Chereads / Surat Dari Negeri di Awan / Chapter 2 - Balasan Surat

Chapter 2 - Balasan Surat

Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku. Apa ini kotak yang biasa dipakai pesulap untuk pertunjukan? Kemana benda-benda yang hilang tadi? Apa ada trik tertentu untuk membuat benda yang masuk ke dalam kotak ini bisa menghilang?

Aku kembali membuka bagian tengah kotak itu. Kini kumasukan secarik kertas kosong dan satu buah pena. Kudiamkan tanpa menutup laci itu. Berharap ada suatu petunjuk yang bisa kudapatkan. Aku menunggu lebih dari 30 menit, namun tak terjadi apapun pada kertas dan pena yang ku letakan di laci itu. Kini kucoba menutup laci itu dengan kertas dan pena yang masih berada di tempat yang sama. Sesuatu yang misterius lagi-lagi terjadi. Pena dan kertasku menghilang. Aku masih tak mendapat jawaban dari ujicoba yang kulakukan ini.

Akhirnya aku menyerah menyelidiki kotak misterius ini lebih lanjut. Setidaknya untuk malam ini. Rasa lelah mulai menyelimuti tubuhku dan waktunya aku untuk istirahat.

Esok paginya aku bergegas bangun dari tidur lelapku, dan bersiap mengawali hari dengan bersantai membaca buku-buku yang menumpuk di rak ruang kerjaku. Aku mengumpulkan buku-buku dari segala daerah yang ku singgahi. Apapun isi bukunya, aku hanyalah seorang penghobi yang membeli buku apapun yang kulihat. Banyak pula buku di rak ini yang sama sekali belum pernah aku baca. Karena itu di saat senggang seperti ini aku menghabiskan waktu dengan membaca buku.

Kuambil buku secara acak dan duduk di meja kerjaku. Ku buka selembar demi selembar kertas yang ada dalam buku. Tak seperti biasanya, hari ini sangat sulit berkonsentrasi dan fokus menghanyutkan diri ke dalam buku yang sedang kubaca. Aku tahu dimana masalahnya. Kotak yang ada di depanku sangat mengganggu. Rasa penasaran terus menerus menggelitik isi kepalaku. Aku masih belum mendapat jawaban kemana barang-barang yang semalam aku masukan. Kepalaku mulai berimajinasi secara tak masuk akal. Apa mungkin ada sebuah kehidupan kecil dalam kotak itu dan merekalah yang mengambil semua barang yang aku letakan? Apa ini ulah penyihir yang berniat jahat padaku? Apa ini semua hanya ilusi? Apa ini hanya mainan untuk anak-anak yang di temukan di negeri lain oleh temanku?

Masih sangat banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku untuk benda ini. Aku menggeser buku yang sedang ku baca ke arah kiriku. Ku ambil secarik kertas yang biasa ku gunakan untuk menulis surat, dan pena ku yang hanya tersisa satu buah karena kotak menyebalkan itu. Kutuliskan sedikit kata-kata dalam surat ini.

' Selamat pagi wahai orang yang jauh. Hari ini begitu indah untuk dilewati hanya dengan membaca dalam ruangan yang tenang. Bagaimana bila keluar dan menghirup aroma bunga serta rumput di pagi hari?

Dari seorang pria yang tak mengenal anda, Zen.

P.S: Bila seseorang membaca tulisan ini, segeralah balas agar saya tak menanti penasaran..'

Kulipat dan ku letakan surat itu di dalam laci kotak, lalu menutupnya. Aku memutuskan untuk pergi keluar dan menikmati secangkir kopi untuk menenangkan diri. Beberapa jam setelahnya aku kembali ke mejaku dan terduduk beberapa saat. Sungguh aku ingin menghilangkan rasa penasaran yang terus menerus menggerogoti kepalaku.

Aku kembali membuka laci di kotak itu. Surat yang tadi kumasukan ternyata masih berada di sana. Tapi tunggu! Sepertinya kertasnya lebih tebal dari yang biasa kugunakan. Kuambil kertas yang terlipat itu dari dalam laci.

"Benar. Kertas ini lebih tebal."

Tercium aroma harum bunga yang lembut dari kertas itu. Tentu aku tahu betul kertas-kertas yang biasa kugunakan. Tak pernah sekalipun aku menggunakan jenis kertas yang seperti ini.

Kubuka perlahan lipatan kertas itu, dan ternyata benar ini adalah sebuah surat balasan. Aku sedikit takut untuk membacanya. Seketika aku menjadi waspada karena takut ada orang yang bersembunyi dalam ruangan ini dan membalas suratku saat aku sedang keluar tadi.

' Wahai pria yang tak saya kenal, pagi ini saya dikejutkan oleh surat yang saya temukan dalam kotak di meja rias saya bersama kertas dan pena yang entah apa maksudnya. Apakah pria bernama Zen ini pencuri yang menyelinap masuk ke kamar seorang wanita yang hidup sendirian? Atau dia seorang penguntit yang sedang ramai jadi perbincangan belakangan ini?

Dari seorang wanita yang sedang ketakutan dan tak tahu harus bagaimana. Rose.

P.S: Bila anda seorang yang jahat, saya mohon segeralah pergi dari rumah saya.'

Apa-apaan ini? Aku bingung sampai tak tahu harus berkata apa. Jadi dia seorang wanita. Aku langsung bangun dari kursiku dan mencari di sekeliling ruangan.

"Dia pasti masih bersembunyi di ruangan ini."

Namun setelah mencari kesana-kemari bahkan sampai sudut terkecil pun, aku tak menemukan siapa pun di ruangan ini. Aku masih tidak mengerti bagaimana dia membalas surat yang aku letakan di kotak aneh itu. Aku masih berpikir bahwa ada seseorang yang meletakan surat ini saat aku tak ada di tempat. Aku memutuskan membalas suratnya dan bersembunyi di sini agar aku bisa menangkap orang itu.

' Wahai nona Rose yang mencurigakan, sudah jelas anda yang masuk keruangan saya dan meletakan surat balasan anda ke dalam kotak aneh di atas meja kerja saya. Apakah nona tahu hukuman untuk orang yang masuk kerumah tanpa izin dari pemiliknya? Segeralah keluar dan kita bisa bicara baik-baik!

Dari orang yang merasa dicurigai karena dituduh sebagai penguntit. Zen.'

Aku memasukan surat itu kedalam kotak dan bersembunyi di celah antara rak buku sambil menunggu orang yang mengaku bernama Rose ini muncul. Namun setelah berdiri menunggu selama hampir 2 jam, tak ada apapun yang berubah. Tak ada siapapun yang masuk keruangan ini. Hanya aku yang berdiri mematung seperti orang bodoh menunggu sesuatu yang tak akan datang. Apa mungkin dia sudah pergi dari sini? Karena lelah dan mulai bosan, aku pun menyudahi penyelidikan yang tak jelas ini.

Sisa waktu hari ini ku gunakan untuk membaca buku dan hanyut di dalamnya. aku tak akan membuka kotak aneh itu hingga esok hari. Sudah cukup penyelidikan untuk hari ini, dan dilanjutkan oleh diriku yang esok. setidaknya kini aku tahu bahwa tidak ada siapapun di ruangan ini selain diriku. Dengan ini aku bisa merasa tenang dan fokus membaca buku-buku yang menunggu untuk kubuka. Meskipun muncul pertanyaan baru di benakku tentang kotak ini, namun setidaknya aku tahu nama orang yang menerima suratku.

Karena terlalu fokus membaca buku, aku sampai lupa waktu dan kini jam di di tanganku menunjuk tengah malam. Aku berdiri dan berjalan keluar balkon kamarku untuk merenggangkan persendianku yang sejak tadi mulai terasa kaku. Menghirup udara malam yang damai dan tenang sepertinya akan menjadi hobi baru untukku.