Chereads / Surat Dari Negeri di Awan / Chapter 4 - Awal Pertemanan di Hari Yang Suram

Chapter 4 - Awal Pertemanan di Hari Yang Suram

Setelah beberapa jam aku kembali membuka laci kotak ajaib itu. Tak ku sangka nona Rose langsung membalas suratku.

' Untuk Tuan Zen yang sedang merasa bersalah.

Saya mengerti dan menerima permintaan maaf yang tulus dari Tuan. Biar bagaimana pun saya juga merasa bersalah karena terlalu emosional menanggapi surat tuan sebelumnya. Mari kita mengulang perkenalan diri kita dengan baik.

Di siang hari ini saya Rose Von de Elianose yang sedang duduk menikmati pemandangan taman dari pavilion rumah memperkenalkan diri pada Tuan Zen yang sejak kemarin berkirim surat dengan saya.

Saya memiliki hobi membaca. Setiap hari tak pernah melepaskan buku dari genggaman saya. Mungkin sedikit aneh bila seorang wanita menyukai buku fiksi. Namun inilah saya. Saya sangat menyukai karya sastra fiksi dan mempunyai banyak koleksi dalam perpustakaan. Bagaimana dengan Tuan Zen? Apakah anda memiliki hobi tertentu? Sebagai teman yang baru saya kenal, saya harap tuan bisa berbagi informasi tentang diri tuan.

Dari seorang kutu buku yang menunggu surat balasan tuan dengan semangat, Rose.'

" Ternyata kami memiliki hobi yang sama. Menarik."

Aku tak langsung membalas surat dari nona Rose. Walau seperti tidak sopan membiarkan seorang wanita menunggu, namun menurutku ini adalah keputusan yang tepat. Aku hanya ingin membuat nona Rose sedikit penasaran terhadapku. Setelah sibuk membaca buku tanpa terasa hari berubah menjadi malam. Mungkin sudah terlalu malam untuk seorang wanita menerima surat.

Walaupun sempat ragu, akhirnya aku mengambil pena dan secarik kertas lalu mulai menulis.

' Untuk seorang Nona yang tidak sabar menunggu surat balasan.

Saya tak memiliki nama indah seperti Nona Rose. Nama saya hanya Zen. Di surat sebelumnya Nona bertanya tentang hobi saya. Sebenarnya bukan maksud saya ingin mencuri perhatian Nona Rose. Namun hanya suatu kebetulan yang luar biasa bahwa kita memiliki hobi yang sama.

Di lain kesempatan mungkin saya akan menceritakan isi buku yang menyita waktu saya seharian ini.saya pun memiliki koleksi buku yang jumlahnya tidak sedikit. Mungkin akan menyenangkan jika kita saling menukar apa yang sudah kita baca nanti. Numun untuk saat ini saya hanya akan mengatakan "selamat tidur Nona Rose".

Dari seorang pria yang khawatir Karena mengirim surat untuk seorang wanita di malam hari, Zen.'

Seperti sebelumnya aku pun langsung melipat dan meletakan surat ke dalam laci dan menutupnya. Mataku yang sudah terlalu lelah karena membaca seharian mulai terasa berat. Ku putuskan untuk tidur malam ini dan berharap esok pagi mendapat surat balasan darinya. Mungkin akan menyengkan memiliki sahabat pena dengan hobi dan ketertarikan yang sama.

Pagi hari ini matahari tak Nampak. Hanya awan berwarna sendu dan gerimis yang menghiasi langit. Aku terbangun dari tidurku karena udara dingin yang sangat menyengat. Sepertinya hari ini aku takkan keluar rumah. Aku bangun dengan selimut yang masih kurangkul di punggung. Menuju meja kerja tempat aku meletakan kotak ajaib pemberian dari sahabatku. Aku duduk sambil mengangkat kaki ke atas kursi karena dinginnya hari ini membuat kaki ku terasa membeku bila menyenuh lantai.

Kubuka laci kotak itu dan memeriksa isi di dalamnya. Seperti biasa nona Rose selalu cepat membalas suratku. Setidaknya pagi yang sangat dingin ini akan terasa menyenangkan bila berkirim surat dengannya.

' Untuk seorang pria yang memiliki rasa khawatir berlebihan.

Pasti akan menyenagkan bila saling berbagi dan membahas cerita yang sudah kita baca. Saya menantikan momen itu dan semoga segera tiba di surat berikutnya. Esok hari saya berencana keluar untuk membeli buku. Semoga ada yang menarik perhatian saya. Wahai Tuan Zen, anda boleh mengirim surat kapan saja anda sempat. Saya akan buat pengecualian meskipun surat anda sampai pada tengah malam.

Saya jadi bertanya-tanya, apakah Tuan tinggal di tempat yang jauh? Sedang musim apa sekarang? Di tempat tinggal saya bunga sedang bermekaran dengan suburnya. Matahari menyilaukan menurut saya namun tak terlalu panas. Esok saya akan pergi menemui beberapa teman yang sudah membuat janji dengan saya. Jadi mungkin saya tak bisa langsung membalas surat Tuan.

Dari wanita yang menanti balasan suratnya segera.'

Aku segera mengambil kertas dan pena untuk membalas surar dari Nona Rose. Tak ada lagi hal yang ingin aku lakukan di hari yang dingin ini. Jadi tak ada salahnya bila segera membalas surat dari seorang wanita yang menunggu.

' Untuk Nona Rose yang selalu tidak sabar.

Saya sedikit yakin kalau lokasi tempat tinggal kita memang sangat berjauhan karena Nona Rose tidak mengenal nama Zen. Meskipun seperti ini, saya cukup percaya diri untuk berkata bahwa saya lumayan terkenal di kalangan para akademis.

Musim di tempat tinggal saya sedikit tak menentu. Bunga memang bermekaran sebagaimana di tanam milik Nona Rose. Namun juga sering hujan sehari penuh. Mungkin sedang pergantian musim. Sebenarnya saya bukan pria yang akan mengeluh tentang cuaca. Namun saya rasa akan menyenangkan bila cuaca hari ini cerah seperti yang sedang nona nikmati saat ini.

Di sini hujan sejak pagi dan menjadi sangat dingin sampai rasanya kaki saya akan membeku bila menyentuh lantai. Saya menantikan kembalinya Nona rose dan cerita tentang buku yang akan Nona beli. Semoga Nona cepat kembali karena hari ini tak ada lagi yang bisa saya lakukan, kecuali berbincang dengan Nona Rose melalui surat.

Dari seorang pria yang menggigil kedinginan, Zen.

P.S: semoga anda menikmati hari ini.'

Sambil menunggu balasan dari surat yang ku kirim, aku akan menikmati secangkir kopi panas yang baru saja di seduh dan dicampur dengan banyak gula. Tak lupa kunyalakan pipa yang ku isi penuh dengan tembakau untuk menghangatkan suasana. Aku langsung membuka buku sesuai pembatas yang aku letakkan kemarin. Hari ini akan aku habiskan untuk menyelesaikan buku yang baru saja aku beli kemarin. Aku harap Nona Rose cepat kembali karena hari ini terasa begitu sepi.

Karena beberapa hari fokus dengan duniaku sendiri, aku sampai lupa dengan sahabatku si pengirim kotak ajaib ini. Sebenarnya sedang apa dia? Selalu muncul dan pergi tiba-tiba. Meskipun menyebalkan, ia tetap sahabat baikku. Aku mengkhawatirkannya seperti mengkhawatirkan diri sendiri. Semoga ia baik-baik saja dan lekas mengunjungiku sesuai janjinya.

Selama membaca buku beberapa kali aku membuka laci kotak itu. Berharap Nona Rose membalas suratku dengan cepat. Aku pun beberapa kali memantik api untuk menyalakan tembakau kering dalam pipa. Hari yang gelap ini sungguh membuatku tak nyaman dan butuh seorang teman. Hari mulai menuju siang, namun tak ada tanda-tanda matahari akan membagikan hangatnya kali ini.