Sebelum tidur, Aleandra mencuci wajahnya terlebih dahulu. Dia juga mengirimkan pesan kepada sahabatnya. Aleandra sedang serius membahas peran yang harus dia mainkan besok. Besok dia harus kembali menggantikan seorang artis untuk melakukan adegan berbahaya.
Walau berbahaya, tapi Aleandra sangat menikmati pekerjaannya karena dia memang menyukai tantangan. Dia bahkan seorang pecinta olahraga panjat tebing. Entah sudah berapa tebing berbahaya yang telah dia kuasai untuk mengisi waktu sengganggnya.
Sambil berkirim pesan, Aleandra berbaring. Dia masih serius dan tidak menyadari jika para anak buah mafia yang mengincar kakaknya sudah bersiap untuk menyerang mereka karena mereka harus mengambil uang yang dicurangi oleh sang kakak.
Senjata api sudah siap, para penjahat itu memecah diri menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari dua orang setiap kelompoknya. Saat mereka masuk, mereka akan berpencar untuk mencari Adrian lalu mereka harus membunuh semuanya agar tidak ada saksi dan bukti.
Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Kedua orangtua Aleandra sudah tertidur, begitu juga dengan sang kakak yang tidur sambil memeluk uang yang dia dapat dari hasil menipu. Dia takut kehilangan uang yang berjumlah fantastis itu karena dia tidak mau rencana membawa sang ke kasih untuk liburan ke Hawaii menjadi batal.
Para penjahat yang ada di luar sana segera bergegas, mereka juga mendapat kabar jika bos merek menginginkan kematian semua orang yang ada di dalam rumah itu.
Dengan sebuah kunci khusus, pintu rumah yang tadinya terkunci sudah terbuka. Mereka mengendap masuk tanpa menimbulkan suara sama sekali. Mereka mulai berpencar untuk menyelusuri semua ruangan yang ada di rumah itu. Beberapa orang melihat lantai dua, dengan isyarat jari mereka akan menyelusuri lantai dua di mana kamar Aleandra berada.
Mereka bergerak cepat, misi mereka harus berhasil. Mereka tidak boleh gagal karena kegagalan hanya membawa kematian. Orang-Orang yang ada di bagian bawah mulai membuka setiap ruangan yang ada, dua orang sudah masuk ke dalam kamar kedua orangtua Aleandra.
Ibu Aleandra terbangun, dia terkejut saat melihat dua orang bersenjata api masuk ke dalam kamar dan menodongkannya ke arah mereka. Salah satu penjahat itu meletakkan jari ke bibir supaya wanita paruh baya itu tidak berteriak jika tidak dia akan langsung di bunuh.
Tentu hal itu semakin membuat ibu Aleandra ketakutan, wanita tua itu mengguncang tubuh suaminya untuk segera bangun dari tidurnya. Sang suami pun terbangun, dia juga terkejut seperti istrinya tapi senjata api yang mengarah ke arah mereka membuat mereka tidak berkutik.
"Ma-Mau apa kalian?" Yohana Feodora.
"Jangan berteriak jika tidak mau mati!"
Tanpa tahu apa yang terjadi, Rick juga terbangun dan dia mendapat satu pukulan hingga pingsan. Rick bersama istrinya diikat. Mulut mereka di tutup dan setelah itu mereka di bawa keluar karena mereka akan dieksekusi nanti.
"Kami sudah mendapatkan dua orang," salah satu dari mereka berbicara melalui talkie walkie yang mereka bawa.
Dua orang yang berdiri di depan kamar Adrian tampak mengangguk, senjata api terangkat. Mereka akan segera mendobrak masuk untuk melihat ada orang di dalam sana ada atau tidak. Di dalam sana, Adrian sudah bermimpi menikmati waktunya dengan sang kekasihnya di Hawaii tapi tiba-tiba saja suara pintu yang di dobrak dengan keras membuat Adrian terkejut dan terbangun dari tidurnya. Dia kembali terkejut saat melihat dua orang masuk ke dalam kamarnya.
"Siapa kalian?" teriak Adrian sambil mendekap uangnya dengan erat.
Teriakan Adrian membuat Aleandra terbangun dari tidurnya. Dia terkejut apalagi terdengar suara langkah kaki di depan pintu kamarnya.
"Lepaskan aku, lepaskan. Apa mau kalian?" Adrian kembali berteriak. Aleandra merasa ada yang tidak beres apalagi langkah kaki sudah semakin mendekat.
Aleandra mencari tempat untuk bersembunyi dengan cepat, dia melakukannya dengan hati-hati. Beruntungnya ketinggian adalah keahliannya. Aleandra keluar dari balkon kamar dan bersembunyi di sebuah celah yang ada di antara langit kamar.
Pintu kamarnya terbuka, suara teriakan Adrian semakin jelas terdengar dan dia berteriak agar uangnya tidak diambil karena itulah yang diinginkan oleh orang-orang itu. Aleandra menutup mulut dan menahan napas saat dua orang masuk ke dalam kamarnya dan mulai menggeledah. Pintu lemari dibuka, mereka tidak mendapati siapa pun. Salah satu dari mereka bahkan keluar ke balkon untuk mencari tapi beruntungnya Aleandra bersembunyi di balik celah yang ada di antara langit kamar.
"Tidak ada siapa pun!" salah satu dari mereka berkata demikian.
"Jika begitu ayo selesaikan!" seorang lain berkata demikian.
Aleandra mengernyitkan dahi, siapa mereka? Apa mereka para perampok?
Aleandra keluar dari persembunyian saat merasa sudah aman karena dua orang yang menggeledah kamarnya sudah pergi. Dia melangkah mengendap, melihat situasi karena dia ingin melihat apa yang sedang terjadi di bawah sana apalagi suara kedua orangtuanya terdengar.
"Ada apa ini, siapa kalian?" teriak Yohana.
"Mereka pasti anak buah buronan yang lepas itu," Teriak Adrian pula.
"Apa mau kalian?" Rick berusaha tenang, dia baru saja tersadar dari pingsannya. Bagaimanapun keluarganya sedang dalam bahaya saat ini.
Di atas sana, Aleandra mencoba mengintip dari balik celah anak tangga. Aleandra berusaha melihat, sebisa mungkin dia tidak membuat suara karena ini bukan sedang syuting film.
Di bawah sana kedua orangtuanya diikat, begitu juga kakaknya. Mereka bertiga sedang berdebat di hadapan orang-orang yang setelah dihitung mungkin ada sepuluh lebih. Aleandra menelan ludah, dia tidak akan bisa menang melawan mereka karena dia tidak memiliki senjata apa pun. Dia harap orang-orang itu pergi setelah mendapatkan apa yang mereka mau tapi sayangnya beberapa orang lagi masuk ke dalam rumah dan seorang yang terlihat menjadi pemimpin berjalan di depan.
"Bagaimana?" pria yang disangka pemimpin kelompok itu bertanya.
Salah satu anak buah menghampirinya dan memberikan setumpuk uang yang mereka temukan.
"Kami mendapatkan ini!" ucapnya.
"Lumayan. Uang ini cukup untuk membayar kematian mereka.
" Apa mau kalian?" Rick kembali bertanya.
"Tentu saja kematian kalian!"
"Jangan bercanda, lepaskan kami!" teriak Adrian.
"Aku bukan orang yang akan melepaskan musuh jadi jangan harap aku akan melepaskan kalian!"
"Lepaskan keluargaku, mereka tidak ada hubungannya!" Teriak Rick karena dia mengira mereka adalah anak buah penjahat yang lepas dari penjara.
"Tidak, kalian harus mati sesuai perintah!" Pistol ditarik, mereka terkejut tapi tidak lama kemudian letusan senjata api terdengar dan tubuh Yohana ambil ke atas lantai dengan sebuah lubang di kepalanya.
Adrian berteriak histeris begitu juga ayahnya. Aleandra yang menyaksikan hal itu sangat shock luar biasa. Dia bahkan duduk di atas lantai dan tampak lemas. Air matanya mengalir dengan deras, Aleandra menutup mulutnya dengan tangan gemetar.
"Kenapa kau membunuh ibuku?" teriak Adrian marah.
"Kalian memang harus mati!" orang itu terlihat santai saja.
Adrian gemetar ketakutan, sedangkan sang ayah berusaha untuk memeluk istrinya yang sudah tidak bernyawa dengan erat.
"Semua ini gara-gara kau!" teriak Adrian marah pada ayahnya.
"Maafkan aku, maafkan aku! " Rick memeluk istrinya dan menangis.
"Sudah aku katakan kau membawa bencana bagi kami!" teriak Adrian lagi.
"Jangan banyak bicara, bereskan mereka!" perintah si pria yang di duga si pemimpin kelompok itu.
"Tidak, jangan!" Adrian ketakutan luar biasa saat kedua tangannya di pegang, begitu juga dengan ayahnya.
Aleandra juga semakin ketakutan, jangan sampai mereka membunuh semua keluarganya. Aleandra sedang mencari cara, mungkin dia harus membuat keributan untuk mengalihkan perhatian mereka agar mereka tidak membunuh ayah dan ibunya.
Sebuah tabung fire extinguiser yang tidak jauh darinya menjadi pilihan. Aleandra mengambil benda itu dengan hati-hati. Dia berniat menjatuhkan benda itu lalu bersembunyi tapi sayangnya sebelum dia menjatuhkan benda itu, sebuah tembakan terdengar. Teriakan Adrian terdengar saat timah panas melubangi kepala ayahnya, Aleandra shock luar biasa. Tabung fire extinguiser yang dia pegang jatuh dari tangan dan meluncur ke bawah.
Tentu hal itu membuat para penjahat terkejut. Mereka melihat ke atas di mana Aleandra terlihat shock luar biasa karena menyaksikan ayah dan ibunya sudah mati bersimbah darah.
"Tangkap!" perintah mafia itu.
"Lari Aleandra!" teriak Adrian.
Para anak penjahat itu naik ke atas seraya menembaki Aleandra, sedangkan Aleandra melarikan diri dari kejaran puluhan anak buah penjahat yang sudah berlari menaiki anak tangga. Akankah dia bisa melarikan diri dari mereka?