"Menurutku, kau bisa melupakan semua hal tentang apa yang dia lakukan! Kau hanya perlu fokus pada apa yang menurutmu benar! Mau tindakannya itu benar atau bukan, itu bukanlah kau yang harus memutuskan hal tersebut! Jadi kau tidak perlu memikirkannya!"
Itu adalah jawaban yang Ageha berikan untuk pertanyaan Arany. Sejujurnya, Ageha sudah sadar jika Arany adalah anggota ATS saat dia bercakap-cakap dengannya tadi, karena respon miliknya mirip dengan seseorang yang sedang menutupi perkerjaannya sebagai anggota ATS. Meski begitu, dia merasa Arany bukanlah orang yang jahat, maka dari itu dia memberikan jawabannya yang sungguh-sungguh. Jawaban yang dia berikan mungkin tidak akan membantunya sedikitpun, tapi setidaknya Ageha ingin Arany sedikit memikirkan apa yang baru saja dia katakan padanya.
Arany nampak sedikit terkejut dengan apa yang baru saja Ageha katakan. Meskipun itu bukanlah sesuatu yang istimewa, tapi Ageha merasa bahwa perkataannya dapat merasuki hati Arany.
Tak berapa lama kemudian, Ageha melihat seorang pelayan yang berjalan kembali ke meja mereka. Kali ini dia membawa pesanan Arany.
"Sepertinya pesananmu sudah datang, jadi kurasa kita bisa makan dulu, sebelum melanjutkan pembicaraan kita!"
Arany kemudian melihat ke arah pelayan yang sedang berjalan sambil membawa sandwich dan milk shake miliknya. Arany menganggukan kepalanya tanda setuju dengan perkataan Ageha.
"Maaf menunggu lama!"
Pelayan itu menaruh semua pesanan milik Arany di depannya. Karena sudah ada makanan di hadapan Ageha, jadi dia tidak perlu bertanya siapa pemilik dari makanan yang dia bawa.
Setelah mendapatkan makan siangnya, Arany segera menyantap makanannya. Begitu juga dengan Ageha yang sudah lebih dulu memakan steak salmonnya.
"Hmm, ini enak sekali! Kurasa Aku akan memesan masakan salmon lainnya!"
Setelah menghabiskan makanan di piringnya, Ageha segera mengangkat tangannya untuk memanggil kembali pelayan sambil melihat menu salmon lainnya yang ada di menu.
"Ada yang bisa kubantu?"
"Aku ingin pesan Salmon Teriyaki!"
"Apa ada lagi?"
"Kurasa Aku ingin meminta air putih, bisa?"
"Bisa! Apa hanya itu saja?"
"Ya, itu saja!"
Setelah mencatat pesanan Ageha, si pelayan segera pergi meninggalkan meja mereka. Sementara itu di seberang mejanya, Arany masih dengan perlahan melahap makan siangnya. Sepertinya dia bukan pemakan cepat seperti Ageha dan orang-orang di rumah.
"Maaf, ya... karena hidangan salmon di sini enak sekali, Aku jadi ingin memakan masakan lainnya!"
"Iya, tidak apa-apa... Aku tidak masalah, kok!"
Tubuh Ageha memang kecil, tapi nafsu makannya sebetulnya tidak kalah besar jika dibandingkan Arya ataupun Roy. Meski dia tidak akan makan dengan cara yang sama seperti mereka. Mungkin memang kesalahannya, karena hanya memesan steak salmon tadi.
Sambil menunggu pesanannya, Ageha memakan parfaitnya. Sebetulnya dia ingin menjadikan parfait itu sebagai hidangan penutupnya, tapi dia sudah sangat terdoga dengan penampilan manis dari parfait tersebut. Senyuman tidak dapat lepas dari wajah Ageha saat dia mencoba parfaitnya.
"Hmmm! Parfait ini sangat manis dan enak!"
Senyum juga muncul di wajah Arany saat melihat senyuman Ageha. Ageha sedikit merasa malu saat menyadari tatapan Arany yang mengarah padanya. Dia benar-benar lengah dan membiarkan Arany melihat penampilan memalukan dan kekanakannya.
"Maaf, sepertinya Aku tidak sopan!"
"Tidak apa-apa... Aku senang, jika kau menikmati makananmu!"
Setelah mengatakan itu, Arany menundukan kepalanya dan nampak sedih. Ageha memiringkan kepalanya, karena bingung. Kenapa dia tiba-tiba saja terlihat sedih? Apakah perkataannya atau tingkahnya tadi menyinggung sesuatu tentang hal sensitif baginya?
"Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba terlihat murung?"
"Eh.... tidak, tidak ada apa-apa..."
"Tidak mungkin tidak ada apa-apa! Kau tiba-tiba menundukan kepalamu seperti itu!"
"Sungguh.... tidak ada apa-apa..."
Arany memberikan senyuman untuk membuat Ageha merasa lebih tenang, tapi hal itu tidak akan berhasil pada Ageha. Dia sudah tahu bahwa Arany sedang membunyikan sesuatu yang membuatnya murung.
"Jika kau tidak ingin mengatakannya, maka Aku tidak akan memaksamu untuk mengatakannya! Tapi jika kau ingin menceritakannya, Aku akan mendengarkannya!"
Ageha memutuskan untuk merubah sedikit pendekatannya, jika dia tidak bisa memaksanya, maka dia akan mundur, lalu membuat suasana yang lebih nyaman untuknya mengatakan apa yang membuatnya merasa murung tadi.
"Ini bukan benar-benar bukan masalah besar... tapi..."
Ageha menyeringai. Seperti yang dia rencanakan, dia berhasil membuat Arany ingin mengatakan apa yang membuatnya gelisah.
"Tidak... kurasa Aku tidak perlu mengatakannya!"
"JIKA KAU MEMANG INGIN MENGATAKAN SESUATU, KATAKAN SAJA! JANGAN SETENGAH-SETENGAH!"
Ageha menggebrak meja, lalu berteriak dengan marah pada Arany. Dia sudah tidak tahan dengan sifat plin-plan miliknya. Suara berisik yang dihasilkan oleh Ageha tentu saja membuat semua orang yang berada di restoran itu melihat ke arahnya.
"Maaf, pelanggan! Bisakah kau tidak berteriak!"
Seorang pelayan yang kebetulan berada tak jauh darinya, berjalan mendekatinya sambil mencoba menenangkannya. Ageha akhirnya memperhatikan bahwa semua orang yang berada di dalam restoran sedang memandangnya.
"Maafkan Aku!"
Ageha menundukan sedikit kepalanya sambil meminta maaf dengan sopan. Setelah melihat Ageha yang meminta maaf, pelayan itu mundur kembali dan melanjutkan perkerjaannya melayani pelanggan lainnya, sedangkan semua pelanggan kembali melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.
"Maaf, Aku tidak seharusnya berteriak seperti itu!"
"Tidak, yang salah adalah Aku.... maaf, karena Aku ragu-ragu tadi... kau jadinya..."
"Maaf, itu memang salahku!
Ageha kemudian meminta maaf pada Arany, yang dibalas dengan canggung olehnya. Ageha bisa melihat dengan jelas bahwa Arany merasa sedikit terkejut saat dirinya tiba-tiba berteriak, meskipun sekarang dia memasang wajah bersalah, tapi Ageha justru malah semakin merasa bersalah. Karena dia sudah terlalu terbiasa berhadapan dengan orang-orang aneh di Cafe-nya, makanya Ageha jadi lebih mudah emosian saat berhadapan dengan orang lain juga. Mereka semua memang ahlinya membuatnya emosi.
"Jadi bisakah kau menceritakan apa masalahmu?"
"Baik... seperti yang kukatakan tadi... ini bukan masalah besar... tapi ini adalah pertama kalinya Aku merasa benar-benar merasa sangat senang saat makan malam... Ibuku sudah meninggal saat Aku masih bayi, bahkan Aku tidak pernah melihat wajahnya secara langsung, sementara Ayahku selalu sibuk dengan perkerjaannya dan hanya fokus dengan perkejraannya tanpa mempedulikan yang lain... dia bahkan menitipkanku pada kakek dan nenekku hingga Aku harus mengganti nama keluargaku dengan nama keluarga Ibuku, nama yang sama dengan kakek dan nenekku agar kami bisa menjadi lebih dekat, tapi sayangnya... kakek dan nenekku sangat merasa sedih dengan kematian Ibuku dan melihatku mengingatkan mereka pada anak mereka, jadi kami jarang bertemu... bahkan Aku makan di tempat yang terpisah dengan mereka!"
Ageha mendengarkan cerita Arany tanpa mengatakan apapun, dia hanya terkadang menganggukan kepalanya tanda bahwa dia mengerti apa yang dikatakan olehnya. Ageha tidak hanya pura-pura mengerti, tapi benar-benar mengerti apa yang dia bicarakan. Dia paham betul dengan apa yang dirasakan oleh Arany.
Cerita Arany mengingatkannya kembali kepada dirinya yang dulu. Kisah mereka tidaklah sama, tapi Ageha tetap bisa mengerti perasaan kesepian yang disarakan oleh Arany saat ini.
Dia juga mengerti apa yang terjadi pada masa lalunya. Kemungkinan besar Ibunya terbunuh oleh salah satu dari mahluk seperti Ageha, lalu Ayahnya merasakan dendam pada kaumnya dan memutuskan untuk bergabung dengan ATS. Rasa dendamnya membawanya melupakan segala hal yang berharga di sekitarnya dan mulai fokus melatih tubuhnya dan membunuh para mahluk seperti Ageha dan yang lain.
Arany mengatakan bahwa Ibunya sudah meninggal saat dia masih sangat kecil dan tidak dapat melihat wajah Ibunya secara langsung atau mungkin lebih tepatnya, Ibunya sudah meninggal sebelum dia dapat mengingat wajahnya, jadi kemungkinan Ayahnya memendam dendamnya selama 20 tahun, sesuai dengan usia Arany. Mungkin lama dendamnya kurang dari itu, tapi Ageha tahu bahwa dendam Ayahnya itu tidak akan bisa dihilangkan dengan mudah.
"Maaf, mengatakan hal seperti ini tiba-tiba... ini cerita yang aneh, kan..."
"Tidak... itu tidak aneh sama sekali!"
Ageha menggelengkan kepalanya. Dia tidak sedikitpun merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Arany adalah sesuatu yang aneh. Dia mungkin sudah lama sekali merasakan kesepian dan ingin seseorang mendengarkan ceritanya.
Cerita seperti itu memang sering terjadi, jika berhubungan dengan mahluk seperti mereka. Ageha sudah lama berpikir, bahwa konflik antara manusia dan mahluk monster seperti mereka hanya menyebabkan korban di antara kedua belah pihak. Mereka hanya menyakiti satu sama lain.
"Jadi apakah Aku adalah orang yang pertama mendengarkan cerita ini?"
"Ya, aneh sekali... tapi entah kenapa Aku bisa mengatakan semuanya padamu, padahal Aku tidak bisa mengatakan hal seperti ini pada temanku yang lain... bukan karena Aku tidak percaya pada mereka atau semacamnya, hanya saja Aku ragu-ragu apakah hal seperti ini pada mereka... jadi mungkin karena teriakanmu tadi, makanya Aku jadi berani mengatakan apa yang ada di pikiranku.. jadi, terima kasih banyak!"
Ageha tersenyum lebar saat mendengar perkataan Arany. Dia senang jika dia bisa membantunya. Meskipun mereka sebenarnya adalah musuh, tapi itu hanya berlaku saat mereka bertarung sebagai ATS dan Monster. Saat ini mereka hanya dua orang gadis yang saling bertukar cerita.
"Kau tahu, Aku memiliki saran yang sangat bagus untukmu!"
"Saran yang bagus?"
Arany nampak bingung, sementara Ageha masih tersenyum dengan lebar. Jika dia memiliki masalah seperti itu, Ageha hanya memiliki satu jawaban untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Kau hanya perlu mengatakan apapun yang ada di kepalamu dan apa yang kau rasakan!"
"APA?!"
"Kau tidak perlu berpikir apa yang orang lain katakan! Katakan saja isi hatimu! Tidak peduli apakah orang lain menganggap bahwa kau salah atau benar, selama kau berpikir bahwa apa yang kau katakan adalah benar, maka katakan saja! Tidak peduli apakah perkataanmu itu membuat mereka merasa terbebani atau tidak, selama kau berpikir bahwa hal itu adalah hal yang benar untuk dikatakan, maka katakan saja! Jika kau merasa bahwa apa yang kau katakan tadi adalah salah, maka kau hanya perlu meminta maaf!"
Arany memasang wajah bingung saat mendengarkan saran dari Ageha, tapi sedikit kemudian dia memasang senyuman. Meskipun Ageha mengatakannya panjang lebar dan terdengar berputar-putar, tapi Arany mengerti apa yang ingin disampaikan olehnya. Dia ingin menyampaikan bahwa Arany harus jujur dengan dirinya.
"Terima kasih, Aku akan memikirkan tentang saranmu!"
Ageha merasa sedikit malu, karena dia terlalu bersemangat saat mengatakan sarannya, tapi dia membalas kembali senyuman dari Arany.
Pembicaraan mereka sempat terhenti sebentar saat seorang pelayan membawakan pesanan tambahan Ageha ke meja mereka. Meskipun setelah itu apa yang mereka katakan hanya hal-hal sepele, tapi mereka berdua merasa sangat senang. Mereka berdua sama-sama berpikir bahwa alangkah baiknya jika mereka bisa terus berteman seperti ini.
Meski Ageha adalah satu-satunya yang tahu bahwa hubungan pertemanan mereka mungkin akan berakhir dengan tragis, tapi dia tetap senang karena telah memberikan jawabannya tadi pada Arany. Semoga saja jawabannya tadi dapat membantunya.