Chapter 59 - Penyelidikan ATS

Di dalam markas ATS, Raya nampak memeriksa dokumen yang baru saja dia dapatkan dari kasus yang baru saja terjadi kemarin malam. Sebetulnya ini adalah hari liburnya, tapi karena Jagt, gurunya, yang memanggilnya ke markas, maka dia tidak mempunyai pilihan lain, selain pergi. Meski sebetulnya dia tetap berniat untuk pergi ke kantor, bahkan jika tidak dipanggil oleh siapapun, jika ada kasus orang meninggal.

Sudah menjadi tugas baginya untuk melindungi orang-orang, jadi jika ada orang yang dalam bahaya atau celaka, maka dirinya memang harus bertindak, meski dia tidak dapat menyelamatkan orang itu.

Tim penyidik sudah mengumpulkan bukti yang cukup banyak dari TKP, tapi yang paling menarik perhatian Raya adalah pakaian milik si anak korban yang robek dan berceceran di lantai rumah. Sebetulnya bukan hanya Raya saja yang menganggap bahwa bagian itu adalah bagian yang paling aneh dari tkp, tapi beberapa petugas lainnya juga berpikiran hal yang sama. Kemana perginya si anak? Kenapa pakaiannya yang robek berceceran di lantai? Apa yang sebenarnya yang terjadi di rumah itu? Banyak pertanyaan seperti itu muncul di kalangan tim penyidik ATS.

Di lokasi juga ditemukan buku pelajaran kuliah. Mereka sudah melihat isi catatan di dalam buku tersebut dan memastikan bahwa itu benar-benar adalah buku milik si anak. Mereka juga sudah menanyai pihak kampus tempat si anak menuntut ilmu dan memastikan mata kuliah apa yang dia hadari hari itu. Mata kuliah dan buku yang dia bawa sangat cocok, jadi kemungkin besar buku-buku itu memang dibawa oleh si anak, lalu si anak sempat pulang ke rumahnya, entah untuk alasan apa, lalu setelah itu dia menghilang.

Mereka juga sudah mewawancari beberapa tetangga mereka. Hasil yang didapat kurang begitu bagus, karena para tetangga tidak begitu menyukai keluarga tersebut, karena si kepala keluarga yang sudah lama meninggal adalah seorang pencuri yang meninggal akibat dikeroyok massa. Jadi informasi yang mereka dapatkan dari para tetangga hanya sedikit dan tidak begitu berguna. Hanya tempat si Ibu berkerja dan kampus tempat si anak menuntut ilmu yang merupakan informasi yang berguna bagi tim ATS.

Meski begitu, ada satu hal sumber informasi yang menurut Raya cukup menarik. Seorang mahasiswa yang merupakan sahabat dari si anak, yaitu Rio. Dari dirinya ATS berhasil memastikan bahwa si anak memang tetap masuk kampus seperti biasa, tapi dia pergi ke suatu tempat untuk mengurus keperluannya, sedangkan sang Ibu sedang sakit, jadi si anak meminta pada si Rio untuk merawat Ibunya selama dia tidak bisa berada di rumah.

Raya penasaran dengan urusan apa yang dimiliki si anak sampai dia mengabaikan ibunya yang sedang sakit. Sayang sekali si Rio mengatakan bahwa dia tidak mengetahui apa urusan tersebut, karena dia tidak ingin terlalu mengusik urusan pribadi dari si anak itu. Alasannya sebetulnya cukup mencurigakan, tapi menurut orang mengintrogasinya dan Jagt, si Rio nampak cukup depresi dan terkejut dengan apa yang sedang terjadi, jadi kemungkinan dia tidak sedang berbohong. Dia tidak tahu apapun yang sedang terjadi dan apa yang sedang si anak itu lakukan.

Saat Raya membaca laporan yang dia terima mengenai isi wawancara dengan Rio, Raya merasa bahwa si Rio sedang menutupi sesuatu. Dia memang memiliki foto Rio yang nampak depresi, tapi Raya merasa bahwa tatapan milik si Rio adalah tatapan yang sedang ingin menutupi sesuatu. Itu memang hanya intuisinya, jadi dia bisa saja salah.

Foto itu diambil secara diam-diam oleh seorang petugas ATS yang membawa Rio masuk ke dalam mobil ATS untuk mewawancarainya. Foto itu diambil tepat setelah petugas ATS menanyakan semua pertanyaannya, lalu meninggalkan Rio sendirian di dalam mobil.

Raya juga memiliki rekaman video saat wawancara berlangsung dan dia sudah menontonnya. Video itu adalah rekaman CCTV dari dalam mobil, jadi gambarnya tidaklah begitu jelas seperti gambar dari televisi, tapi Raya bisa melihat wajah depresi milik si Rio yang tidak nampak dibuat-buat. Meski begitu, entah mengapa perasaannya mengatakan bahwa ada yang aneh dari reaksinya saat ditanyai tentang si anak korban.

Mereka memang sahabat, jadi reaksinya mungkin akan berbeda saat membicarakan tentang temannya itu dari pada saat dirinya ditanyai tentang hal lainnya, tapi di mata Raya hal itu tetaplah aneh. Raya yakin bahwa si Rio menyimpan menyembunyikan sesuatu tentang si anak.

"Bagaiamana, Raya? Apakah kau menemukan sesuatu yang menarik?"

Jagt datang menghampirinya sambil membawa segelas kopi di tangannya. Dia kemudian meletakan gelas tersebut di atas meja, lalu duduk di hadapan Raya.

"Ya, sedikit... Aku merasa sangat tertarik dengan si anak!"

"Si anak? Maksudmu yang bernama Arya itu?"

"Ya, dia... Aku merasa dia adalah kunci utama untuk mengungkap misteri ini!"

Jagt menunjukan senyman tertarik saat mendengar penjelasan Raya. Setelah menyesap sedikit kopinya, dia kemudian menanyakan Raya pertanyaan lainnya.

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Bukankah dia saat ini sedang menghilang?"

"Justru itu yang membuatnya sangat mencurigakan! Ibunya sedang sakit di rumah, tapi dia justru tidak berada di rumah untuk menjaganya!"

"Bukankah ada laporan yang mengatakan bahwa dia sedang mengurus sesuatu yang penting sampai dia tidak bisa menjaga ibunya?"

"Lalu, urusan macam apa yang membuatnya lebih mementingkan urusan tersebut dari pada Ibunya?"

"Entahlah, mungkin dia adalah anak tak tahu diri yang tidak peduli dengan Ibunya sendiri!"

"Jika itu yang memang terjadi, dia tidak akan meminta sahabatnya sendiri untuk menggantikannya merawat Ibunya !"

"Kurasa itu memang benar, jadi apa yang ingin kau katakan?"

Raya tidak langsung menjawab pertanyaan Jagt, dia nampak ragu untuk mengatakan isi kepalanya saat ini. Dia memang memiliki semacam teori di kepalanya untuk menjelaskan apa yang terjadi. Jika teorinya memang benar, maka hal itu bisa menjelaskan keadaan di tkp.

"Ada apa? Apa kau tidak ingin mengatakan apapun? Kau bisa mengatakan apapun, jangan takut jika yang kau katakan adalah hal yang bodoh atau tidak masuk akal! Karena kita sedang berhadapan dengan mahluk yang berada di luar akal sehat manusia"

Jagt yang menyadari ekspresi keraguan di wajah Raya memutuskan untuk memaksanya mengeluarkan isi pikirannya.

"Aku memang tidak memiliki bukti yang kuat! Tapi apa mungkin manusia biasa bisa menjadi manusia serigala?"

Sebuah pertanyaan yang menarik bagi Jagt meluncur keluar dari mulut Raya. Sebuah seringai muncul di wajah Jagt.

"Kau mengatakan sesuatu yang menarik... jika itu memang benar, maka kita akan di situasi yang sangat gawat!"

"Ya, benar sekali... Aku sendiri sulit mempercayainya, tapi kurasa hal itu bisa sedikit menjelaskan apa yang sedang terjadi di rumah itu!"

"Kau benar, tapi kita tidak tahu bagaimana caranya untuk membuktikan perkataanmu itu benar atau tidak... tim kita memang berhasil menembak kaki si manusia serigala yang keluar dari rumah itu, tapi tebakan itu baru terkena saat si manusia serigala sudah berada di luar rumah dan berada di jarak yang cukup jauh... dan karena di luar sedang hujan, maka darah yang dikeluar dari lukanya langsung menghilang dan kami juga tidak dapat temukan keberadaannya! Jadi kami tidak memiliki sample DNA miliknya!"

"Aku mendengar bahwa manusia serigala itu sangat cepat hingga kita tidak bisa mengikuti jejaknya!"

"Ya, kau benar... mungkin dia lebih cepat dari pada mobil F1! Aku sendiri tidak melihatnya secara langsung, jadi Aku tidak tahu kebenarannya!"

Tidak ada satupun dari mereka yang melihat secara langsung manusia serigala yang sedang mereka bicarakan, mereka memang merekam saat mereka berhadapan dengan manusia serigala itu dengan kamera kecil yang terpasang pada setiap senjata yang dibawa oleh anggota ATS, tapi baik Raya ataupun Jagt belum melihat rekaman itu, karena masih diproses oleh tim penyidik yang lain. Sejujurnya Raya ingin melihat rekaman itu secepatnya, tapi sayangnya untuk saat ini dia hanya bisa menunggu sampai mereka bisa melihatnya.

"Meskipun kita belum melihat aksi si manusia serigala yang menjijikan itu, tapi Aku memiliki foto menjijikannya! Lihatlah!"

Setelah mengatakan itu, Jagt mengambil beberapa foto dari kantung jasnya, lalu melemparkan pada Raya. Raya dengan gesit menangkap foto-foto tersebut. Raya segera melihat-lihat foto yang ada di tangannya.

Di foto tersebut ada seekor serigala yang sangat besar. Jika serigala itu berada di luar ruangan, mungkin akan sulit mempekirakan ukurannya dari foto saja, tapi karena dia berada di dalam ruangan, Raya bisa memperkirakan ukuran dari serigala itu. Jelas ukuran serigala itu tidaklah normal untuk serigala biasa, jadi kemungkinan besar foto itu memang foto manusia serigala atau monster serigala.

"Kembali ke teorimu mengenai manusia biasa yang bisa berubah menjadi manusia serigala... jika itu benar, maka foto yang ada di tanganmu adalah foto si anak korban, yaitu Arya... apakah kau bisa menemukan kesamaannya dengan foto si anak itu?"

Raya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tentu saja Raya sudah melihat foto si anak, Arya, jadi dia tahu bahwa foto ditangannya tidak mungkin adalah orang yang sama dengan si anak itu. Tentu saja dia tidak bisa, karena satunya adalah foto manusia dan yang satu lagi adalah foto serigala. Mereka tidak mungkin sama.

"Tentu saja kau tidak akan bisa menemukan kesamaan mereka, karena mereka memang sangat berbeda, tapi sayangnya mahluk menjijikan itu memang bisa berubah menjadi manusia biasa yang sangat berbeda dengan bentuk asli mereka, jadi sebaiknya kau jangan tertipu oleh penampilan mereka!"

"Ya, Aku mengerti akan hal itu!"

"Lalu tentang teorimu itu, kurasa Aku memang memiliki bukti bahwa kau memang benar!"

"Apa?"

Raya nampak terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Jagt, meskipun dia sendiri yang mengatakan tentang teori tersebut, tapi dia tidak menyangka bahwa gurunya akan memiliki bukti mengenai teorinya.

"Pertama-tama kita akan membahas apakah si anak itu memang benar-benar manusia biasa dan tidak memiliki darah kotor di dalam tubuhnya!"

"Kedua orang tuanya nampak memang hanya manusia biasa, para tetangga tidak pernah melihat si Ibu melakukan hal aneh saat malam hari, sedangkan si Ayah sudah lama meninggal!"

"Si Ayah meninggal, karena dia dikeroyok oleh massa, jika dia bisa meninggal hanya karena hal seperti itu, maka Aku ragu dia memiliki darah kotor di dalam tubuhnya.... lalu kami juga sudah mendapatkan tes DNA dari Ibunya, Aku sudah membacanya sebentar dan hasilnya mengatakan bahwa dia adalah manusia biasa!"

"Jadi kita bisa menyimpulkan bahwa si anak adalah manusia biasa, kan?"

"Ya, kau benar!"

Jagt menyesap kembali kopinya, setelah memberikan jawaban pada Raya. Setelah mereka sudah setuju bahwa si anak pada awalnya memang hanyalah manusia biasa, sekarang mereka akan membahas bukti mengapa mereka curiga bahwa si anak adalah manusia serigala di foto yang dipegang oleh Raya.

"Lalu bisakah kau menjelaskan kenapa kau berpikir bahwa si anak itu dapat berubah menjadi mahluk serigala yang menjijikan?"

"Itu karena semua bukti yang ada di lokasi kejadian!"

Setelah mengatakan hal itu, Raya mengambil beberapa foto dari bukti di tkp, lalu meletakannya di atas meja agar mereka berdua bisa melihat foto-foto tersebut. Foto-foto tersebut adalah foto barang mirip si anak yang tercecer di lantai.

"Ini adalah foto dari beberapa barang yang ditemukan di lokasi kejadian... menurut penyelidikan, barang-barang itu adalah milik si anak... keadaan dari barang-barang itu tidaklah wajar, karena ditemukan saat keadaan rusak!"

"Selain barang-barang itu, hanya tubuh dan pakaian si Ibu yang ditemukan dalam keadaan yang tidak baik! Lalu kenapa dengan barang-barang tersebut? Apakah kau bisa menjelaskannya?"

"Barang-barang tersebut, mungkin adalah barang-barang yang sedang dikenakan oleh si anak saat dia berubah menjadi manusia serigala... barang-barang yang ditemukan adalah pakaian, tas dan beberapa buku... sesuatu yang bisa kau bawa kemanapun!"

"Aku setuju dengan hal tersebut! Aku juga berpikiran sama! Tubuh serigala menjijikan itu sangat besar, jauh lebih besar dari pada manusia biasa, jadi wajar jika pakaian yang dikenakannya hancur saat dia berubah bentuk... Aku juga sering melihat adegan saat mereka berubah dan melihat pakaian mereka yang hancur, jadi hal itu memang benar!"

Jagt mengangguk puas. Dia sangat senang bahwa anak didiknya bisa sampai pada kesimpulan yang sama dengannya. Sebetulnya Jagt sudah memikirkan tentang kemungkinan tersebut, jauh sebelum mendengar pendapat Raya.

"Lalu sekarang adalah bukti yang memperkuat bahwa manusia biasa bisa berubah menjadi mahluk yang menjijikan!"

"Apa kau memiliki bukti yang kuat, pak?"

"Ini hanyalah dugaanku, tapi Aku sebetulnya sangat yakin dengan dugaanku ini, jadi kau tidak perlu meragukan perkataanku!"

"Baik, pak!"

"Apakah kau sudah mengetahui tentang kasus orang-orang hilang di berbagai tempat belakangan ini?"

"Ya, Aku sudah pernah mendengarnya, tapi itu hanya dianggap sebagai kasus orang hilang biasa dan tidak ada hubungannya dengan kita, jadi polisi yang menangani kasus tersebut!"

"Hal itu terjadi karena kita tidak menemukan tubuh korban, seperti kasus kali ini... tapi bagaimana jika orang-orang itu telah berubah menjadi mahluk menjijikan dan tidak dapat berubah menjadi bentuk manusia mereka lagi? Bukankah sudah wajar jika kita tidak dapat menemukan tubuh mereka, kan?"

"Kurasa... kau benar..."

"Bukan hanya itu... belakangan ini, kami menemukan banyak kasus serigala liar... kami memang bisa mengatasi mereka, sebelum ada korban jiwa, tapi bagaimana jika mahluk-mahluk menjijikan yang kita bunuh itu adalah manusia-manusia korban dari mahluk yang mengubah mereka?"

"Soal itu..."

Raya tidak bisa berkata-kata, sejujurnya dia sama sekali tidak memikirkan kemungkinan tersebut. Jika itu memang benar, maka mereka telah membunuh banyak nyawa tak bersalah. Raya tidak bisa mempercayai jika hal tersebut memang adalah kenyataan.

"Dan itu bukan yang terburuk... menurutmu apa yang diinginkan oleh mahluk menjijikan itu dengan merubah manusia-manusia tak bersalah itu menjadi mahluk-mahluk menjijikan? Lalu dimanakah dia saat ini berada dan apa yang sedang mahluk menjijikan itu lakukan dan rencanakan saat ini?"

Raya tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dia sudah merasa merinding dan ketakutan hanya dengan membayangkan hasil akhir macam apa yang mungkin terjadi di masa depan.