Aluna memegang pegangan pintu ruangan tempat Farel di rawat, siap untuk membukanya.
Ia mendengar beberapa orang berbicara dengan Farel.
"Tenang Rel lu bakalan aman bareng geng kita, asal lu jangan bertindak gegabah. Kita pecah belah mereka dulu dari dalam, setelah itu kita habisi mereka satu-persatu."
"Cerdik juga pikiran lu bos."
"Ha ha, gue emang udah enek dan muak sama geng Shanks dari dulu, mereka memang besar tapi lemah, sok-sokan jadi pahlawan di mata orang-orang."
"Tenang aja bos, gue udah punya senjata ampuh buat ngelancarin urusan kita."
Farel menunjukkan foto dirinya tengah mencium dada Aluna ke hadapan mereka.
"Hahaha, gak salah gue kerjasama sama loe. Otak mesum loe emang encer.. hahaha"
Obrolan mereka pun telah berakhir, dua orang keluar dari ruangan.
Berpapasan dengan Aluna di depan pintu.
Mereka memperhatikan wajah Aluna yang mirip dengan wanita yang di tunjukkan oleh Farel.
Tampak sinis tatapan keduanya memandangi Aluna.
Tapi ia tak terlalu memperdulikan kedua orang tersebut, lalu masuk ke dalam ruangan.
"Hey sayang sudah datang rupanya cepat sekali?"
Aluna nampak tak senang dengan sambutan Farel.
Wajahnya di tekuk sembari cemberut.
Ia terpaksa harus datang ke sini untuk memenuhi permintaan Farel.
Duduk di kursi samping melipat kedua tangan di dada.
"Kenapa duduk di situ? Kemarilah.!"
"Emmhh,, hmm."
Mau tak mau ia pun mendekati Farel duduk di sampingnya.
"Kok wajahnya di tekuk gitu sih sayang? Gak seneng ya lihat aku? Ya udah mendingan kamu balik lagi aja deh."
Raut wajahnya di paksakan untuk tersenyum.
"Hihihi, enggak kok sayang. Aku cuma lupa beli sesuatu buat kamu."
"Ah, gak usah repot-repot, kamu datang pun aku dah seneng banget."
"Oh iya aku boleh tanya sesuatu?"
"Apa sayang?"
Tangan Farel memegang dagu lembut Aluna.
"Kalau boleh tau siapa yang datang barusan?"
"Yang mana?" Pura-pura tak tahu.
"Iiyyhh, ya udah kalau kamu gak mau jawab juga gak apa-apa."
"Emmmh, yang datang barusan ya?"
"Iya yang dua orang itu?"
"Berarti kamu tadi nguping obrolan kita ya?"
Farel mulai merasa was-was jika Aluna mengetahui pembicaraan mereka.
Padahal kenyataannya memang seperti itu. Tapi justru Aluna lah sekarang yang berpura-pura tak mendengar pembicaraan mereka.
"Emang kalian ngomongin apa sih? Jadi penasaran deh"
Aluna berhasil mengelabui Farel.
"Emmhh mau tahu aja apa mau tau banget?" Menirukan gaya bicara sang gadis saat menggodanya.
"Diihh, gitu banget. Ya udah sih aku kan udah bilang. Gak ngasih tau juga gak apa-apa kok."
"Uuu uuuhh, gemesin banget deh kalau liat kamu kayak gitu."
Menjewer pipi bulat Aluna.
"Adududuh, sakit tahu?"
"Emmmh, maaf deh sayangku gak sengaja."
Suasana hati mereka mulai mencair, membuat Aluna sedikit lega.
Di pikirnya dengan berlaku seperti itu dapat meluluhkan hatinya. Secara perlahan ia hendak membuat Farel untuk tulus mencintainya, tidak semata harus menggunakan video atau foto untuk memaksakan kehendak terhadap dirinya.
..
Nathan telah berangkat ke kafe tempat ia biasa bekerja.
Dua orang yang menemui Farel datang ke kafenya.
Mereka duduk setelah memesan minuman.
"Itu dia si Nathan. " Ucap pria berkulit sawo matang berbadan gempal yang sering di panggil bos Ajo.
"Yang mana bos?" Tanya si Joni pria kurus di depannya.
"Ah elu masak kagak liat?! Tuh yang lagi bikin kopi."
Joni melihat ke arah seorang pria tinggi putih berambut ikal tengah meracik minuman dengan mesin ekspresso di depannya.
"Wah, ya udah bos kita langsung hajar aja orang itu."
"Lu jangan gegabah, jangan nganggap remeh orang yang belum elu ketahui asal usulnya."
"Emangnya dia siapa sih bos?"
"Masa loe kagak tau?"
Ajo Menimpuk jidat si Joni.
"Aduh bos, beneran saya gak tahu."
"Ah payah lu, asal lu tau si Nathan itu bukan orang sembarangan."
"Sembarangan gimana?"
"Dia tuh pemimpin gangster yang paling di segani di kota ini."
"Bragez? Apa Exotic?"
"Bukan, itu mah di daerah lu."
"Terus yang mana sih bos gangster nya?"
"Nih denger baik-baik. Dia tuh pemimpin gangster "Shanks"."
"Apa..!!, Jadi kita di markasnya mereka?"
"Ssstt, diem lu jangan keras-keras ntar kalo mereka pada denger. Kita bisa mati di sini.
Ajo adalah pemimpin gangster "Black king" yang mempunyai dendam kesumat pada gangster Shanks.
Dulunya gangster tersebut memimpin aliansi para gangster di wilayah ini.
Namun kemunculan Nathan sebagai pemimpin Shanks merubah segalanya.
Ia merebut tahta sebagai pemimpin aliansi di depan muka para petinggi gangster.
Nathan terpaksa melakukan aksinya tersebut bersama para anggota Shanks seluruhnya demi mewujudkan keamanan dan kedamaian di wilayahnya.
Karena aliansi di bawah kepemimpinan black king hanya menimbulkan keresahan dan kekacauan saja.
Ketika itu di diputuskanlah kembali mengenai siapa yang paling hebat dan layak untuk di jadikan pemimpin dengan cara melawan gangster terkuat saat itu yang sedang di pegang oleh "Black king".
Perkelahian pun tak terhindarkan lagi antara "Black king melawan "Shanks" di depan mata para petinggi gangster.
Meskipun dengan jumlah anggota Shanks dengan anggotanya yang masih sedikit sekitar dua puluh, sanggup melawan bahkan mengalahkan "Black king" yang berjumlah lebih dari seratus orang.
Ajo yang masih menjadi bawahan kakaknya waktu itu. Melihat dengan jelas hentakan kaki Nathan menginjak-injak muka kakaknya yang sudah tak berdaya penuh luka bersimbah darah.
Nathan pun di nobatkan menjadi pengganti kakaknya sebagai pemimpin aliansi gangster.
Sejak saat itu rasa dendamnya terus berkobar hingga detik ini.
Selama itu pula ia mencari cara supaya bisa membalaskan dendam sang kakak pada Nathan.
Hingga terpikirkan olehnya sebuah siasat licik. Karena tak mungkin untuk melawan Shanks secara langsung.
Kakaknya yang ia kira lebih kuat darinya saja bisa di pecundangi Nathan. Apalagi dirinya yang mungkin tidak ada apa-apanya jika berhadapan secara langsung.
Hanya sebuah siasat yang mungkin bisa mewujudkan keinginannya, meski harus dengan cara licik.
Ajo melihat ada sedikit celah di antara mereka ketika ada kejadian yang menimpa Farel.
Disitulah ia mengambil kesempatan, menghasut Farel yang sedang takut menghadapi sikap Nathan, jika Nathan sampai mengetahui perbuatan kotornya yang di lakukan pada sang adik perempuannya.
Mereka akan memaksa Nathan untuk mengalah di hadapan para petinggi aliansi gangster, dengan memanfaatkan Aluna.
Ya mereka telah berencana dengan cara mengancam Nathan. Mereka akan melukai atau mencelakakan adiknya jika ia tidak menuruti keinginannya.
Farel akan di manfaatkan untuk mengundang Aluna supaya keluar dari rumah.
Lalu siasat licik pun akan segera di mulai , ketika Aluna telah selesai menjenguk Farel yang di rawat di rumah sakit. Dan hendak kembali ke rumah.
.
.
.
.
.
Cilincing 30-07-2022 03:09 am