Chereads / Hi's Like, Idiot But Psiko / Chapter 5 - Maximus Smith

Chapter 5 - Maximus Smith

San Francisco, California.

Seorang pria berlari tanpa tujuan malam itu, entah apa yang dia takutkan tapi dia sedang menyelamatkan nyawanya. Pria itu terus berlari sambil sesekali melihat ke belakang. Malam yang sudah larut membuat suasana sepi apalagi dia berada di daerah bangunan yang terbengkalai.

Napas pria itu memburu, dia terus berlari masuk ke dalam sebuah bangunan yang kosong. Dia bahkan berusaha mencari tepat untuk bersembunyi. Dalam hatinya dipenuhi penyesalan, seharusnya dia tidak mencari perkara pada orang yang salah.

Di belakang sana, sekelompok orang berjalan dengan cepat ke arah pria itu berlari. Mereka semua memakai pakaian yang sama, senjata api juga berada di tangan. Dua orang berjalan di hadapan mereka, yang satu membawa senjata api sedangkan pemuda yang satu membawa sebuah tablet sambil melihatnya.

Siapa pun tidak akan bisa melarikan diri darinya. Mau lari ke mana pun, ke ujung dunia sekalipun, tidak akan ada yang bisa. Dia bahkan melangkah dengan santai menuju bangunan terbengkalai di mana pria itu lari tadi. Targetnya akan lari ketakutan sedangkan dia akan menemukan target itu dengan mudah.

Pria itu adalah Maximus Smith, salah satu mafia yang ditakuti di kota itu. Maximus memiliki enam orang sepupu yang juga harus di waspadai karena keluarga mereka adalah orang yang terkenal paling berbahaya sejak dulu. Tidak saja kekuasaan yang mereka miliki, kekayaan yang mereka miliki tidak akan habis bahkan semakin hari, kerajaan bisnis mereka semakin berkembang pesat. Mereka selalu diajarkan untuk penuh kasih tapi pada keluarga dan juga orang yang mereka cintai tapi tidak untuk musuh mereka dan untuk orang yang berani mencari perkara dengan mereka. Sikap lembut yang selalu ada pada mereka akan sirna, mereka akan berubah seratus delapan puluh derajat karena mereka akan menyiksa para musuh mereka tanpa belas kasihan bahkan mereka memiliki sebuah markas di mana senjata berbahaya ciptaan mereka sendiri berada.

Di markas itu mereka akan mengeksekusi lawan mereka tanpa ampun, peralatan yang mereka gunakan untuk menyiksa lawan juga hasil ciptaan mereka. Setelah menyiksa musuh mereka, para musuh akan dilemparkan ke dalam kandang binatang yang sudah mereka pelihara sejak lama.

Maximus putra dari Michael Smith dan Marline Miller si mantan pembunuh bayaran juga pecinta uang. Kedua orangtuanya adalah perentas handal, karena serum berbahaya yang di suntikan ke dalam tubuh ibunya, Maximus terlahir dengan sifat yang berbeda dari sepupu yang lainnya. Maximus kecil suka bersembunyi di dalam lemari, dia seperti pria idiot bahkan dia masih melakukan hal itu walau usianya sudah menginjak usia tiga puluh tahun.

Dia akan bersembunyi di dalam lemari saat waktu tertentu, entah apa yang dia lakukan, kedua orangtuanya bahkan tidak tahu. Dia juga pecinta uang, semua itu karena sifat ibunya yang turun padanya. Walau dia sudah memiliki segalanya tapi jangan sampai berani menipunya apalagi menipu uangnya dan hal itulah yang sedang terjadi oleh pria yang sedang dia kejar saat ini.

Pria itu adalah salah satu pembeli senjata yang telah berani menipunya. Selain berbisnis layaknya pengusaha biasa, mereka juga penjual senjata api dan juga bom. Pria itu sudah ingkar beberapa kali dan tidak mau membayarnya, sebab itu kesabaran Maximus sudah habis apalagi dia memiliki kepribadian yang berbeda dari pada keponakan yang lainnya.

Maximus menyimpan tabletnya, target berada di dalam bangunan. Sebuah senjata api ditarik dan setelah itu, Maximus memerintahkan anak buahnya untuk berpencar dan mencari pria yang sedang mereka kejar. Para anak buahnya berpencar, Max melangkah maju dengan sang asisten pribadinya, Jared. Mereka masuk ke dalam bangunan yang gelap, tidak ada cahaya apa pun di dalam ruangan itu. Jared memberikan sebuah senter untuk bosnya, mereka mulai menyisir tempat itu dengan cahaya lampu senter yang ada di tangan dan lampu yang ada di senjata api mereka.

Mereka melangkah dengan pelan, langkah kaki mereka membuat pria yang sudah menipu Max ketakutan. Pria itu sedang bersembunyi di dalam sebuah ruangan. Walau tidak terlihat apa-apa, tapi pria yang sedang mengincar nyawanya saat ini lebih menakutkan dari pada hantu penasaran yang ada di dalam bangunan itu. Dia bahkan merasa tidak akan selamat, karena dia sudah mendengar tidak ada satu orang pun yang akan selamat dan lolos dari tangan pria yang berbahaya itu.

"Keluarlah, Jrek!"

Pria yang bernama Jrek itu semakin ketakutan mendengar suara Maximus karena suara Max bagaikan suara malaikat maut yang sudah berada di depan pintu dan akan menjemputnya.

"Aku beri kau satu kesempatan, jika kau keluar maka aku akan memberikan kematian yang mudah untukmu tapi jika tidak, kau tidak akan mati dengan mudah!" Max dan anak buahnya terus menyelusuri setiap ruangan untuk mendapatkan target yang sedang bermain petak umpet dengannya.

Jrek menutup mulut rapat, keluar tidak keluar yang pasti dia akan mati dibunuh hanya caranya saja yang berbeda tapi dia tahu jika dia tidak akan pernah bisa lolos dari tangan Maximus Smith. Sepertinya dia sudah tidak punya kesempatan lagi tapi dia akan tetap bertahan.

Jared sudah berdiri di depan pintu sebuah ruangan, beberapa anak buah juga berada bersama dengan Jared. Mereka sudah siap untuk mendobrak pintu ruangan. Max berdiri di depan pintu, senter dan juga senjata api sudah terangkat di tangan. Mereka akan menembak pria itu jika ada di dalam dan dalam hitungan ketiga, pintu di tendang hingga terbuka.

Beberapa anak buah masuk, memeriksa ruangan tapi tidak lama kemudian mereka keluar sambil menggeleng karena pria yang mereka cari tidak ada di dalam sana. Suasana semakin terasa mencekam, kini Max memerintahkan anak buahnya untuk memecah diri menjadi beberapa kelompok untuk memeriksa setiap ruangan yang ada. Sesuai perintah, mereka berpencar, masing-masng tiga kelompok. Jared bersama dengan dua anak buah yang lain sedangkan Max menghampiri sebuah ruangan dengan dua anak buah yang lainnya.

Jrek semakin ketakutan apalagi suara langkah kaki mendekati ruangan di mana dia sedang bersembunyi saat itu. Tidak ada lagi kesempatan untuknya melarikan diri, tidak ada. Satu persatu ruangan kembali dibuka, anak buah Max menyisir ke dalam ruangan. Mereka mencari target mengandalkan sinar lampu dari senter mereka. Jerk semakin ketakutan di tempat persembunyiaanya saat dua orang mendekatinya. Sebuah tongkat kayu yang sedari tadi dia pegang di cengkeram dengan erat, walau dia harus tertangkap dan mati tapi dia tidak mau mati tanpa melawan.

Jantung Jerk semakin berdegup kencang, dia bahkan merasa kesulitan bernapas. Dua anak buah Max sudah dekat dan ketika posisi mereka hanya berada di hitungan beberapa langkah saja Jerk keluar dari persembunyian dan memukul kepala salah satu anak buah Max dengan keras.

Teriakan terdengar, di susul dengan letusan senjata api. Di sela-sela suara letusan senjata api dan suara teriakan Jerk, seorang wanita melihat kejadian itu dalam kegelapan dan terlihat ketakutan. Wanita itu menutup mulutnya dengan rapat, tidak berani bersuara. Dia takut, menjadi sasaran orang-orang itu setelah mereka menghabisi pria yang mereka tangkap.

Maximus dan yang lain sudah menghampiri ruangan itu begitu mendengar teriakan dan tembakan. Mereka bahkan sudah berada di dalam dan mengelilingi Jerk yang sudah mendapat sebuah luka tembak di kaki. Jerk merangkak mendekati Maximus, dia harus meminta pengampunan darinya.

"Tuan, Smith. Maafkan aku, aku akan membayar semua hutang-hutangku!" pintanya memohon.

"Aku sudah memberi kau kesempatan, Jerk," Max menyimpan pistolnya, Jared memberikan sebuah belati tajam untuknya. Jerk semakin ketakutan melihatnya, kekejaman pria itu sudah dia dengar dan tidak seharusnya dia melarikan diri.

"Tolong beri aku satu kesempatan lagi!" teriak Jerk memohon.

"Aku sudah memberikan kau banyak kesempatan, Jerk. Aku memberi kau waktu untuk membayar hutangmu tapi kau tidak melakukannya. Kau tidak juga membayar dan melarikan diri dariku. Apa kau pikir aku tidak memberikan kesempatan untukmu?"

"Aku tidak akan melakukannya lagi, aku akan membayar!" teriak Jerk.

"To late, Jerk. Pegang kedua tangannya!" perintah Max karena dia akan mengeksekusi Jerk di sana.

"Tidak, ampuni aku!" satu tangannya sudah dipegang, tanpa membuang waktu belati yang ada di tangan Max sudah dimainkan. Dari tempat gelap, wanita yang melihat sedari tadi semakin ketakutan. Matanya melotot saat melihat Max memotong jari tangan pria itu tanpa ampun bahkan pria itu tertawa terbahak-bahak saat melakukannya.

Tubuhnya gemetar, dia semakin memundurkan tubuhnya ke belakang karena dia sangat takut. Tanpa tahu apa yang ada di belakang karena gelap, dia menyenggol sesuatu yang ada di belakang hingga terjatuh. Wanita itu terkejut, begitu juga dengan Maximus dan para anak buahnya. Max menghentikan kebrutalannya dan memerintahkan anak buahnya untuk mencari sumber suara. Jerk sudah tidak berdaya di tangannya, dengan begitu banyak luka yang diberikan oleh Max.

Jared bergerak untuk mencari datangnya suara, si wanita yang bersembunyi ketakutan setengah mati. Dia berusaha untuk mencari persembunyian lain tapi sialnya, sebelum melakukan hal itu, puluhan lampu senter dari senjata api sudah mengarah ke arahnya.