Chapter 61 - Latihan berlanjut

Arya saat ini sedang menatap langit-langit ruangan tempatnya berlatih sambil menghembuskan nafasnya dengan cepat. Sekali lagi, dia dikalahkan oleh Roy dengan sangat mudah. Meskipun pria besar itu kali ini tidak menggunakan pedangnya, tapi dia tetap jauh lebih unggul dari pada Arya.

"Apakah kau tidak apa-apa?"

Ageha berjongkok di samping Arya, lalu menusuk-nusuk pipi Arya dengan jari jelunjuknya untuk memeriksa keadaannya. Arya sudah berlatih selama seminggu penuh di ruangan ini dan dia tidak pernah meninggalkan tempat itu, meski hanya satu detik. Ageha juga sudah terbiasa melihat Arya terluka hingga dia tidak begitu mengkhawatirkannya seperti dulu.

"Ya... Aku baik-baik saja..."

Setelah mengatakan itu, Arya kembali berdiri, tapi belum sempat dia berdiri, Roy sudah menyerangnya duluan. Tendangan Roy membuat tubuhnya melayang dan menghantam tembok dengan sangat kuat. Roy tidak memberikan sedikitpun keringanan pada Arya.

Tubuh Arya kembali bersentuhan dengan lantai, tapi kali ini wajahnya menghadap ke lantai, bukan langit-langit. Hal ini sudah berlangsung berkali-kali hari ini, setiap kali Arya mencoba untuk berdiri, maka saat itulah Roy akan menyerangnya.

Saat Arya akan mencoba berdiri kembali dengan mengunakan kedua tangannya yang mendorong tubuhnya, tapi tiba-tiba Roy sudah ada di dekatnya dan menghantam tubuh Arya dengan tendangan kapak. Tentu saja hal tersebut membuat Arya harus kembali mencium lantai.

Roy kemudian menginjak punggung Arya yang masih tersungkur di atas lantai hingga membuat Arya tidak akan dapat kembali berdiri. Tubuhnya benar-benar tak dapat digerakan lagi, karena tekanan yang diberikan oleh Roy pada tubuhnya. Arya benci mengakuinya, tapi jika terus seperti ini, dia tidak akan pernah bisa berdiri kembali.

Arya mencoba merubah tubuhnya menjadi serigala, tapi Roy justru memberikan tekanan yang lebih besar lagi pada tubuhnya hingga dia tidak dapat berubah ke wujud serigalanya.

Meski begitu, Arya tidak menyerah, dia kembali mencoba berubah menjadi wujud serigalanya dan menyingkirkan kaki Roy dari punggungnya. Tapi sayangnya Roy tidak sedikitpun memberikan keringanan pada Arya. Dia terus menekan tubuh Arya hanya dengan satu kakinya.

Meski hanya dengan satu kaki Roy dapat membuat tubuh Arya tak berdaya. Jika diteruskan, bukan tidak mungkin tulang di dalam tubuh Arya akan patah. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara seperti tulang patah dan Arya bisa merasakan bahwa itu adalah suara tulangnya.

"Kalian berdua! Bisakah kalian hentikan latihan kalian!"

Arya dan Roy secara refleks melihat ke arah suara itu berasal. Mereka berdua melihat Ageha yang terlihat sangat marah pada mereka. Mereka berdua sudah mengerti alasan kenapa Ageha nampak sangat marah. Itu karena latihan mereka sudah mulai keterlaluan.

"Arya, kenapa kau tidak menyerah saja? Kau tahu, kan? Jika kau terus memaksakan dirimu, tubuhmu akan hancur oleh tekanan dari Roy? Jadi kenapa kau tidak menyerah saja untuk saat ini!?"

"...."

"Lalu, Roy? Kau sudah mendengar suara tulang Arya yang retak, kan? Kenapa kau tidak segera berhenti saat itu terjadi? Apakah kau benar-benar ingin merusak tubuh Arya?"

"..."

"Aku sudah sering mengatakan ini, tapi kenapa kalian tidak pernah mau mendengarkan perkataanku? Aku tahu jika lelaki memiliki harga diri mereka masing-masing, tapi tidakkah kalian berpikir bahwa apa yang kalian lakukan adalah sudah keterlaluan? Aku sadar bahwa latihan ini akan membuat Arya semakin kuat dan membuatnya bisa bertahan hidup lebih lama, menghadapi banyak musuh kuat yang mungkin dia hadapi di masa depan, tapi bukankah ada latihan yang lebih baik dari pada dengan cara menghancurkan tubuh seseorang?!"

"...."

"...."

Baik Roy dan Arya tidak mengatakan apapun. Ini mungkin karena Roy yang terlalu serius dalam melatih Arya atau karena Arya sudah tidak peduli lagi dengan tubuhnya. Apapun itu alasannya, mereka tidak menyangkal apa yang dikatakan oleh Ageha.

Ageha sudah sering menceramahi mereka di saat latihan mereka sudah semakin berbahaya, tapi pada akhirnya mereka tidak pernah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ageha dan tetap melakukan latihan mereka sampai tubuh Arya tidak lagi kuat menahan serangan Roy.

Roy tanpa mengatakan apapun mengangkat kakinya dari tubuh Arya dan berjalan menuju sudut ruangan, lalu duduk bersandar pada dinding. Sedangkan Arya masih berbaring di atas lantai. Tubuhnya tidak kuat berdiri lagi dengan tulang punggungnya masih patah dan membutuhkan waktu untuk sampai pulih.

Kemampuan penyembuhan Arya semakin membaik, setiap kali dia terlalu parah. Meski kemampuan penyembuhannya belum sampai ke tahap akan sembuh seketika, tapi sekarang Arya hanya perlu beberapa menit untuk menyembuhkan lukanya yang sangat parah sekalipun. Selama dia tidak terkena peluru perak, sepertinya nyawanya tidak akan dengan mudah melayang.

Ageha berjalan mendekati Arya dan kembali berjongkok di dekatnya.

"Arya, Aku tahu bahwa kau ingin segera menjadi kuat dan membalaskan dendammu, tapi jika tubuhmu hancur, itu sama sekali tidak berguna? Kau seharusnya adalah orang yang pintar, tapi kenapa kau bisa menjadi sebodoh ini!"

"Diamlah! Aku sudah tahu itu!"

"Jika kau sudah mengetahui hal itu, lalu kenapa kau tetap saja memaksakan tubuhmu!"

Ageha dengan kesal menarik pipi Arya hingga tubuhnya terangkat sedikit. Tentu saja tubuh Arya yang masih terluka langsung kembali terasa sakit, terutama punggungnya.

"A.. duh duh... bisakah kau tidak menarik pipiku dengan kencang!"

"Maaf..."

Ageha melepaskan pipi Arya sambil meminta maaf dengan tidak serius. Ageha tahu bahwa tubuh Arya akan baik-baik saja, meskipun dia mencubit pipinya dengan sangat keras, karena dia bisa bertahan dengan serangan Roy jauh berpuluh-puluh lebih sakit dari pada cubitannya. Bahkan tubuhnya pasti sedang menyembuhkan lukanya, jadi apa yang dilakukannya tadi seharusnya tidaklah berbahaya sedikitpun.

"Ada apa? Apakah kau ingin mengeluh?"

"..."

"Jika kau mengeluh hanya karena Aku mencubitmu dan membuat luka di tubuh semakin sakit, sebaiknya kau berhenti saja dengan ide balas dendammu itu!"

"Bisakah kau diam!"

"Apa kau mengatakan sesuatu?!"

".... Tidak ada...."

Meskipun Arya merasa kesal dengan Ageha yang menyingung tentang balas dendamnya, tapi Arya tahu bahwa Ageha marah, karena dia peduli dengan dirinya, makanya dari itu, dia tidak mengatakan apapun lagi, setelah sempat kehilangan kendalinya selama beberapa saat dan menyuruh Ageha untuk diam.

Setelah menunggu selama beberapa detik, akhirnya semua luka di tubuh Arya kembali sembuh. Dia segera berdiri kembali dan menghadap ke arah Roy berada. Tanpa mengatakan apapun, Roy sudah tahu bahwa Arya sedang memintanya untuk kembali berlatih dengannya.

Tanpa mengatakan apapun, Roy berdiri kembali dan menghadap ke arah Arya sebagai tanda bahwa dia menyanggupi permintaan Arya.

Sementara itu Ageha hanya menjauh dari lokasi mereka akan berlatih, dia memang masih ingin mengatakan sesuatu pada mereka, tapi pada akhirnya Ageha hanya menutup mulutnya, karena dia tahu bahwa mereka tidak akan mendengarkannya dan hanya akan berlatih tanpa mengatakan apapun. Dia mmengetahui hal tersebut, karena hal itu memang sudah terjadi sebelumnya. Ageha sudah mencoba mengatakan sesuatu, tapi mereka hanya lanjut berlatih tanpa mengatakan apapun sampai tubuh Arya sudah tidak dapat melanjutkan latihan mereka.

Arya segera merubah tubuhnya menjadi serigala, tapi sayangnya sebelum itu dapat dilakukan, serangan Roy sudah bersarang ke tubuhnya. Tinju Roy sudah menembuh tubuh Arya. Hal itu bukan perumpamaan, tinjunya memang sudah menembus kulit Arya dan membuatnya mengeluarkan darah, meski tinjunya tidaklah menembus keluar dari punggung Arya. Meski begitu, luka yang didapatkan Arya tetaplah tidak ringan.

Bisa dikatakan Arya sedikit beruntung, karena dia tidak menggunakan atasan apapun, karena jika dia mengenakan sesuatu pada tubuh bagian atasnya, pakaian itu pasti bukan hanya berlumuran darah, tapi juga mengalami kerusakan yang tak dapat diperbaiki. Sebagai orang yang tidak suka menyia-nyiakan sesuatu, tentu saja dia tidak akan suka hal itu terjadi.

Meskipun perutnya sedang mengeluarkan darah, tapi Arya masih dapat berdiri dengan kedua kakinya. Dengan posisinya saat ini, dia mencoba untuk melayangkan sebuah pukulan pada Roy, tapi Roy dengan gesit mengangkat tubuh Arya dengan menggunakan tangannya yang masih tertanam pada tubuh Arya, kemudian dia melemparkan tubuh Arya tanpa ampun ke arah tembok.

Setelah menghantam tembok, Arya segera mengatur posisi tubuhnya agar dirinya bisa mendarat dengan kedua kakinya di tanah. Meskipun dia berhasil mendarat dengan kedua kakinya, tapi sayangnya serangan Roy tidak berhenti, jadi dia tidak memiliki waktu untuk beristirahat sedikitpun.

Arya mencoba menghindari tinju yang coba dilayangkan Roy padanya dengan menggunakan instingnya, tapi Roy segera mengganti serangannya dengan tendangan berputar. Insting Arya langsung menyuruhnya berguling untuk menghindari serangan tersebut, jadi dia segera menuruti instingnya dan berguling untuk menjauh dari jarak serangan Roy.

Karena gerakan berguling yang dia lakukan, luka yang terbuka di perut Arya menjadi semakin parah dan dia kehilangan banyak darah akibat hal tersebut, tubuh Arya pada akhirnya tidak dapat berdiri, karena kekurangan darah. Tubuhnya terjatuh dengan punggung yang menyentuh tanah. Meskipun lukanya bisa sembuh dengan cepat, tapi jika dia kehilangan banyak darah, maka dia tetap akan meninggal. Dia harus bisa melakukan sesuatu tentang darahnya. Apakah tidak ada cara baginya untuk bisa mengisi darahnya kembali tanpa perlu mengonsumsi daging terlebih dahulu?

Latihan mereka pada akhirnya terpaksa berhenti untuk hari ini saat Arya kehilangan kesadarannya. Roy hanya kembali duduk di sudut ruangan, sementara Ageha segera keluar ruangan untuk mengambil daging untuk Arya.

Hal ini sudah menjadi rutinitas bagi mereka, jadi mereka tidak perlu memeriksa tubuh Arya untuk memastikan apakah dia masih hidup atau tidak. Jika hal seperti itu sudah membunuhnya, maka Arya pasti sudah lama mati di tangan Roy.

Latihan mereka resmi berhenti saat fire sprinkler yang berada di atap menyala untuk membantu membersihkan darah dan kotoran yang berada di dalam ruangan dan juga tubuh Roy dan Arya. Air yang terpancar dari fire springkler segera mengalir ke lubang pembuangan yang ada di sudut ruangan, jadi mereka tidak perlu khawatir membuat ruangan itu banjir. Jadi bisa dikatakan bahwa selain digunakan untuk tempat latihan, tempat itu juga berfungsi seperti shower raksasa bagi mereka. Inilah yang dimaksud oleh Roy waktu itu dengan ruangan ini lebih mudah dibersihkan.