terjadi sesuatu pada Nathan.

Nathan menatap semua anggota Shanks. Lalu berpesan.

"Apapun yang terjadi malam ini, kalian tak usah ikut campur."

"Ada apa than? Ada apa?" Beberapa diantaranya bertanya-tanya.

"Ah sudah, kalian diam saja. Bila kalian ingin pergi dari Shanks, pergi saja. Aku takkan memperdulikan apa-apa lagi."

Mereka semakin kebingungan dengan pernyataan Nathan.

Apa yang terjadi sebenarnya hingga ia berkata seperti itu.

Ajo segera muncul di hadapan mereka,

"Bagus. Bagus. akhirnya kau datang juga"

Nathan segera berjalan cepat menuju ke arahnya,

Mukanya nampak memerah ekspresi dari kemarahan yang tidak terbendung lagi.

Mereka telah berhadapan dan jaraknya sangat dekat.

Nathan menempelkan kening di kening bajingan licik yang telah menculik adiknya, persis seperti domba yang sedang beradu tanduk.

"Ayo lakukan apa yang ingin kau lakukan, bedebah..!!"

"Ho ho, tenang sobat. Adikmu pasti baik-baik saja bersama kami."

Orang-orang di sana segera berkerumun dan membuat lingkaran mengelilingi keduanya.

"Sepertinya akan ada pertunjukan, dan kita akan punya pemimpin baru rupanya " ucap Andrea si ketua gangster Hawk.

"Tapi aku lebih suka di pimpin oleh orang lama (Nathan)" Rininta menanggapi pernyataan itu. Wanita berparas anggun, berambut merah dan memakai topi itu rupanya juga seorang ketua gangster dari gangster "Death Rose"

Mereka telah berkerumun membuat lingkaran kosong di tengah, hanya di isi oleh Ajo dan Nathan.

Mereka telah bersiap memulai pertarungan yang sudah di ketahui siapa pemenangnya oleh Nathan.

.

.

.

.

.

Cilincing, 30-07-2022