Chapter 53 - Sahabat (2)

Setelah dirinya ditinggalkan sendirian di dalam mobil, beberapa puluh menit kemudian, Rio dihampiri oleh seorang pria tua yang memiliki banyak bekas luka di wajahnya. Rio ditanyai berbagai pertanyaan oleh pria tua yang tidak Rio ketahui siapa namanya itu. Seperti nama orang-orang yang tinggal di rumah itu dan kerabat mereka, lalu seperti apa Arya dan Ibunya, apa yang mereka lakukan saat terakhir kali Rio bertemu dengan mereka dan berbagai pertanyaan lainnya seputar Arya dan keluarganya.

Rio hanya memberikan jawaban seperlunya saja. Dia tidak benar-benar memberikan detail apapun mengenai Arya yang tidak ditanyakan oleh pria tua itu. Entah untuk alasan apa, tapi Rio merasa bahwa dirinya harus merahasiakan beberapa hal tentang Arya pada pria itu. Seperti Arya yang memiliki perkerjaan sampingan atau keanehan yang terjadi pada Arya belakangan ini.

Setelah puas memberikan pertanyaan pada Rio, pria tua itu segera pergi meninggalkan dirinya sendirian kembali. Dia tidak mengusir Rio dari mobil itu atau menyuruhnya pulang, dia hanya menyuruh Rio untuk melakukan apapun yang dia suka. Rio menuruti perkataan pria tua itu dan melakukan hal yang ingin dia lakukan, dia pergi dari mobil itu, lalu masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan kawasan rumah Arya.

Tentu saja dia tidak berniat untuk pulang ke rumahnya sama sekali. Dia harus pergi mencari keberadaan Arya. Sayang sekali, dia tidak memiliki cara untuk menghubunginya, tapi dia setidaknya memiliki satu petunjuk yang bisa dia gunakan untuk mencarinya, yaitu perkerjaannya.

Meski Arya tidak pernah memberitahukan jenis perkerjaan apa yang dia miliki, tapi Rio dapat menebak perkerjaan mudah macam apa yang bisa dia dapatkan dengan cepat dan jadwal yang tidak terlalu ketat untuk mahasiswa. Dia pasti berkerja di tempat yang menyajikan makanan atau di toko yang tidak memiliki banyak pegawai.

Arya tidak begitu suka dengan keramaian, jadi berkerja di tempat yang terlihat sangat ramai mungkin bukanlah tempat pilihannya untuk berkerja, tapi karena saat ini sudah malam dan sedang hujan lebat, maka banyak toko yang sepi atau bahkan sudah tutup, jadi pilihan Rio untuk memulai pencariannya sebetulnya cukup sedikit.

Untuk pencarian pertamanya, dia mencoba toko yang tidak begitu jauh dari rumah Arya yang saat ini masih buka. Toko itu hanya menjual kopi dan beberapa kue sebagai pendamping untuk kopi, tapi Arya merasa bahwa toko itu cukup cocok dengan Arya, jadi dia akan mencoba menanyakan pada si penjaga kasir.

"Selamat datang, pak!"

"Anu... maaf, Apakah ada orang yang bernama Arya berkerja di sini? Ini fotonya, apakah kau pernah melihatnya?"

Setelah si pegawai wanita menyapanya, Rio segera menanyakan keberadaan Arya, dia juga memperlihatkan foto Arya yang ada di smartphonenya, tapi sayangnya si pegawai wanita itu menggelengkan kepalanya, tanda bahwa dia tidak pernah melihat Arya.

"Maaf, pak... Aku tidak pernah melihatnya..."

"Begitu, ya... terima kasih!"

Setelah mendapatkan jawaban dari si penjaga wanita itu, Rio segera keluar dari toko itu dan melajukan mobilnya ke tempat selanjutnya. Dia sama sekali tidak mempedulikan hujan yang masih turun dengan lebat. Prioritas utamanya saat ini adalah mencari keberadaan sahabatnya.

Mungkin ini hanya firasat buruknya saja, tapi dia merasa bahwa jika dia tidak bisa menemukan Arya, maka dia tidak akan pernah bertemu dengan dirinya lagi.

Setelah menemukan toko yang masih buka lainnya, Rio segera melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan pada toko sebelumnya, tapi sayangnya hasil yang dia dapatkan sama seperti sebelumnya. Si penjaga toko tidak pernah melihat Arya sebelumnya.

Tidak menyerah, Rio kembali membawa mobilnya melaju ke toko berikutnya. Meskipun dia mendapatkan hasil yang sama berulang kali, tapi dirinya tidak pernah berhenti mencari keberadaannya.

Rio memang menyadari jika mungkin saja saat ini Arya berada di rumah orang lain, tapi Rio tidak merasa bahwa Arya adalah tipe yang akan menerima ajakan seseorang untuk menginap di rumah orang lain. Dia pasti lebih memilih untuk tidak tidur sama sekali atau bersembunyi di tempat yang benar-benar sepi dari pada merepotkan orang lain. Dia memang mungkin akan memilih untuk merepotkan orang lain, jika dia memiliki alasan kuat untuk melakukan hal seperti itu, seperti menyuruh Rio untuk menjaga Ibunya siang tadi, tapi Rio merasa bahwa dia tidak akan melakukan hal tersebut, jika itu hanya demi kepentingannya saja, seperti situasi saat ini.

Arya memang orang aneh yang sangat merepotkan orang lain. Jika dia tidak pernah memikirkan apakah dia merepotkan orang lain atau tidak, dia pasti sudah menerima pinjaman smartphone dari Rio dan saat ini Rio memiliki cara untuk menghubunginya. Meskipun memang ada kemungkinan bahwa Arya akan meninggalkan smartphone Rio di rumahnya atau di suatu tempat, jadi mungkin hal itu tidak akan merubah apapun di situasi saat ini, tapi Rio tetap saja tidak bisa menahan rasa frustasinya saat ini. Dimana sebenarnya orang itu berada.

Pada akhirnya Rio mencari Arya di berbagai toko yang masih buka selama semalaman penuh dan tak mendapatkan hasil apapun. Karena lelah, Rio memutuskan untuk beristiharat sebentar di salah satu toko dan tertidur di sofa toko tersebut, setelah memesan secangkir kopi.

"Maaf, tuan.... bisa kau bangun!"

Rio baru terbangun dari tidurnya saat seseorang mengguncang tubuhnya. Matahari sudah tinggi di luar toko, sementara kopi yang telah dia pesan belum disentuh sama sekali olehnya dan sudah lama mendingin. Rio memang sudah tidak lagi berniat untuk meminum kopinya, jadi dia sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Maaf... seperti Aku tertidur..."

"Tidak apa-apa... hanya saja, apakah tuan tidak masalah jika pindah dari tempat ini? Sebentar lagi jam ramai toko akan dimulai, jadi kalau bisa.... maaf..."

"Tidak... Akulah yang salah, jadi maaf..."

Si pelayan toko dengan lembut menyuruh Rio untuk segera meninggalkan toko atau dirinya hanya akan merepotkan para perkerja toko dan pelanggan. Mereka sudah baik untuk membiarkan Rio untuk tertidur di toko mereka, jadi Rio tidak memiliki alasan untuk tidak menuruti permintaan mereka.

Rio melihat ke jam yang berada di toko yang telah menunjukan pukul 10:46. Untung bagi Rio, karena hari ini kampus sedang libur, karena sekarang adalah akhir pekan, jadi Rio tidak perlu khawatir tentang kuliahnya. Meskipun itu juga bisa menjadi kabar buruk baginya, karena dia tidak akan dapat memastikan apakah Arya akan tetap pergi ke kampus atau tidak. Meskipun kemungkinannya kecil, tapi dia tetap berharap bisa bertemu dengan Arya di kampus.

Setelah membayar kopinya dan menambahkan tip yang lumayan besar untuk pelayan toko, Rio segera meninggalkan toko tersebut.

Tubuh Rio terasa sangat lelah dan kotor, jadi Rio memutuskan untuk pergi ke pemandian ari panas yang ada di kotanya. Meskipun bukan pemandian air panas alami, setidaknya dia bisa membersihkan dan menghilangkan lelah di tubuhnya. Dia tidak berniat untuk pulang ke rumahnya, karena dia mungkin saja bertemu dengan orang tuanya dan akan tertahan oleh mereka untuk menginterogasi, karena Rio sama sekali tidak pulang ke rumahnya kemarin malam.

Rio mungkin sedang beruntung, karena pemandian yang dia kunjungi saat ini tengah sepi. Saat ini dia sedang ingin menyendiri, jadi dirinya merasa bahwa dewi keberuntungan masih memberikan sedikit keberuntungan untuknya.

Akan tetapi saat dirinya tengah merendam tubuhnya di air panas, tiba-tiba seorang pelanggan yang memiliki badan yang sangat besar masuk ke dalam pemandian tersebut. Rio cukup terkagum-kagum dengan tubuh berotot milik si pria besar itu, tapi karena dia tidak sedang dalam suasana hati yang baik, maka dia tidak mengatakan apapun.

Pria besar itu juga masuk ke dalam bak air panas yang sama dengan Rio, tapi karena bak itu lumayan besar, jadi dia bisa menjaga jarak yang jauh dari tempat Rio berendam. Tak butuh waktu lama, sebelum suasana canggung tercipta di antara mereka. Entah mengapa Rio merasa bahwa pria itu mirip dengan Arya, meskipun penampilan fisik mereka yang sangat jauh.

"Maaf, pak.... apakah kau habis melakukan perkerjaan yang berat?"

Rio memberanikan dirinya untuk bertanya pada pria besar itu. Meskipun pria besar itu tidak merubah sedikit ekspresi wajahnya, tapi entah mengapa Rio bisa mengetahui bahwa dia sedang kelelahan saat ini.

"Ya..."

Rio mulai merasa bahwa pria di depannya saat ini, bahkan lebih parah dari Arya dalam hal berkomunikasi.

"Kalau boleh tahu, apa yang terjadi?"

Rio hanya basa-basi dengannya, tapi setelah dipikirkan lagi, dia mungkin saja bisa mendapatkan sedikit petunjuk tentang Arya, jika dia mengobrol dengan pria itu, meskipun kemungkinan itu sangatlah kecil.

"Kemarin sangat buruk..."

"Hmmm... lalu?"

"Aku tidak bisa tidur sama sekali, setelah berlarian ke sana-sini!"

Meski Rio tidak tahu kenapa dia kemarin sampai harus berlari ke sana-sini, tapi Rio merasa bahwa itu memang sangat berat. Lalu Rio menyadari hal aneh dari perkataannya tadi.

Kemarin malam itu kan sedang hujan lebat, lalu kenapa dia sampai harus berlari di tengah hujan? Rio tidak merasa bahwa dia berlari di dalam ruangan atau waktu yang dia maksud dengan kemarin adalah waktu sebelum hujan turun. Meskipun Rio tidak memiliki bukti bahwa pemikirannya benar, tapi dia tidak merasa bahwa dirinya salah.

Rio menatap pria di depannya pandangan terkejut sambil bertanya-tanya. "Siapakah orang di depannya saat ini?"