Sementara itu di luar rumah, tetangga Bu Romelis pada penasaran sama mobil yang terparkir di depan rumah Bu Romelis. Ketika Bu Romelis menyapu teras rumah, tetangganya nyamperin.
"Ini mobil siapa mbak?" Tanya Bu Tina.
"Ricandra anaknya Pak Bams." Jawab Bu Romelis sambil terus menyapu.
"Bukannya Pak Bams sakit dan sudah lama nggak menginap di sini mbak?" Tanya Bu Tina lagi.
"Lalu kenapa mbak? Memangnya nggak boleh kalau anaknya juga menginap di sini? Kita itu sudah seperti keluarga dengan Pak Bams." Balas Bu Romelis.
"Ya nggakpapa sich. Ya udah aku pulang dulu mau jemur cucian." Pamit Bu Tina lalu pergi.
'Jangan sampai tetangga tau kalau Imelda sudah menikah. Bisa-bisa mereka mengira Imelda hamil di luar nikah karena menikah di saat ia masih sekolah.' Batin Bu Romelis.
Setelah menyapu, Bu Romelis masuk ke dalam rumah dan mendapati Ricandra sedang sarapan di dapur.
"Mau minum apa? Kopi apa teh Ricandra?" Tanya Bu Romelis pada Ricandra.
"Nggak usah repot-repot Bu. Air putih ini saja udah cukup." Jawab Ricandra sungkan.
"Nggak usah sungkan. Kamu sudah jadi bagian dari keluarga ini sekarang. Kamu sudah ibu anggap anak ibu sendiri. Ibu buatin kopi ya?" Ujar Bu Romelis.
"Iya Bu makasih." Balas Ricandra.
"Oh iya Bu, Ricandra minta nomor hp-nya Imelda ya?" tambah Ricandra.
"Dari kemarin kemana saja? Dua hari bersama masa' belum tukeran no hp?" Tanya Bu Romelis nyindir. Ricandra hanya membalas dengan tersenyum. Setelah mendapatkan no ponsel Imelda, Ricandra segera pamit untuk pergi bekerja.
Setelah guru Biologi keluar kelas, Melly, Vina, dan Rita segera mengerubungi Imelda.
"Udah ngapain aja?" Tanya Vina nggak sabar.
"Maksudnya?" Tanya Imelda balik.
"Sama suami mu." jelas Rita tau ke arah mana pertanyaan Vina.
"Sssssttttt jangan keras-keras nanti yang lain pada tahu. Ini hanya rahasia kita berempat okey?" Ujar Imelda sambil berbisik. Ketiga temannya pun menyatukan jempol dan jari telunjuk mereka menandakan OK.
"Yuk ke kantin dulu. Udah laper nich. Nanti keburu bel masuk malah nggak makan kita." Ajak Melly. Yang lain pun setuju.
Sesampainya di kantin seperti biasa Aditya menghampiri Imelda.
"Kamu kenapa nggak masuk 3 hari Imelda?" Tanya Aditya khawatir.
"Mmmm aku... aku di ajakin bapak menjenguk temannya yang sakit di rumah sakit luar kota Dit." Jawab Imelda.
"Kenapa aku telfon nggak di angkat?" Tanya Aditya lagi.
"Ada bapak. Aku takut di marahi Dit. Kamu kan sudah tahu aku dilarang bapak pacaran selama masih sekolah." Jawab Imelda.
"Iya aku paham. Aku akan tetap menunggumu Imelda." Ujar Aditya sambil tersenyum.
"Dit... mendingan kamu jangan nunggu aku. Kamu bebas pacaran dengan yang lain." Balas Imelda menyarankan. Imelda tahu bahwa pernikahannya dengan Ricandra hanya satu tahun saja. Tapi kemarin Imelda mendengar Pak Bams meminta Ricandra berjanji untuk tidak menceraikan Imelda. Imelda tidak tahu bagaimana akhir dari pernikahannya.
"Tapi aku hanya menyukaimu Imelda. Aku akan sabar menunggumu..." Balas Aditya sungguh-sungguh.
Siang hari saat Imelda pulang sekolah ia sudah tidak menemukan Ricandra di rumahnya. Ia merasa lega. Akhirnya ia bisa bebas seperti biasa di rumahnya. Bu Romelis menghampiri Imelda yang sedang berbaring di ranjangnya.
"Kamu kemarin ngapain aja sama Ricandra Imelda?" Tanya Bu Romelis sambil duduk di tepi ranjang Imelda.
"Nggak ngapa-ngapain Bu. Kemarin Imelda masak di rumahnya Mas Ricandra terus ikut ke kantornya. sorenya ke rumah sakit jenguk Pakdhe Bams terus pulang kesini" Jawab Imelda jujur.
"Berarti kalian bersama terus kan ya? Lalu kenapa nggak tukeran nomor hp?" Tanya Bu Romelis heran.
"Oh iya Imelda baru ingat kalo belum punya nomor hp-nya Mas Ricandra. Hahaha. Ibu kok tahu?" Tanya Imelda balik.
"Tadi sebelum pergi Ricandra minta nomor hp kamu. Oh iya Imelda rencananya kamu mau tinggal disini apa pulang ke rumah Ricandra?" Tanya ibunya ingin tau.
"Nggak tahu Bu. Pengennya Imelda sih tetep tinggal disini. Ada Bapak sama Ibu dan Johan (adeknya Imelda) juga. Imelda juga masih sekolah. Rumahnya Mas Ricandra itu besar Bu tapi nggak ada penghuninya. Imelda takut kalo di tinggal sendirian di rumah itu." Jawab Imelda.
"Ya sudah terserah kamu saja Imelda. Kamu diskusikan dulu sama Ricandra sekarang dia suami kamu. Kalo kalian mau tinggal di sini juga nggakpapa." Ujar Bu Romelis sambil berdiri meninggalkan Imelda yang beristirahat siang.
Roselia akhir-akhir ini sangat sibuk. Pekerjaan menjadi model membuatnya harus mondar mandir ke luar kota. Hingga ia tidak tahu kalau Ricandra sudah menikah. Ricandra pun memang sengaja merahasiakan pernikahannya dari siapapun karena ia berencana bercerai setelah pernikahannya berusia satu tahun. Hari ini Roselia libur sehingga ia bisa makan siang bareng Ricandra.
"Sayang... kapan kita akan menikah?" Tanya Roselia menginginkan kepastian. Karena mereka sudah pacaran selama 2 tahun.
"Tunggu sampai papa sembuh dan merestui hubungan kita sayang." Jawab Ricandra dengan tenang setelah itu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Kalau papa kamu meninggal gimana?" Tanya Roselia pelan takut Ricandra tersinggung.
"Jangan mendahului takdir. Jalani saja seperti air mengalir" Balas Ricandra.
"Ricandra... aku nggak mau di gantungin gini terus. Kalau kamu nggak serius mending kita putus aja." Ujar Roselia tegas.
"Sabar sayang. Tunggu satu tahun lagi. Okey?" Ucap Ricandra sambil menggenggam tangan Roselia di atas meja. Roselia pun mengangguk setuju.
Setelah makan bersama Roselia, Ricandra ke rumah sakit menjenguk papanya. Dia tidak mengajak Roselia karena Pak Bams tidak suka dengan Roselia dan juga di mata keluarganya ia sudah menikah dengan Imelda. Disana ada mamanya dan juga Sita adiknya Ricandra.
"Mana Imelda Ricandra?" Tanya Pak Bams yang melihat Ricandra datang sendirian.
"Sekolah Pa..." Jawab Ricandra singkat lalu mencium punggung tangan Pak Bams.
"Kamu pulangkan dia kerumahnya?" Tanya Pak Bams lagi.
"Iya Pa. Dia kan masih harus sekolah? Nggak mungkin kan ikut Ricandra kemana-mana terus?" Balas Ricandra.
"Jarak dari rumah kamu ke sekolah dia sama dengan jarak dari rumahnya Ricandra. Ajak dia pulang ke rumahmu. Sekarang dia istrimu." Ucap Pak Bams. Ia ingin Ricandra menyayangi dan memperlakukan Imelda seperti istrinya. Kalau mereka tinggal satu rumah kemungkinan suatu saat akan tumbuh rasa cinta di antara mereka. Itu yang di inginkan Pak Bams.
"Ya nanti setelah pulang kerja Ricandra akan menjemputnya Pa..." Jawab Ricandra.
"Aku ikut Kak?" Ucap Sita bersemangat.
"Nggak. Kamu di sini aja sama Mama." Jawab Ricandra menolak. Sita pun cemberut.
Setelah pulang dari rumah sakit Ricandra mengemudikan mobilnya ke perusahaan sebentar menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Setelah itu ia pulang ke rumahnya mengambil beberapa pakaian karena ia nggak mau tidur telanjang lagi di rumah Imelda. Setelah itu ia pergi ke rumah Imelda.
Ricandra merasa sangat lelah. Jarak dari rumah sakit ke perusahaannya menempuh waktu 1 jam perjalanan. Dari perusahaan ke rumahnya kurang lebih satu 1 jam juga. Jarak dari rumahnya ke rumah Imelda 1 jam juga. Dari rumah sakit ke rumah Imelda menempuh waktu 3 jam.