Chereads / Sentuh aku dan cintai aku / Chapter 1 - Malam Pertama

Sentuh aku dan cintai aku

🇮🇩silvaaresta
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Malam Pertama

"Sakit… suamiku… sakit!" Suara sang wanita yang mencoba mengatakan keadaannya saat ini.

"Sedikit lagi! Diamlah! sedikit lagi…jangan berteriak!… sialan! Kau sempit sekali!"

"Tolong… sakit!!! Berhenti!!"

"Diam!!!" Guncangan di seluruh ranjang berukuran besar itu, menjadi saksi penyiksaan dalam penyatuan antara dua insan yang tak berbusana.

"Tolong…. Suamiku!" Teriakan terakhir diiringi dengan desahan panjang memenuhi seluruh ruangan kamar.

"Diam! Kubilang!" Kata lelaki itu lagi.

"Ahhhh… aku tidak kuat!"

Bruak!!

"Bodoh! Begini saja kau berteriak-teriak terus!" Lelaki bernama Gideon itu langsung melepaskan kejantanannya dari tubuh sang wanita, dia menumpahkan benihnya di pinggiran kasur lalu menghela nafas panjang.

"Ternyata wanita perawan sepertimu tidak enak sama sekali, memang rasanya sempit dan hangat. Tapi terlalu kaku untuk diajak bersenang-senang, setidaknya sebelum menikah kau harus belajar cara memuaskan suamimu!" Kata lelaki itu lagi, dia memakai celana pendek dan langsung naik ke atas tempat tidur.

Sepertinya Gideon tak peduli dengan apa yang dirasakan sang wanita saat ini.

Gadis muda yang umurnya bahkan belum menginjak dua puluh satu tahun, harus menanggung kehidupan yang berat. Tubuh mungilnya yang ringkih itu sudah penuh dengan peluh keringat dan lebam dimana-mana.

"Pakai bajumu! Lalu pergi dari sini! Menjijikkan sekali! Bagaimana bisa ada wanita bodoh yang saat bercinta hanya bisa menangis!" Gideon mendorong wanita itu dengan kasar, berharap dia pergi dari sini karena Gideon sudah lelah dan ingin tidur.

"Maaf, aku akan pergi." Katanya sambil memungut satu persatu pakaian yang tergeletak di atas lantai.

Ini malam pertama bersama suaminya sendiri! Suami? Apakah kata itu pantas untuk lelaki yang baru saja menghina dan mencampakkan dirinya?

Rhea tidak tahu, bahwa lelaki yang selama ini diam-diam dia cintai, yang selalu dikagumi, yang kepribadiannya terkesan hangat dan penuh kasih sayang, ternyata aslinya adalah iblis!

Mereka menikah karena perjodohan, Rhea langsung jatuh hati karena melihat Gideon yang begitu tampan dan bertanggung jawab, itu kenapa dia tak menolak saat orang tuanya memilih lelaki ini sebagai suaminya.

Mimpi-mimpi manis yang Rhea coba gantungkan setelah menikah, semuanya hancur dalam satu malam. Karena apa? Hanya karena Rhea masih perawan dan tak hebat di atas ranjang! Hanya karena Rhea tak bisa memuaskan suaminya! Hanya karena Rhea terus menangis akibat rasa sakit di lubang kemaluannya!

"Cepatlah!! Keluar dari sini, tidur saja dimanapun!" Sekali lagi suara Gideon terdengar nyaring, Rhea buru-buru bangun dan berjalan tertatih-tatih.

Rasa tubuhnya sudah tak karuan, bagian selangkangannya juga terasa kram dan perih sekali. Dia keluar dari kamar itu, lalu melihat ke kanan dan ke kiri. Ini mansion milik keluarga Devanto, nama besar keluarga suaminya itu. Keluarga yang katanya akan mencintai Rhea sepenuh hati, yang katanya akan melindungi Rhea, yang akan menjadikannya seorang Ratu. Tapi apa? Di malam pertama saja dia sudah dihina karena tak mampu memuaskan hasrat gila suaminya!

Rhea memilih untuk menuruni satu persatu anak tangga, dia hanya memakai pakaian tidur tipis, berharap tak ada lelaki lain yang melihatnya saat ini.

Tapi sepertinya apa yang dia harapkan malah menjadi kenyataan. "Nona Rhea? Kenapa anda berjalan sendirian? Mau kemana? Ini malam pertama anda bukan? Ada apa? Apakah butuh bantuanku?" Salah satu pengawal bertanya dengan nada yang sangat lembut, namun lelaki itu menundukkan kepalanya saat bertanya pada Rhea.

Dia tak berani menatap tubuh sang Nona sama sekali.

"Siapa namamu?" Tanya Rhea, suaranya serak dan sepertinya dia menahan diri untuk tidak menangis lagi.

"Panggil saya, Zein. Nona, apakah ada yang bisa saya bantu?" Kata lelaki itu lagi

"Bisakah kau antarkan aku ke salah satu kamar kosong? Aku mau tidur sendiri malam ini." Ujar sang wanita, mendengar hal tersebut Zein langsung mengangguk paham.

"Akan saya antarkan ke kamar lain, Ikuti saya Nona." Ujar Zein, akhirnya Rhea langsung mengikuti lelaki itu. Mereka berjalan dalam keheningan, Rhea dan Zein sama-sama menatap ke arah lantai saat berjalan.

Mereka berdua tak saling berucap apa-apa lagi, Rhea merasa dirinya sangat hina dan malu karena ditemukan dalam kondisi buruk oleh lelaki di depannya. Sedangkan Zein, dia merasa sedih karena melihat Nona Rhea yang tampak kesakitan.

"Ini, kamarnya Nona. Apakah anda membutuhkan hal lain?" Tanya Zein, dia masih menunduk dengan sopan.

"Tak ada, pergilah. Terimakasih." Rhea membuka pintu kamar dan menutupnya dengan perlahan.

Dia menatap ke sekeliling ruangan yang sangat sepi dan hening, setelah itu tubuhnya langsung luruh ke lantai dan menangis histeris.

"Kenapa? Kenapa begini?!" Ucapnya dengan suara serak dan terbata-bata.

Di luar pintu, Zein mendengar suara tangis yang sangat kesakitan itu. Dia tak sanggup meninggalkan sang wanita sendirian, karena Zein punya seorang adik perempuan, dia berpikir bahwa jika adiknya menangis seperti ini, mungkin Zein akan merasa jauh lebih sedih. Pada akhirnya, Zein duduk di depan pintu. Dia menghela nafas panjang, menatap langit-langit ruangan sambil mendengarkan terus suara tangisan di dalam sana.

Malam itu, ketika satu kekecewaan datang, ternyata ada satu harapan yang diam-diam menjalar di satu hati lainnya.

~~

Pagi-pagi sekali, Rhea sudah bangun dan membantu para maid untuk menyiapkan makanan. Dia selalu menghabiskan paginya dengan memasak atau berolahraga, walaupun semalam mental dan hatinya terkoyak karena sikap sang suami, itu tak menjadi alasan untuk bermalas-malasan.

Semua makan sudah siap, Rhea sedikit merapihkan rambutnya yang terurai sempurna. Tak ada yang boleh tahu bahwa malam pertamanya hancur, dia harus mengatakan pada semua orang bahwa pernikahan ini baik-baik saja dan malam pertama terlewati dengan sempurna.

Kedua mertuanya turun lebih dulu, wajah mereka tampak tersenyum manis saat melihat Rhea.

"Pagi, Mom.. Dad." Wanita itu menyapa dengan lembut.

"Pagi, Rhea sayang! Bagaimana rasanya menjadi istri? Menyenangkan bukan?" Nyonya Daisy bertanya dengan suaranya yang lembut.

"Sangat menyenangkan, ternyata menikah adalah hal yang luar biasa indah." Bohong! Rhea mengumpat sendiri dalam hatinya, dia harus banyak berbohong mulai sekarang.

"Pagi semuanya!!" Belum sampai selesai pembicaraan Rhea dengan kedua mertuanya. Sang adik ipar berjalan santai memasuki ruangan makan, lelaki yang umurnya tidak jauh dari Gideon, lelaki yang sedikit petakilan namun terlihat baik itu, tersenyum manis saat menyapa Rhea.

"Pagi, Kakak iparku yang cantik. Astaga! Wajahmu berseri-seri sekali, apakah kakakku memuaskanmu semalam! Pastinya! Aku mendengar kau menangis berulang kali!" Daniel tertawa kencang saat mengatakan hal itu, dia mendapatkan satu pukulan kencang di pundak oleh ibunya. "Ahhh!! Mommy sakit!" Kata Daniel.

"Jaga mulutmu, jangan berkata hal tak senonoh di depan kakak ipar sendiri." Daisy seperti memperingatkannya anaknya tentang batasan yang harus dia jaga.

"Maaf Mom, aku senang akhirnya punya kakak ipar yang cantik dan baik hati!" Daniel memuji dengan sangat tulus, Rhea dapat melihat ketulusan itu. Walaupun sebenarnya, hatinya sedikit ragu. Apakah kebaikan keluarga ini nyatanya palsu? Seperti sikap suaminya itu?

Baru saja Rhea memikirkan suaminya, Lelaki itu turun dengan gerakan santai, wajahnya begitu tampan saat pagi hari, rambutnya basah dan dibiarkan berantakan.

"Istriku! Kau sudah pergi pagi-pagi sekali dari kamar, padahal aku masih merindukan dirimu." Gideon melangkah ke arah sang wanita, mencium kening wanita itu dengan romantis sekali.

Suara tawa dari ketiga orang di ruangan makan itu, membuat Rhea mau tak mau ikut tersenyum juga. Walaupun senyum palsu, dia tak tahu kenapa suaminya bersikap manis? Padahal semalam dia seperti bajingan tak tahu diri!

"Wahhhh!! Pengantin baru memang menggemaskan!" Sekali lagi Daniel membuat suasana terasa aneh, aneh bagi Rhea yang semalam dicampakkan oleh suaminya sendiri.

"Jangan meledek kakak iparmu Daniel! Duduk dan kita sarapan dengan tenang!" Suara Nenek Ariana membuat semuanya langsung duduk di tempat masing-masing dengan patuh.

Rhea berusaha untuk tidak memperlihatkan raut wajah apapun, matanya menatap ke arah piring yang disiapkan oleh maid. Nafasnya terasa sesak karena menghirup aroma tubuh Gideon yang sangat harum. Aroma ini tadinya membuat Rhea jatuh cinta, aroma ini yang membuat wanita itu merasa nyaman, tapi sekarang? Rhea merasa ingin muntah!

"Rhea? Kenapa? Wajahmu tiba-tiba pucat?" Ucapan Tuan Aldebaran terdengar sangat lembut, Rhea mengangkat wajahnya dan menggeleng dengan pelan.

"Sepertinya aku kelelahan, Dad."

Bohong!

Lagi-lagi Rhea berbohong.

"Apakah Gideon memperlakukanmu dengan baik?" Satu pertanyaan dari sang Tuan besar membuat Rhea langsung merasa gugup.

"Sepertinya aku terlalu kasar padanya semalam, Dad. Aku sangat menyukai dirinya, jadi aku lupa diri saat kami bercinta." Gideon berucap lebih dulu, dia bahkan sudah menyentuh kepala sang wanita, seperti memberitahu bahwa mereka harus berdrama seperti pasangan yang romantis.

"Oh begitu, jangan terlalu kasar Nak. Kasihan Rhea yang baru pertama kali." Aldebaran tersenyum maklum, lalu dia sibuk menyuap makanan dengan tenang.

Yang lainnya tersenyum-senyum penuh arti, mereka semua berpikir bahwa Rhea dan Gideon memang bercinta hingga lupa diri.