Aku hanya bisa diam terduduk di teras balkon yang sepi ini. Memandangi sebuah kotak yang dikirim beserta surat dengan tulisan khas milik sahabatku. Kotak aneh terbuat dari besi seperti berangkas ini dikirim dari negeri luar nan jauh, dengan di tutupi kotak lain di luarnya yang terbuat dari gabungan papan kayu beraroma khas pohon pinus. Lebih dulu kubuka sebuah amplop berwarna hitam sangat khas dengan tinta emas yang disegel dan bertuliskan,
'Untuk sahabat jauhku terkasih.
Dari temanmu di negeri yang jauh.'
Aku tahu betul gaya penulisan dan amplop uniknya. Ini tentu dari teman petualangku yang tak bisa menetap dan mendedikasikan hidupnya pada petualangan. Suratnya selalu datang bersama cerita tentang petualangannya yang membuatku berdebar tiap kali membaca surat darinya. Dalam amplopnya terdapat dua lembar surat yang dilipat terpisah, menandakan isi surat yang berbeda.
Kubuka satu lipatan surat di bagian depan.
' Sahabat ku yang lama tak kujumpai, bagaimana kabarmu? Sebelum ku banyak bercerita, aku ingin kau memaafkanku dari hatimu yang baik karena lama tak membalas surat terakhir darimu. Di suratmu sebelumnya engkau bertanya kabarku dan keberadaanku. Sangat disayangkan aku tak sempat membalas suratmu dan terlanjur berpindah tempat. Kini ku kirimkan balasan beserta hadiah kecil sebagai ganti atas penantianmu terhadap surat balasan dariku.
Aku kini dalam perjalanan ke negeri yang jauh. Mengikuti petunjuk yang tak ada habisnya dan kemana pun kakiku melangkah. Keadaanku baik-baik saja dan kehidupanku berjalan sebagaimana mestinya. Aku menulis surat ini di dalam sebuah kereta di benua eropa, dan mengirimkan surat beserta hadiah dariku ini di stasiun kecil saat pemberhentian berikutnya.
Kuharap kau juga bisa menyaksikan pemandangan langit malam di daratan yang masih sepi ini. Langit yang begitu ramai di selimuti hamparan bintang yang tak ada habisnya ini, membuatku ingin menunjukannya padamu. Sahabatku yang kini menetap di negeri yang damai dan ramai, mungkin setelah kunjunganku ke tempat terpencil ini aku akan mengunjungimu sebagai bentuk kerinduanku.
Aku tak ingin banyak menuliskan tentang lokasiku saat ini. Akan ku simpan saat pertemuan kita nanti agar ada cerita yang bisa kau dengarkan semalam suntuk.
Sahabat ku yang rendah hati, ku harap kau menantikan kedatangan ku dan menyambutku dengan hangat kelak. Aku tahu kau pasti merasa sedikit kesal dan penasaran akan keberadaanku saat membaca suratku ini. Maafkanlah sahabatmu yang mengusik rasa penasaranmu ini. Aku berjanji akan menceritakannya sedetail mungkin saat kita bertemu nanti.
Dari sahabatmu yang kini sedang tersenyum membayangkan wajah penasaranmu sambil menulis surat ini.
PS: aku menanti petualangan mendebarkan bersamamu lagi.'
Aku tersenyum dan sedikit kesal dengan isi surat dari sahabatku ini. Walaupun sedikit kecewa karena ia tak menceritakan tentang petualangannya kepada satu-satunya sahabat yang ia miliki ini, tapi aku sangat menantikan kedatangannya.
Kulewatkan satu lembar surat yang masih belum ku baca. Kuperhatikan hadiah dari sahabatku yang usil menggelitik rasa penasaranku. Sebuah kotak terbuat dari besi dengan lebar sekitar 30 cm. Bagian atas kotak ini dapat di buka hanya dengan cara menekan bagian atasnya. Di dalam kotak ada sekat-sekat kecil dan ada juga yang memanjang. Kurasa fungsinya untuk menaruh barang-barang kecil seperti alat untuk menulis, dan peralatan kecil lainnya. Di bagian tengah kotak ada laci yang memanjang hampir selebar kotaknya, yang juga bisa dibuka dengan cara sedikit ditekan. Walau terbuat dari semacam besi, kotak ini terasa sangat ringan. Ada hiasan di setiap sudut kotak berupa ukiran unik berwarna hitam. Bagian atas kotak pun sama indahnya karena dihias dengan ukiran yang juga berwarna hitam.
Aku kembali menyandarkan punggungku pada kursi dan mengisi lagi pipaku dengan tembakau, lalu menyalakannya dengan pemantik. Malam hari ini begitu tenang di temani secangkir teh herbal favoritku dan kepulan asap yang naik ke langit.
Aku tak perlu membalas surat dari sahabatku Karena itu keinginannya. Kubiarkan diriku tenggelam dalam nikotin yang bertumpuk di kepalaku malam ini. Malam semakin dingin dan aku memutuskan masuk ke dalam kamarku. Ku letakan kotak pemberian sahabatku di meja kerja. Aku teringat masih ada satu surat yang belum ku baca darinya. Kuputuskan membacanya, dan meletakan surat lain di dalam kotak besi pemberian temanku itu. Kutekan laci di bagian tengah kotak itu dan memasukan surat yang telah kubaca beserta amplop indahnya. Kubaca suratnya perlahan untuk menghabiskan waktuku di malam tanpa bulan.
' Sahabatku yang baik hati, kuselipkan surat ini karena kau pasti bertanya-tanya tentang kotak yang kuberikan padamu. Aku ingin kau memeriksa kotak itu karena kurasa kau juga tahu kotak itu sangatlah unik. Aku pun masih bertanya-tanya tentang bahan pembuat kotak itu. Besi yang terlihat padat namun diluar dugaan kotak itu sangatlah ringan. Ku yakin sahabatku yang jenius ini sudah menyadari keanehan yang aku sebutkan di atas. Ketahuilah sahabatku, jangan simpan benda berhargamu kedalam kotak itu!
Cukup jadikan kotak itu sebagai penghias meja atau di dalam lemari kaca penghargaanmu! Aku ingin kau tahu, apapun yang kau letakkan di sana pasti akan lenyap tanpa bekas setelah kau membuka kotak itu lagi. Kumohon jangan terlalu banyak bertanya sebab aku pun tak mengerti apa sebenarnya kotak itu.
Jangan berpikir bahwa ada pencuri yang mengambil barang berharga yang kau letakan dalam kotak itu. Karena mencoba menangkapnya akan menjadi usaha yang sia-sia. Sungguh aku tak bermaksud merepotkanmu wahai sahabatku yang rendah hati. Aku pun penasaran akan kotak itu. Semoga kau bisa menemukan petunjuk yang bisa menjawab pertanyaan kita berdua tentang kotak itu.
Untuk sahabat baikku yang mungkin sedang kesal membaca surat ini.
P.S: Kumpulkan dan ceritakan petunjuk yang kau temukan setelah kita bertemu.'
Aku diam sejenak setelah membaca suratnya. Kurasa sahabatku sangat tahu cara membuat diriku kesal karena rasa penasaran. Aku coba buktikan perkataan yang ia tulis dalam surat ini dengan membuka laci di kotak bagian tengah itu. Sebelumnya ku letakan surat dan amplop dari sahabatku ke dalam laci. Setelah ku buka kembali, aku pun langsung terbangun dari kursi kerjaku karena terkejut.
"hah… Kemana suratnya?"
Selembar surat dan amplop hitam dengan tinta warna emas menghilang dari laci itu. Beberapa kali ku angkat dan membuka-tutup bagian tengah dan atas kotak itu. Namun tak ada apa pun disana. Semua yang sahabatku tuliskan dalam suratnya ternyata benar. Rasa penasaranku pun semakin menjadi, dan kini ku coba untuk memasukan benda kecil. Kuputuskan meletakan pena kesayanganku di dalam kotak itu, lalu ku tutup. Kuperhatikan kotak itu benar-benar sampai mengelilingi meja kerjaku.
Tak ada keanehan apa pun selama ku perhatikan dengan teliti. Aku duduk dan kembali membuka kotak itu. Sama seperti surat yang menghilang tanpa jejak, pena ku pun menghilang tanpa ada sisa.