Chereads / Sentuh aku dan cintai aku / Chapter 6 - Ayah mertua

Chapter 6 - Ayah mertua

Di lain tempat..

Beberapa hari kemudian.

(Gideon Pov)

Langkah kakiku keluar dari mobil dan mulai melangkah dengan cepat untuk masuk ke dalam perusahaan. Hari ini ada rapat penting untuk peluncuran produk terbaru.

Kesibukan membawaku pada perasaan yang sedikit aneh, terkadang aku merasa harus membagi waktu untuk bersenang-senang dan bekerja agar tak ada yang tertinggal. Belum lagi masalah cinta yang kian membawa dampak aneh pada diriku.

Rhea..

Wanita itu, entah kenapa beberapa hari ini aku kepikiran tentangnya. Apakah dia baik-baik saja? Aku merasa aneh saat dia tak pulang beberapa hari yang lalu, ketika dia kembali ke Mansion, wajahnya tampak berseri-seri seperti mendapatkan kebahagiaan lain di luar sana.

Sebenarnya, aku juga tak terlalu suka saat melihatnya tersenyum manis setiap pagi seolah-olah tak ada masalah di kehidupan keluarga kami.

Apakah kekerasan yang aku lakukan padanya masih kurang hebat? Apakah dia perlu aku pukul lebih parah lagi? Entahlah, aku merasa harus mencari tahu apa yang membuatnya tetap tegar seperti itu.

Aku sudah tiba di ruangan rapat, Tuan Arthur datang lebih dulu, dia adalah ayah mertuaku. Tatapan matanya selalu saja tajam seperti biasa. Aku tidak pernah tahu apa yang ada di dalam pikirannya, dia selalu mengerutkan kening seperti berpikir keras pada situasi yang sedang terjadi. Yang tidak aku mengerti juga adalah kenapa dia bisa ada disini? Bukankah dia seharusnya mengurus hal yang lebih penting? Walaupun aku tahu rapat kali ini juga sama pentingnya.

Dia sudah memberikan perusahaan milik putrinya padaku, tapi dia masih tak percaya aku mengurus bisnis tersebut. Setidaknya untuk saat ini aku harus berpura-pura baik padanya.

"Gideon, apakah ada kendala dalam peluncuran produk kali ini?" Dia mulai bertanya padaku, pertanyaan yang cukup serius.

Apakah dia tahu bahwa aku berbuat kasar pada istriku sendiri? Ahhhh… lupakan itu, tak mungkin Rhea membocorkan rahasia kami.

Dia wanita yang akan menjaga perkataannya, dia tak mungkin membawaku pada masalah. Bukan begitu? Dia tak mungkin menjatuhkan nama baik suaminya sendiri di depan ayah mertua.

"Sejauh ini semuanya berjalan dengan baik, saya juga sudah membuat proposal tentang model siapa saja yang akan membawakan produk kita dalam peluncuran kali ini. Ada beberapa Influencer marketing juga dari media sosial yang punya pengikut terbanyak. Kita sudah bekerjasama untuk memastikan produk kali ini dikenal luas oleh masyarakat." Kataku menjelaskan dengan baik.

"Bagus kalau begitu, karena target pasar kita adalah kaum anak muda. Membawa Model terkenal dan juga influencer tentu akan membawa perbedaan yang signifikan. Untuk hal lainnya nanti kita bisa bicarakan lagi. Ada hal yang sebenarnya mau aku bicarakan padamu. Keluar dari masalah pekerjaan." Mendengar kata keluar dari masalah pekerjaan, aku tahu bahwa dia akan membahas hal serius.

Apakah ini tentang hubungan aku dan Rhea? Tentu saja, apalagi?

"Ya, katakan saja Tuan."

"Buatlah rencana liburan dengannya, aku melihat Rhea sedih beberapa hari terakhir ini. Aku tak mau sampai membuatnya semakin sedih karena memberikan beban pekerjaan yang cukup berat. Lagipula kalian kan sudah hidup bersama, rencana liburan membuat hubungan kalian bisa semakin erat, hal itu juga akan membawa dampak yang berbeda pada mental Rhea. Dia pasti sedikit aneh saat harus jadi istri dan bertanggung jawab pada suaminya. Dia harus mengurus suaminya dan belajar menjadi istri yang baik, aku takut hal itu membuatnya tertekan." Ucapan Arthur membuatku menahan nafas beberapa saat, kenapa dia terkesan seperti berkata bahwa Rhea tak bahagia menikah dengan aku?

Maksudku, Apakah dia benar-benar curiga pada apa yang aku dan Rhea lakukan? Apakah wanita itu membocorkan rahasia kami? Tidak! Tidak mungkin, aku akan bicara padanya saat selesai rapat nanti. Aku harus mendengar sendiri dari bibirnya bahwa tak ada masalah apapun yang harus aku khawatirkan untuk saat ini.

"Ya, hal itu akan aku pikirkan lagi." Ujarku menjelaskan.

"Jangan dipikirkan lagi, kamu menang harus melakukan hal tersebut setelah semua pekerjaan ini selesai. Lagipula kamu dan Rhea bisa menyewa tempat manapun yang kalian mau dengan mudah, uang bukan masalah. Iyakan?" Ada nada yang cukup sinis saat dia mengatakan hal tersebut, nada yang terkesan memerintah dengan sangat sialan. Apakah dia mulai mengatur kehidupan pribadiku? Dia pikir aku akan nurut begitu saja? Mengingat karena dia semua masalahku tambah banyak!

Walaupun memang benar, karena bantuan darinya harta kekayaanku melonjak naik dan aku punya banyak kesempatan untuk terus berkembang di dalam dunia bisnis. Tapi tetap saja, kenapa dia mulai bertindak semena-mena?

Aku paling tidak suka saat sudah ditekan seperti ini, rasanya aku mau memberontak dan berkata padanya bahwa aku bukan seseorang yang bisa diperintah seenaknya saja. Tapi aku tak mungkin berkata tidak disaat saat seperti ini! Menentang orang sepertinya hanya akan membawa masalah baru dan itu tak akan menguntungkan aku sama sekali.

Dia ayah mertuaku, dia punya banyak kekuasaan yang akan menjatuhkan aku dengan mudah. Untuk saat ini saja aku harus sabar, sampai aku bisa mendapatkan seluruh harta milik Rhea dan keluarganya, maka aku harus menjadi menantu laki-laki yang baik dan penurut. Walaupun itu sangat menyebalkan!

"Ya… aku akan rencanakan liburan secepatnya." Kataku sambil berusaha tersenyum. Dia langsung mengangguk senang karena aku langsung mengiyakan begitu saja.

"Aku punya beberapa tempat rekomendasi, Swiss atau Spanyol akan jadi tempat destinasi yang bagus untuk membawa kedekatan pada hubungan kalian. Disana kalian bisa merencanakan masa depan yang lebih baik. Kalian bisa membuat anak disana. Aku rasa Rhea akan suka ke tempat-tempat yang indah. Dia suka menjelajahi setiap tempat dan suka berpetualang. Dia juga …"

"Aku tahu apa saja yang dia sukai. Ayah mertua, terima kasih atas saran darimu." Kataku, yang sudah mematahkan ucapannya. Kenapa dia jadi bersikap sialan sih? Aku tak suka dengan sikapnya saat ini, rasanya mood pagi yang sangat baik jadi hancur karena kata-katanya itu.

"Oh begitu… bagaimana jika aku ikut kalian liburan? Sekalian memantau kedekatan kalian. Aku mau kalian bisa saling mencintai lebih dalam lagi. Itu akan membawa keuntungan bagiku, bagi keluarga besar kita. Aku sudah tak sabar menggendong cucu!" Sekali lagi, sekali lagi ucapannya benar-benar sialan!

Apa yang harus aku katakan padanya saat ini? Menyetujui permintaannya untuk ikut liburan bareng? Ahhh… lelaki sialan ini, semakin didiamkan semakin menjadi-jadi sifatnya!

"Tidak perlu Ayah mertua, aku rasa tak akan nyaman jika anda ikut kami liburan. Maksudku, itu akan terasa aneh dan kaku." Sebisa mungkin aku mau menjauhkan dia dariku dan Rhea, aku tak mungkin bisa bebas jika dia ikut kami liburan. Liburan bersama Rhea berdua saja sudah membuatku tak nyaman, apalagi ayah mertua juga harus ikut? Semakin sesak rasanya liburan tersebut, aku rasa itu bukan jadi liburan. Tapi penjara dengan suasana berbeda!

"Kenapa? Aku tak akan mengganggu kalian, pastikan apapun yang kalian lakukan saat liburan nanti, aku tak akan mengganggu sama sekali. Aku akan jauh-jauh, dan memantau dari tempat yang tak akan kalian lihat. Bagaimana?"

"Dipantau seperti itu membuatku dan Rhea seperti penjahat, ayah mertua. Aku rasa Rhea juga tak akan merasa senang dengan liburan seperti itu. Kami akan merasa terkekang dan tercekik secara tidak langsung. Itu akan mempersulit hubungan kami untuk lebih intim." Kataku dengan suara yang sudah lebih rendah dan berat, aku mau memberitahu padanya bahwa apa yang dia inginkan adalah sebuah kesalahan.

"Apakah kamu punya masalah dengan Rhea? Kenapa rasa-rasanya kamu dan Rhea seperti tidak dekat seperti sebelumnya? Bukankah kalian sangat dekat? Maksudku, kalian saling memahami satu sama lain. Jadi kenapa aku merasa kamu sangat terpaksa berada di dekat Rhea akhir-akhir ini?" Pertanyaan yang menohok itu membuatku hampir tersedak ludah sendiri. Kenapa dia langsung paham pada situasi yang tak menyenangkan antara aku dan Rhea?

"Karena awal pernikahan membuat kami sedikit canggung, aku takut menyakitinya jika terlalu dekat, tapi aku juga takut membuatnya kecewa jika terlalu jauh. Kami berdua sedang ada di tahap menyesuaikan diri dan menjadi pasangan yang saling mencintai tanpa menyakiti atau mengecewakan satu sama lain." Ujarku berbohong.

"Oh begitu, kukira karena ada masalah pribadi antara kamu dan Rhea. Itu bisa direncanakan kembali. Jangan takut untuk hal seperti itu. Aku yakin hubungan kalian akan baik-baik saja." Arthur mulai minum teh hangat di depannya, dia menatap mataku tanpa berpaling sedikitpun. Kenapa rasanya dia seperti tahu bahwa aku sedang berbohong?