Beberapa waktu yang lalu, pesawat yang ditumpangi oleh Aleandra mendarat di bandar udara San Francisco. Dengan membawa identitas wanita yang dia temukan dan uang seribu rubel, Aleandra harus bertahan di negara asing yang tidak dia kenal sama sekali bahkan dia tidak bisa berbahasa Inggris. Melihat orang-orang yang asing baginya membuat Aleandra ketakutan. Dia takut orang-orang yang mengejarnya sampai di negara itu dan menangkapnya.
Uang seribu rubel bukanlah uang yang besar, dia harus bertahan dengan uang itu sampai dia bisa menemukan seseorang yang mau membantunya. Entah siapa yang pasti dia harus meminta pertolongan, dia harus menemukan orang yang berkuasa dan berbahaya di kota itu karena dia yakin hanya dengan cara itu saja dia bisa lolos dari orang-orang yang mengejarnya.
Polisi bukanlah solusi, kejadian yang dia alami akan melewati proses pemeriksaan yang panjang apalagi dia tidak mengenal siapa orang yang telah membunuh keluarganya dan mengejar dirinya.
Karena dia sudah bagaikan turis ilegal, Aleandra menghindari setiap petugas yang dia jumpai karena dia tidak bisa bertahan lama dengan identitas palsu yang dia gunakan. Jangan sampai dia tertangkap dan di pulangkan ke Rusia. Jika sampai hal itu terjadi maka pelariannya akan sia-sia. Sambil menghindari para petugas, Aleandra harus bertahan di kota yang sangat asing.
Uang seribu rubel yang dia miliki benar-benar harus dia manfaatkan dengan baik, tidak tahu apa pun membuatnya kesulitan apalagi bahasa yang tidak dia mengerti. Uang yang dia punya dia gunakan untuk membeli makanan saja dan dia tidur di bangunan yang terbengkalai sambil bersembunyi. Entah sampai kapan dia harus seperti itu dia sendiri tidak tahu yang pasti dia akan terus bertahan untuk hidup. Uang yang dia miliki bahkan sudah hampir habis, dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan setelah uang itu habis. Malam itu sambil meratapi nasibnya, Aleandra dikejutkan dengan suara orang yang berlari memasuki bangunan yang gelap di mana dia selalu menyembunyikan diri di sana.
Suara derap kaki orang yang berlari membuat Aleandra ketakutan apalagi orang itu bersembunyi di dalam ruangan di mana dia berada. Teriakan beberapa orang di luar sana membuat Aleandra semakin ketakutan. dia takut jika itu para polisi yang sedang mengejar seorang buronan. Jangan sampai dia tertangkap bersama buronan itu karena dia tahu dia akan berakhir tragis tapi ternyata orang-orang yang dia kira polisi itu bukanlah polisi.
Aleandra melihat mereka dari tempat gelap, sinar lampu dari orang-orang itu membuatnya bisa melihat apa yang mereka lakukan. Dia juga bisa mendengar percakapan pria yang tampak marah dengan sebilah belati di tangan. Aleandra berusaha untuk tenang karena dia tidak mau ketahuan tapi apa yang dilakukan oleh pria itu membuatnya ketakutan.
Walau dia seorang stutman tapi dia belum pernah melihat kejadian mengerikan itu secara langsung. Pria yang bagaikan psikopat itu memainkan pisaunya tanpa ragu, ekspresi wajahnya terlihat senang seolah-olah dia menikmati menyiksa musuhnya dan memang itulah yang terjadi. Rasa takut Aleandra semakin menjadi saat pria itu mengiris daging lawannya tanpa ampun, dia bahkan tertawa sambil melakukan aksi gilanya.
Rasa takut yang dia alami membuatnya ingin bersembunyi di tempat lain agar dia tidak melihat hal mengerikan itu tapi sayangnya tanpa dia inginkan dia sudah menjatuhkan sesuatu yang ada di belakangnya. Tentu hal itu membuat Aleandra ketakutan dan tanpa dia inginkan, dia sudah ditangkap oleh anak buah Maximus.
Jared menarik Aleandra keluar dari persembunyiaannya dengan kasar, entah dari mana wanita itu datang yang jelas dia sudah melihat apa yang telah mereka lakukan dan dia harus mati. Aleandra berteriak ketakutan, dia ditarik mendekati Maximus yang sedang memegang sebilah pisau yang sudah bersimbah darah.
"Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Max bertanya sambil meletakkan pisau di bawah dagu Aleandra.
Aleandra menggeleng, dia tidak mengerti apa yang sedang pria itu bicarakan. Rasa takutnya semakin menjadi saat pisau yang ada di bawah dagu mulai menggores kulitnya.
"Katakan, apa yang kau lakukan di sini?!" teriak Max marah.
"Aku tidak tahu, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Aku tidak mau melihat apa yang kau lakukan tapi aku sudah bersembunyi di tempat itu sebelum pria itu masuk ke dalam dan bersembunyi di sini. Jangan bunuh aku, aku mohon. Aku tidak akan mengatakan apa pun yang aku lihat malam ini dan aku akan tutup mulut jadi tolong lepaskan aku!" pinta Aleandra dalam bahasa Rusia.
Max dan asisten pribadinya saling pandang, kenapa seorang gadis Rusia bisa bersembunyi di sana? Maximus melihat Aleandra dari atas sampai ke bawah, wajahnya kotor, begitu juga dengan pakaiannya. Rambut Aleandra berantakan, dia jauh dari kata cantik karena penampilannya seperti seorang gelandangan yang sudah menghuni gorong-gorong begitu lama. Badannya bahkan bau, dia sudah tidak mandi sejak dia datang. Dia tidak tahu harus mandi di mana, dia bahkan tidak punya pakaian untuk ganti.
"Sepertinya dia hanya seorang gelandangan, Master," ucap Jared.
"Bunuh, aku tidak mau ada saksi!" perintah Max.
"Yes, Master," Jared memerintahkan dua anak buah untuk memegang tangan Aleandra, mereka akan menembak kepala gadis itu untuk menghabisinya.
"Tidak, jangan bunuh aku. Aku tidak sengaja, tolong lepaskan. Aku tidak akan mengatakan apa yang kalian lakukan pada siapa pun!" teriak Aleandra lagi tapi tidak ada yang peduli. Walau Max mengerti apa yang gadis itu katakan, tapi dia tidak mau ada saksi. Anggap gadis itu sedang sial, siapa suruh dia bersembunyi di dalam bangunan itu dan melihat aksi mereka?
Aleandra memberontak dan berbicara tidak karuan, tidak ada satu pun yang mengerti dengan apa yang dia ucapkan kecuali Maximus. Sekalipun Aleandra memohon dia harus tetap membunuh gadis itu agar tidak ada saksi. Sebuah pistol sudah mengarah di kepala Aleandra, gadis itu sudah putus asa. Aleandra menangis dan memejamkan mata, dia rasa pelariannya sampai di sana saja. Setidaknya dia mati dalam satu tembakan, itu lebih baik dari pada dia tertangkap dan dijadikan bahan mainan oleh orang-orang yang mengejarnya. Sungguh lucu, dia lari untuk menghindari kematian tapi ternyata dia tidak bisa melarikan diri dari kematian. Mungkin memang dia sudah ditakdirkan untuk mati.
Pelatuk senjata api sudah ditekan, mata Alendra semakin tertutup rapat karena dia sudah siap menghadapi kematiannya. Dia bahkan tersenyum, pasrah. Saat dia merasa kematian itu sudah dekat, saat itu pula keberuntungan lagi-lagi berpihak darinya. Suara pelatuk senjata api sudah berbunyi tapi sayangnya anak buah Max lupa mengisi peluru senjata apinya.
"Sial, pelurunya habis!"
Mata Aleandra terbuka, dia melihat anak buah Max sibuk mengisi selongsong pistolnya. Pegangan di tangannya sedikit longgar, Maximus juga sudah berdiri di depan Jerk untuk melihat kondisinya yang belum mati. Merasa itu adalah kesempatan, Aleandra menepis tangannya dengan kekuatan yang dia punya sehingga tangannya terlepas. Dengan semangat hidup yang masih ada, Aleandra berlari ke arah Maximus.
"Sial, dia lepas!" terdengar teriakan Jared. Suara letusan senjata api terdengar, Aleandra berteriak saat satu timah panas bersarang di bahunya saat dia menabrakkan diri di tubuh Maximus dengan kuat. Jared dan anak buah panik saat melihat bos mereka jatuh ke atas lantai bersama dengan Aleandra yang jatuh di atas tubuhnya. Maximus sangat marah, rambut Aleandra di jambak dan setelah itu dilemparkan dengan kasar sampai keluar ruangan.
Aleandra meringis, walau rasa sakit akibat tembakan di bahu, Aleandra segera melarikan diri bagaikan orang gila. Anak buah Max mengejarnya, kaki Aleandra begitu cepat. Dia terus berlari tanpa arah apalagi dia tidak bisa melihat apa pun di tempat gelap itu. Di dalam ruangan, Jared melihat keadaan bosnya. Dia tidak menyangka jika gadis gelandangan itu akan balik menyerang.
"Master, apa kau baik-baik saja?" tanya Jared. Sepertinya nasib gadis itu tidak akan lama dan dia tidak akan selamat.
"Cari wanita itu sampai dapat dan bawa ke hadapanku dalam keadaan hidup!" perintah Max.
"Yes!" jawab Jared, sudah dia duga gadis itu tidak akan selamat.
"Bawa pria itu ke markas dan lemparkan ke dalam kandang singa!" perintah Maximus lagi. Dia masih menahan amarahnya karena wanita itu berani mengambil sesuatu darinya di saat keadaannya sedang terdesak.
Jared mengangguk, dua anak buah ditugaskan untuk membawa Jerk yang sudah tidak berdaya ke markas. Mereka pergi dari tempat itu, sedangkan para anak buah yang mengejar Aleandra masih berusaha mengejar dan mencari keberadaan Aleandra yang sedang bersembunyi. Aleandra bersembunyi di bawah sebuah jembatan dengan sesuatu di tangannya. Walau bahunya masih sakit yang penting dia masih hidup. Ternyata dia masih beruntung karena lagi-lagi dia bisa menghindari kematian walau sebuah tembakan dia dapatkan.