Aku kembali memantik api pada pipa berisi tembakau ku yang telah padam sejak tadi. Membumbungkan asap yang tinggi ke udara dan berpikir sejenak. Aku merasa ini memang luar biasa, namun aku tak tahu harus memulai dari mana pencarianku. Sambil menunggu tembakau yang ada di pipaku habis, kubiarkan dulu surat terakhir dari Nona Rose.
Petunjuk yang kumiliki saat ini adalah buku yang di tulis Pangeran Dominic, serta Nona Rose dengan silsilah keluarganya. Nona Rose juga mungkin saat ini sedang mencari informasi tambahan untukku. Namun ia juga harus berhati-hati agar tujuannya tak diketahui. Apa pun yang nanti Nona Rose temukan aku yakin itu akan menjadi petunjuk yang berharga bagiku.
Aku akan mencari petunjuk dari penerbit buku yang di tulis sang Pangeran esok hari. Setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini sambil menunggu kedatangan sahabatku, dan juga petunjuk tambahan dari Nona Rose. Namun sekarang ini yang bisa aku lakukan adalah menenangkan kepalaku dan larut dalam kepulan asap nikotin yang pekat.
Setelah pikiran menjadi tenang aku mengambil pena dan selembar kertas lalu menulis surat balasan untuk Nona Rose yang mungkin sudah menunggu.
'Untuk Duchess berambut merah.
Saya berencana akan memulai penyelidikan esok hari. Pertama saya akan mencari tahu lokasi sang penulis melalui kantor editor yang menerbitkan buku ini. Meski sudah berselang bertahun-tahun setelah buku ini terbit, namun pasti ada petunjuk yang tersisa di sana.
Jadi untuk sekarang kita lupakan saja dulu masalah buku ini dan lanjut menikmati hari yang tenang. Saya akan sangat berterimakasih bila nanti Nona Rose bersedia memberikan petunjuk yang bisa Nona temukan. Sebagai gantinya saya akan terbuka dengan informasi yang saya dapatkan di sini. Karena ini menyangkut Negeri Nona Rose, ada baiknya hal ini dirahasiakan seperti yang nona bilang.
Sekarang simpanlah semangat Nona untuk nanti saat mencari petunjuk. Ada baiknya kita tak tergesa-gesa agar tidak mendapat petunjuk yang salah di awal penyelidikan ini. Saya baru saja menghabiskan secangkir penuh kopi dan beberapa gram daun tembakau kering di dalam pipa saya. Mungkin ada baiknya Nona segera memakan makanan manis untuk menenangkan diri.
Saya mohon rahasiakan tentang Pangeran Dominic dan jangan beritahu siapa pun meski itu orang terdekat Nona. Karena kita belum mendapat petunjuk yang jelas dan pasti.
Meski saya berkata untuk tenang, namun saya sungguh menantikan bertemu dengan manusia masa depan seperti Nona Rose. Apa ada suatu kebiasaan yang berubah dari manusia yang kini tinggal di awan? Atau masih sama seperti manusia di daratan?
Saya begitu bersemangat akan hal ini. Namun saya lebih bersemangat karena ada harapan saya bisa bertemu dengan salah satu Lady paling cantik di Sky Garden. Atau saya harus sebut Yang Mulia Duchess yang terhormat?
Apa yang sedang Nona lakukan sekarang?
Apakah Nona belum bisa bersahabat dengan cuaca di sana?
Nona pastinya juga lelah karena begitu banyak menulis dan membaca hari ini. Bagaimana bila Nona beristirahat sebentar untuk menyegarkan mata dan merentangkan tangan?
Sebenarnya sangat banyak yang ingin saya tanyakan tentang Negeri Nona. Namun akan saya tanyakan perlahan agar tak terlalu menghujani Nona Rose dengan pertanyaan.
Saya akan bertanya 1 saja di surat kali ini. Apa mata uang disana berbeda dari masa di mana manusia masih tinggal di daratan?
Dari Zen yang kini tak sabar untuk bertemu dengan Nona Rose.'
Setelah meletakan suratku dalam kotak, aku bersiap untuk keluar dan pergi ke toko buku. Aku ingin bertanya pada sang penjual dari mana ia mendapat buku tentang Negeri di awan ini. Tak lupa kubawa serta buku yang kubeli darinya agar ia mengingatnya. Hari sudah mulai sore dan cahaya yang masuk ke kota ini menjadi sedikit kemerahan. Terlihat beberapa lampu jalan yang sudah mulai dinyalakan tanda malam akan tiba. Para pekerja pun berjalan dengan wajah lelah untuk segera pulang.
Suasana kota ini memang sangat damai dengan barisan bangunan yang terlihat klasik namun elegan. Kehidupan sosial di area ini juga sangat baik. Mereka saling mengenal satu sama lain dan melontarkan senyum dan sapa ketika berpapasan.
Berjalan santai menikmati keadaan kota sepertinya membuatku sedikit lupa akan waktu. Matahari mulai tenggelam di gantikan cahaya-cahaya dari lampu jalan serta pertokoan. Aku sampai di toko buku yang kutuju. Kubuka pintu kaca dan segera menghampiri sang penjual yang berdiri menyambut kedatanganku.
"Selamat malam, Tuan."
"Selamat malam."
"Apa Tuan sudah tahu buku yang tuan cari? Atau butuh rekomendasi?"
"Maaf Tuan... Saya kesini bukan untuk membeli buku... Saya mau menanyakan tentang buku yang tempo hari saya beli dari toko milik Tuan ini."
"Apa yang bisa saya bantu untuk Tuan?"
"Apa tuan ingat dari mana Tuan mendapat buku ini?"
Aku menunjukan buku yang sejak tadi kubawa pada pemilik toko. Pemilik toko itu diam sebentar sambil berpikir.
"Ah... Saya ingat sekarang... Seorang gelandangan datang memberikan buku ini pada saya dan minta ditukar dengan sepotong roti... Tentu saja karena buku ini masih sangat terawat saya putuskan untuk menambah beberapa shilling untuk gelandangan itu."
"Apa Tuan mengenal siapa dan tinggal dimana dia?"
"Maaf Tuan... Saya juga baru pertama kali melihatnya di area ini."
"Baiklah kalau begitu... Terimakasih banyak atas waktu Tuan yang berharga."
Aku tak mendapat petunjuk apa pun dari Tuan pemilik toko buku. Karena hari sudah gelap, kuputuskan untuk kembali pulang ke rumah dengan tangan kosong. Walau sudah tahu akan seperti ini jadinya namun ini sedikit mengecewakan.
Udara di malam ini menjadi sedikit dingin. Sepertinya akan turun hujang malam ini. Bintang pun tak terlihat sejak tadi. Langit hanya di penuhi warna hitam yang pekat. Setelah sampai di rumah aku langsung terduduk tanpa melepas mantel dan topiku. Entah kenapa perjalanan yang hanya sesaat membuatku merasa lelah.
Aku membuka kotak di mejaku dan kulihat sudah ada secarik kertas terlipat disana. Tentunya ini adalah surat balasan dari Duchess berambut merah.
' Untuk Tuan Zen yang sepertinya telah beralih profesi menjadi seorang detektif.
Tentu saya akan merahasiakan tentang Pangeran dominic bahkan kepada Raja Negeri ini sekalipun. Mungkin akan terjadi kegemparan di Negeri ini bila keberadaan Pangeran Dominic sampai diketahui.
Saya juga berjanji akan memberikan semua informasi yang saya dapatkan nanti kepada tuan. Sekecil apa pun pasti akan saya sampaikan. Saya merasa sulit untuk tenang sekarang ini. Terlalu banyak hal luar biasa yang menimbulkan pertanyaan yang tak ada habisnya.
Walau begitu saya akan sepenuhnya mendukung Tuan. Cepatlah ke Negeri ini agar kita bisa saling bertatap muka dan berbincang! Saya janjikan teh terbaik yang ada di Negeri ini untuk tuan minum yang tentunya dari cangkir terbaik yang saya miliki.
Saya hanya duduk dan tak melakukan apa pun saat ini. Hanya pikiran saya yang terlalu bersemangat. Bahkan cuaca hari ini sudah tak saya pedulikan lagi.
Lalu Tuan bisa menyebut saya apa pun yang Tuan mau. Tak peduli bahwa saya seorang Duchess, saya hanya ingin panggilan yang terdengar lebih akrab. Saya memang sedikit lelah dan tangan kanan saya terasa sedikit pegal. Namun itu tak sebanding dengan semangat saya karena kita akan mencoba menguak misteri berumur ratusan tahun. Saya sangat menantikan kabar tentang penyelidikan tuan nanti.
Saya belum tahu tentang mata uang di era Tuan. Namun saat ini mata uang hanya disebut emas, perak, perunggu, dan nikel untuk menunjukan jumlah. Tak ada sebutan khusus untuk mata uang di Negeri ini.
Bagaimana dengan di era tuan? Apa mata uang di sana masih berbentuk kertas?
Kami manusia yang tinggal di langit tak memiliki kebiasaan khusus. Semua berjalan sama seperti saat di daratan menurut saya, walau mungkin tak sepenuhnya benar jika dilihat oleh Tuan.
Saya juga menjadi tertarik dengan kehidupan di era tuan. Apa kita bisa saling berbagi pengetahuan tentang itu? Seperti budaya, kehidupan sosial, atau apa pun yang bisa Tuan ceritakan.
Dari Rose yang sedang duduk dan ditutupi dengan selimut karena dingin.'