'Untuk Nona Rose yang mungkin masih berada dalam mimpi.
Saya sengaja tak membalas surat Nona semalam seperti yang Nona minta. Pagi ini saya sudah siap untuk berangkat bahkan sebelum matahari terbit. Tujuan saya masih sama seperti yang sebelumnya Nona katakan. Yaitu kantor penerbit buku yang di tulis Pangeran Dominic. Karena sedikit jauh saya akan bergegas pergi menggunakan kereta api yang berangkat pagi ini.
Mungkin ketika Nona membalas surat ini saya sudah berada dalam kereta yang mengantar saya ke kota tujuan. Tunggulah balasan serta laporan saya setelah saya pulang. Saya harap Nona juga menemukan petunjuk tentang Pangeran hari ini agar kita bisa menyatukan petunjuk yang kita dapat masing-masing.
Meski begitu tolong jangan memaksakan diri! Bila Nona merasa lelah, istirahatlah sejenak! Jangan lupakan bahwa tubuh juga membutuhkan energi yang harus Nona isi ulang.
Semoga hari ini menyenangkan...
Dari Zen yang sudah siap untuk penyelidikan.'
Seperti yang kutulis di surat aku pergi menaiki kereta. Aku harus melewati 1 kota lain dan berhenti di kota berikutnya untuk sampai ke tempat penerbit. Tak ada yang spesial di perjalananku menuju ke sana. Hanya pemandangan persawahan dan terkadang rerumputan yang begitu tinggi bergerak mengikuti arah angin. Sedangkan dari kejauhan terlihat awan gelap yang mulai mendekatiku. Membawa suasana suram yang berkebalikan dengan semangatku sejak pagi tadi.
Butuh waktu sekitar 3 jam untuk sampai di tujuan. Setelah sampai di stasiun yang ku tuju, aku masih harus berjalan kaki cukup jauh atau setidaknya menyewa kereta kuda bila cuaca tak mendukungku hari ini.
Saat sampai di stasiun tujuan gerimis mulai turun dari langit. Aku masih menunggu dan berharap awan gelap pergi melewati kota ini. Saat melihat ke arah langit aku jadi berpikir, bagaimana bisa manusia masa depan mengangkar sebuah kota ke atas langit yang jauh seperti itu berikut dengan tanahnya?
Pasti akan menjadi pemandangan yang luar biasa bila saat itu masih terdapat manusia yang hidup di daratan. Cuaca nampaknya masih belum mau mengalah terhadapku. Gerimis yang turun sejak tadi berubah menjadi guyuran hujan lebat. Aku masih menunggu di stasiun ini. Duduk di bangku memanjang yang terdapat di peron stasiun. Tak ada salahnya bersabar menunggu hujan reda saat kulihat waktu masih menunjukan pukul 8.30 pagi.
Kuselesaikan semua urusanku di kota ini dengan cepat. Editor di tempat penerbit buku yang di tulis Pangeran Dominic begitu menyambutku dengan baik. Aku harus segera pulang dan menyampaikan informasi yang ku dapat dari sang editor. Tentu saja aku tak menyebutkan bahwa sang penulis adalah seorang pangeran yang mengasingkan diri dari kerajaannya. Aku hanya mengaku kalau aku adalah kerabat jauhnya yang telah sangat lama tak bertemu. Untungnya sang editor percaya perkataanku begitu saja dan memberi informasi tentang penulisnya.
Pukul 2 siang aku telah sampai di stasiun kota ku. Kini hanya perlu berjalan kaki hingga sampai ke rumah. Aku ingin segera mencatat hal-hal penting yang aku dapatkan sesegera mungkin. Setelah sampai di rumah aku langsung terduduk di atas mejaku untuk beristirahat sejenak. Nampaknya memang aku masih tak terbiasa dengan keramaian. Suasana kota dan kereta yang begitu ramai membuatku merasa sedikit tertekan dan menguras banyak stamina.
Sambil beristirahat ku buka kotak karena ku yakin ada balasan surat dari Nona Rose. Tentunya sambil memegang pipa berisi tembakau yang sudah kunyalakan sejak tadi di tangan kiriku.
'Untuk Tuan Zen yang benar-benar menjadi detektif hari ini.
Terimakasih telah mendengarkan saya semalam. Lagi-lagi Tuan terburu-buru dengan pergi sepagi ini. Apa tuan cukup beristirahat semalam? Rencana saya hari ini hanya mencari petunjuk di perpustakaan istana. Saya yakin di sana ada petunjuk yang terselip di banyaknya rak yang penuh dengan barisan buku.
Saya berjanji tak akan memaksakan diri hari ini. Sebagai gantinya saya harap Tuan juga melakukan hal yang sama. Walau sebenarnya saya ingin cepat melihat Tuan secara langsung, namun bila itu mengganggu kesehatan Tuan semua akan percuma. Makanlah dengan rutin hari ini!
Semoga hari ini Tuan mendapat petunjuk yang Tuan kejar hingga berpindah kota. Saya akan pulang saat hari menjelang sore dari perpustakaan istana. Atau setidaknya sampai saya mendapat petunjuk yang bisa berguna untuk Tuan.
Dari Rose yang kini telah bersiap dengan cantiknya untuk pergi ke istana.'
Aku akan langsung menulis surat balasan untuk Nona Rose sebelum tertidur karena sekarang rasa kantuk telah menyerangku.
' Untuk Nona Rose yang sepertinya begitu cantik hari ini.
Saya sudah kembali berada di rumah dan sekarang akan menuliskan semua tentang hari ini untuk Nona. Seperti yang Nona tahu hari ini saya berangkat sangat pagi bahkan mendahului matahari. Jalan dari rumah saya menuju stasiun pun masih sepi seperti tengah malam. Hanya beberapa orang yang berlalu lalang dan hampir semua toko masih dalam keadaan tutup.
Sama sekali tak ada yang spesial hingga saya sampai di stasiun. Setelah hampir 30 menit menunggu akhirnya kereta yang akan mengantar saya tiba dan saya segera masuk ke gerbong yang berada di tengah. Perjalanan saya begitu tenang hingga rasanya sedikit mengantuk. Semakin menjauh dari kota tempat saya tinggal, semakin indah pemandangan yang saya lihat di balik jendela kereta yang saya tumpangi.
Pemandangan pertama yang saya lihat adalah wilayah pertanian yang di tumbuhi pohon buah yang bermacam-macam, dan tertata dengan rapi. Lalu ada juga ladang gandum yang mulai menguning tanda akan segera dipanen. Semakin jauh meninggalkan kota wilayah pertanian semakin sedikit. Digantikan oleh pemandangan alam liar yang membuat saya betah berlama-lama melihatnya. Padang rumput luas yang tak terlihat ujungnya seperti mencerminkan liarnya alam yang belum terjamah manusia.
Namun matahari yang saya nantikan untuk mengusir dingin tak terlihat di perjalanan saya. Saat hari sudah terang justru kumpulan awan hitam yang saya lihat menghampiri dari kejauhan.
Sesampainya saya di stasiun tujuan gerimis mulai turun membasahi rel kereta yang tadi saya lewati. Saya sempat menunggu di peron stasiun berharap hujan segera pergi bersama awan hitam yang tepat berada di atas saya. Namun saat itu gerimis justru berganti dengan derasnya air hujan yang turun. Saya berpikir bukan hal yang buruk bila menunggu lebih lama karena memang saat sampai di stasiun hari masih begitu pagi.
Saat hujan sudah reda saya berjalan keluar stasiun dan menyusuri jalan yang masih berupa tanah dan terdapat beberapa genangan air di jalan yang saya lalui. Akhirnya saya memutuskan untuk menyewa satu kereta kuda yang baru saja menurunkan penumpangnya di dekat stasiun. Saya meminta kepada pengendaranya untuk di antar langsung tepat di depan kantor penerbit. Kantor itu tak begitu besar, namun sangat rapi dan tertata. Saya masuk dan bertanya pada salah seorang pegawai di sana tentang seorang editor yang bernama Dean.
Tuan pegawai tadi langsung menyambut dengan baik dan meminta saya menunggu dan duduk di kursi memanjang yang ada dalam kantor itu. Setelah menunggu hampir 15 menit. Seorang pria berpakaian kemeja dan berdasi menghampiri saya. Akhirnya saya bertemu dengan sang editor. Ia terlihat masih muda dengan penampilan yang rapi dan sangat ramah menurut saya.
Saya langsung menunjukan buku yang sejak awal saya bawa dari rumah. Bertanya padanya tentang penulis buku itu. Saya mengaku bahwa saya adalah saudara jauh dari sang penulis yang sangat lama tak bertemu dengannya. Walau awalnya terlihat sedikit curiga namun Tuan Dean bersedia membeberkan informasi mengenai penulis setelah saya sedikit meyakinkannya.
Tuan Dean berkata kalau ia sendiri tak pernah bertemu sang penulis. Semua pekerjaannya dilakukan melalui surat yang rutin di kirim. Bahkan untuk pembayaran dan hal-hal penting lainnya dikirim melalui surat. Memang sedikit disayangkan karena tak ada petunjuk pasti. Namun Tuan Dean memberikan saya alamat tujuan ia biasa mengirim surat untuk penulis. Saya berpikir bahwa alamat itu adalah rumah dari Pangeran Dominic saat ini. Setelah sedikit berbincang satu dan dua hal, akhirnya saya memutuskan untuk pulang.
Rencana saya berikutnya adalah mendatangi alamat yang diberikan Tuan Dean. Namun rencana itu akan saya lakukan besok karena terlalu lelah hari ini.
Dari seorang pria yang benci keramaian.'