Aleandra menangis sambil memegangi bahunya yang tertembak. Hari sudah berganti, matahari sudah bersinar. Aleandra sedang bersandar di sebuah pohon besar. Kenapa nasibnya jadi begitu tragis? Dia sudah lelah berlari, seharusnya dia membiarkan pria itu membunuhnya. Mungkin dengan demikian dia tidak akan mengalami kejadian tragis lagi.
Berada di kota yang benar-benar asing, tanpa kenalan dan uang semakin membuatnya putus asa. Teriakan Aleandra terdengar, lalu gadis itu menangis di sela teriakannya. Jika waktu bisa diulang, maka dia akan membiarkan pria itu menebas lehernya semalam. Sekarang dia sangat berharap kematian segera menghampirinya, dia merasa tidak ada gunanya dia hidup lagi.
"Kenapa kau begitu kejam padaku!" teriak Aleandra sambil melihat ke atas seolah-olah Tuhan tidak adil terhadapnya. Tangisannya kembali pecah, dia sudah mulai putus asa.
Aleandra menumpahkan kesedihannya, tidak ada yang tahu apa yang dia rasakan. Tidak ada yang melihat penderitaannya. Dia sendirian, di dunia yang luas dia hanya sendirian. Dia bahkan di hutan yang tidak dia kenal, demi menyelamatkan diri dari kejaran anak buah Max, dia berlari tanpa peduli ke mana arah larinya. Entah dia harus senang atau sedih dengan keadaannya saat ini, perut lapar, bahu terasa sakit bahkan keadaannya lebih menyedihkan dari pada gelandangan yang ada di kota itu.
Tangisan Aleandra terhenti, tidak ada gunanya dia menangis seperti itu karena tidak bisa mengubah apapun. Lebih baik dia mencari cara untuk bertahan hidup di kota itu. Dia sudah beberapa kali terhindar dari kematian dan dia yakin jika dia bisa bertahan. Kejadian yang dia alami akan dia jadikan pelajaran, dia pasti bisa bertahan di kota asing yang belum dia kenal itu.
Sambil memegangi bahunya, Aleandra berusaha beranjak. Sebaiknya dia pergi mencari makan. Aleandra memegangi perutnya yang berbunyi tapi pada saat itu dia teringat dengan barang yang dia curi dari pria semalam. Aleandra mencari benda itu dan akhirnya dia menemukan benda yang dia ambil tidak jauh darinya dan itu adalah dompet milik Maximus.
Gadis itu menghampiri dompet itu dengan cepat, semoga saja di sana ada uang sehingga dia bisa membeli makanan untuk mengisi perutnya jika tidak dia terpaksa memakan jamur yang tumbuh di hutan itu. Dompet terbuka, mata Aleandra terbelalak melihat deretan uang dolar yang ada di sana dan juga beberapa kartu black card yang dia tahu jika kartu itu hanya dimiliki oleh segelintir orang saja.
"Oh, Tuhan, sepertinya aku akan mati dalam keadaan kenyang," ucap Aleandra tapi sayangnya karena dia mengambil dompet itu, dia menjadi buronan Max yang tadinya ingin melepaskan dirinya tapi tidak jadi setelah menyadari dompetnya diambil oleh Aleandra saat gadis itu menabraknya. Sebab itu Max memerintahkan Jared untuk menangkap Aleandra dalam keadaan hidup dan membawa gadis itu ke hadapannya. Aleandra tidak menyadari jika dia belum selesai dengan penjahat yang mengejarnya dan kini dia harus berurusan dengan mafia lainnya di kota yang tidak dia kenal itu.
Mata Aleandra berbinar melihat jumlah uang yang ada di dalam dompet. Dia bisa bertahan dengan uang itu. Dia bisa mengeluarkan peluru yang ada di punggung, membeli makanan dan membeli pakaian. Banyaknya uang memungkinkan dirinya mendapatkan sebuah tempat tinggal. Jujur dia tidak mau tinggal di bangunan terbengkalai yang gelap dan menakutkan lagi. Jangan sampai kejadian semalam terulang karena dia tidak yakin dia bisa selamat kembali dan yang paling dia takutkan adalah, dia tidak mau bertemu dengan Maximus karena dia tahu pria itu tidak akan melepaskan dirinya.
Aleandra mengambil uang yang ada di dalam dompet, dia tidak peduli dengan yang lainnya tapi dia tidak membuang dompet itu dan membawanya. Aleandra keluar dari hutan, dia bisa melakukan banyak hal dengan uang yang dia curi. Bahasa adalah kendala pertama baginya dan sekarang, dia harus bisa menguasai bahasa Inggris agar dia bisa bertahan di kota itu.
Di tempat lain, kembali ke Rusia. Sang mafia sangat marah karena anak buahnya belum bisa menemukan keberadaan Aleandra. Semua benda yang ada di lempar, beberapa anak buahnya bahkan menjadi sasaran empuk timah panas dari senjata apinya. Kemarahan semakin menguasai hati, belum pernah ada yang bisa melarikan dirinya darinya.
Kini menemukan keberadaan Aleandra menjadi obsesi, gadis itu akan dia dapatkan bagaimanapun caranya. Tidak ada yang boleh lolos darinya, tidak ada. Teriakan mafia itu kembali terdengar, jangan sampai berita jika dia tidak mampu menangkap seorang wanita saja menyebar luas sehingga mafia yang lain mencibir dirinya. Bagaimanapun para mafia itu segan padanya, jangan sampai hanya karena hal ini membuat para mafia itu sudah tidak segan padanya lagi.
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa menangkap satu wanita saja kalian tidak bisa?!" teriaknya dan lagi-lagi timah pamas dimuntahkan dari senjata apinya sehingga beberapa anak buahnya menjadi korban atas kemarahannya.
Para anak buahnya sudah berusaha mencari tujuan Aleandra tapi mereka belum mendapatkan petunjuk. Itu karena Aleandra menggunakan identitas orang lain. Tidak semua anak buah yang mengejar Aleandra ada di sana saat ini karena sebagian dari mereka pergi ke hutan untuk mencari petunjuk dari muda mudi yang telah mereka bunuh.
Mayat kedua muda mudi itu sudah membusuk, tidak ada yang tahu kematian mereka. Tenda mereka di geledah, untuk mencari petunjuk. Sebuah ransel ditemukan dan itu adalah milik si pria. Tas dibongkar, mereka menemukan dua buah voucher hotel dan hotel itu berada di San Francisco, California. Mereka mulai menerka, sepertinya Aleandra menemukan tiket penerbangan kedua muda mudi dan pergi ke sana demi menyelamatkan diri. Semua itu tampak masuk akal apalagi setelah mereka melihat tanggal yang tertera di voucher hotel.
Itu akan menjadi petunjuk yang diperlukan oleh bos mereka. Setidaknya semua rekan mereka tidak menjadi korban atas kemarahan bos mereka. Mereka segera bergegas, kali ini gadis bernama Aleandra Feodora itu tidak akan bisa lolos. Voucher hotel sudah mereka berikan pada bos mereka, tentu hal itu membuat bos mereka sangat heran
"Apa maksudnya ini?" Bos mereka bertanya pada anak buahnya.
"Gadis itu melarikan diri ke California," jawab salah satu anak buahnya.
"Apa kau yakin?"
"Tentu saja, dia tiba-tiba melarikan diri ke bandara dan pergi begitu saja. Kemungkinan besar dia menemukan tiket pesawat milik muda mudi yang kami bunuh dan pergi menggunakan tiket pesawat itu," jawab si anak buah.
"Baiklah, segera bawa beberapa orang handal dan pergi ke sana. Temukan wanita itu dalam keadaan hidup karena aku menginginkan dirinya. Aku tidak terima kegagalan dan jika sampai kalian gagal, aku pastikan kalian akan berakhir tragis seperti mereka!"
Beberapa dari mereka mengangguk dan bergegas, mereka membawa beberapa anak buah yang memiliki keahlian berbeda. Mereka pasti mendapatkan Aleandra Feodora dan membawanya. Mereka tahu mereka tidak boleh gagal karena konsekuensi dari kegagalan adalah kematian. Tanpa membuang waktu, mereka bersiap untuk berangkat ke California.
Sementara itu, tanpa menyangka jika dia masih diincar bahkan dia tidak akan menyangka jika kini dia diincar oleh dua mafia berbahaya dari dua negara yang berbeda, Aleandra makan dengan lahap karena dia benar-benar lapar. Dia memesan banyak makanan, dia bagaikan orang yang sudah tidak makan selama beberapa hari dan memang dia sudah tidak makan dengan benar selama beberapa hari ini.
Aleandra tidak peduli dengan pandangan orang-orang, setidaknya dia sudah tidak terlihat seperti gelandangan lagi. Uang Max yang dia ambil benar-benar bermanfaat, peluru di bahu juga sudah dikeluarkan. Setelah makan dia akan mencari sebuah tempat tinggal dengan harga murah, dia juga akan mencari sebuah ponsel. Sepertinya mulai sekarang dia harus bertahan di kota itu karena dia tidak mau kembali ke Rusia. Dia tahu para penjahat itu akan mengincarnya jika dia kembali dan memang, mereka akan datang ke California untuk menangkapnya dan membawanya kembali ke Rusia.