Chereads / Surat Dari Negeri di Awan / Chapter 8 - Terpikat

Chapter 8 - Terpikat

"Saya pun begitu, Nona Rose... Membaca surat anda terasa begitu menyenangkan dan nyaman. Tunggulah sebentar dan saya akan segera membalas surat dari Nona."

' Untuk Nona Rose yang begitu percaya diri dengan kecantikannya.

Di surat yang barusan saya baca, Nona berkata bahwa mata Nona berwarna ungu gelap seindah malam yang dipenuhi gemerlap bintang. Saya jadi penasaran dengan mata indah Nona karena memang sangat jarang, bahkan tak pernah saya temui seseorang dengan mata berwarna ungu. Mungkin juga karena saya memang belum pernah bertemu keluarga kerajaan di negeri tempat Nona tinggal.

Saya hanya bisa mengira-ngira penampilan Nona dari penjelasan yang saya baca melalui surat yang Nona tulis. Walau begitu saya yakin Nona adalah seorang yang begitu anggun dan cantik dengan rambut panjang berwarna merah gelap seperti yang Nona tuliskan. Saya berharap suatu hari kita bisa bertatap muka dan saling berbincang secara langsung. Itu pasti akan menjadi pengalaman yang begitu berharga untuk saya.

Saya tidak keberatan sedikit pun jika seseorang bertanya tentang pekerjaan saya. Saya adalah seorang arkeolog. Pencari artefak atau bukti tentang sejarah dan reruntuhan, serta fosil-fosil dari makhluk yang telah punah. Karena itu saya tak terikat dengan waktu saat bekerja. Terkadang memang sulit untuk menemukan petunjuk tentang lokasi sesuatu yang telah menghilang ditelan waktu. Namun sejak kecil saya selalu percaya suatu legenda kemungkinan memang benar adanya, karena diceritakan secara turun temurun. Walau dalam prosesnya bisa di lebih-lebihkan atau bisa juga mengalami pengurangan. Karena itu saya tetap setia dengan pekerjaan saya.

Saya pun sedikit ahli dalam membuat makanan manis. Mungkin suatu saat akan saya berikan beberapa kue kering yang saya panggang sendiri untuk Nona.

Buku yang sedang saya baca sedikit lagi akan selesai dan akan saya ceritakan pada Nona Rose nanti. Sebagai gantinya tolong beri tahu juga isi dari buku yang telah selesai Nona baca kepada saya. Saya akan selipkan tulisan tentang buku ini di surat berikutnya. Sambil menunggu, bersediakah Nona menjawab pertanyaan saya yang lain?

Apakah Nona tinggal sendirian di rumah yang besar sampai Nona kesepian di hari yang suram ini?

Apa Nona mau mencoba bubuk kopi terbaik yang menjadi favorit saya saat ini? Bila Nona menginginkannya saya bisa memberi sedikit dari bubuk kopi yang tersisa. Setidaknya bisa menjaga agar Nona tetap hangat dan menghilangkan rasa kantuk karena menunggu saya menulis surat balasan.

Bila di hari yang suram seperti saat ini apa yang biasa Nona Rose lakukan sebelum berkirim surat dengan saya seperti sekarang?

Saya hampir saja melupakan pertanyaan Nona tentang saya yang berusaha membuat Nona terpikat pada saya. Sepertinya saya tak bermaksud seperti hal yang Nona sebutkan tentang saya. Namun bila Nona Rose memang terpikat pada saya, mungkin akan menyenangkan karena saya juga terpikat pada surat berisi kata-kata manis dari Nona Rose.

Saya mohon jangan berpikir bahwa saya adalah pria yang terlalu agresif karena menulis hal di atas kepada seorang Lady yang bahkan belum pernah bertatap muka dengan saya. Namun saya hanya berusaha menyampaikan apa yang saya pikirkan. Seperti Nona yang tak bisa berhenti tersenyum saat kita berkirim surat, saya pun mengalami hal yang sama.

Di tengah kehidupan yang seperti benang kusut ini tiba-tiba muncul surat dengan kata-kata manis serta memiliki keunikan tersendiri yang menggambarkan si pengirim. Saya rasa hanya batu di taman yang tak akan terpikat.

Dari Zen yang kini sedang tersenyum sendirian seperti telah kehilangan akal sehat.'

Aku segera mengirim surat yang baru saja kutulis. Hari sudah menjelang siang dan sepertinya aku mulai merasa lapar. Aku akan meninggalkan mejaku untuk keluar mencari tempat yang nyaman karena harus bersantap siang. Mungkin aku akan mencari restauran yang dekat dengan rumah ini agar tak membuat Nona Rose terlalu lama menunggu. Aku tetap tak sampai hati meninggalkannya sendiri di hari yang dingin dan suram seperti yang aku alami kemarin. Setelah makan siang aku langsung kembali ke rumah. Akan kuhabiskan waktu istirahat setelah makan dengan membaca surat balasan dari Nona Rose. Bila ia belum membalas, setidaknya akan aku tunggu sambil menikmati secangkir kopi dan tembakau favoritku.

Di sela-sela perjalanan pulang beberapa orang menyapaku dengan ramah. Para pemilik toko yang dekat dengan rumahku, dan yang hanya kebetulan lewat. Tentunya aku membalas sapa ramah itu karena aku pun juga mengenal mereka. Setelah sampai rumah segera kubuat secangkir kopi panas dan berlomba dengan waktu menuju kursi yang seperti singgasana milikku sendiri. Aku duduk dan memantik api di pipa yang sudah terisi dengan daun kering tembakau. Kubuka laci dari kotak ajaib itu dan mengambil secarik kertas yang ada di dalamnya.

' Untuk Tuan Zen yang sangat pandai merangkai kata.

Jadi akhirnya Tuan mengakui bahwa Tuan terpikat dengan saya? Kalau begitu saya juga akan mengakui bahwa saya juga terpikat dengan cara Tuan Zen menulis surat untuk saya.

Sepertinya akan sangat menyenangkan bila masing-masing dari kita saling bertukar minuman favorit. Saya akan kirimkan daun teh herbal yang selalu saya minum sebagai sandingan makanan manis yang biasa saya makan. Sebagai gantinya saya akan menerima bubuk kopi favorit tuan.

Sebagai informasi tambahan, seduhan daun teh herbal yang saya kirim akan sangat harum bila Tuan campur dengan susu. Rasanya akan sangat jauh berbeda. Karenanya saya sarankan untuk mencoba lebih dulu seduhan yang tanpa susu. Saya yakin Tuan Zen akan menyukai rasanya karena saya juga sangat menyukainya.

Setelah mengetahui ciri-ciri Tuan Zen, sambil menulis surat ini saya membayangkan langsung berbicara dengan Tuan yang duduk di depan saya. Bila bisa bertemu langsung saya rasa saat itu juga akan menjadi pengalaman yang luar biasa seperti yang Tuan katakan.

Di rumah ini saya tinggal dengan beberapa saudara dan kerabat saya. Ada juga para pelayan yang setia dan begitu baik merawat saya. Namun tak bisa disamakan seperti teman karena mereka terlampau menghormati saya.

Meski Tuan meminta saya untuk tidak berpikir bahwa Tuan terlalu agresif, namun sepertinya memang begitu kenyataannya dari sudut pandang saya. Saya pun sekarang merasa menjadi seorang Lady yang agresif dengan pendekatan yang saya lakukan pada Tuan Zen. Bukankah Tuan juga berpikir begitu?

Hari sudah mulai siang dan sepertinya matahari masih enggan menunjukan sosoknya. Hal-hal yang biasa saya lakukan di hari seperti ini hanyalah berharap langit kembali cerah sehingga saya bisa pergi keluar.

Apa Tuan sudah makan? Siang ini saya baru akan makan setelah menulis surat ini. Jangan terlalu terpaku terhadap sesuatu hingga lupa mengisi kembali energi yang telah habis!

Dari Rose yang saat ini sanggup memakan apa pun yang di suguhkan.

P.S: Saya nantikan bubuk kopi pemberian Tuan untuk saya minum setelah makan.'