Nenek menekan salah satu tombol warna merah pertanda darurat seketika dua bodyguard wanita masuk terbirit-birit dengan wajah yang terlihat panik. Mereka berdua langsung melindungi Nenek dari ancaman yang membahayakannya namun, berbeda dengan Marsha berdiri tepat sebelah Nenek tidak dapat perlindungan ia tercengang melihat aksi dua wanita tersebut.
"Nyonya, kami akan melindungi anda dari bahaya!" seru bodyguard pertama.
"Anda jangan cemas Nyonya karena keadaan sudah aman,'' tambah lagi bodyguard yang kedua.
"Aku baik-baik aja bodoh siapa yang dalam bahaya?" kesal Nenek.
"Apa?" pekik dua bodyguard tersebut.
"Bodoh, aku yang salah tekan dan kalian terlalu berlebihan melindungiku!" dengus Nenek.
''Maaf Nyonya kami hanya melaksanakan tugas,'' lirih bodyguard pertama.
"Pergilah karena kami berdua mau bergoyang di sini mengganggu aja,'' tambah Nenek.
"Baik Nyonya! Kami akan menyalakan musik sesuai dengan selera anda,'' ucap bodyguard itu lagi.
''Cepatlah kau tidak lihat aku sudah ingin bergoyang.'' Marsha ingin tersedak mendengar ucapan Nenek apalagi beliau menggoyangkan pinggulnya.
''Ba-baik Nyonya.'' Kedua bodyguard tersebut langsung pergi menuju ke studio tidak jauh dari ruangan tersebut. Sementara itu, Marsha semakin gugup karena Nenek langsung menyalakan sebuah layar lebar dan di sana terpampang jelas para wanita asing berpakaian atasan dan bawahan kurang bahan.
"Selera penghuni mansion ini aneh,'' jerit Marsha dalam hati.
"Ayo menantu kau bersiaplah sekarang biar nanti malam pinggangmu tidak pegal karena Danish tidak akan segan-segan membuatmu tidak bisa berjalan besok,'' seru Nenek.
''Tapi Nenek semua ini apa tidak bisa dilakukan lain waktu?" tolak Marsha halus. Ia ragu-ragu melakukannya karena melihat layar para wanita itu bergoyang sangat aneh karena di layar banyak macam jenis goyangan mereka peragakan.
''Hanya hari ini kau bergoyang dan tidak esok, lagian kau masih muda harus melakukannya sekarang.'' Marsha hanya bisa telan ludah namun sulit untuk ditelan. Begitu malunya dirinya setiap kali berbicara dengan Nenek selalu mendengar perkataannya yang tidak habisnya selalu membuat wajahnya panas dan memerah.
Marsha akhirnya mau mengganti kostum berwarna merah menyala ala Nenek walaupun tidak merasa nyaman mengenakan karena tubuhnya terlihat berbentuk dan terbuka.
"Pakaian ini belum selesai dijahit namun mereka berani sekali menjual secara bebas,'' rutuk Marsha sambil masuk kembali ke dalam ruangan.
"Kau kenapa lama sekali mengganti pakaian itu? Lihat Nenek sedari tadi sudah bergoyang di sini,'' ucap Nenek sambil menggoyangkan pinggangnya kekiri, kanan, belakang dan depan tanpa ada rasa takut sedikitpun sewaktu-waktu dia bisa mengalami patah tulang karena usianya sudah renta.
"Nenek, jangan terlalu kuat bergoyang Marsha khawatir,'' lirih Marsha.
''Jangan takut karena Nenek sudah belajar dari ahlinya ayo lakukan seperti ini sebentar lagi si Doku datang!" ucap Nenek penuh semangat.
''I-iya Nenek." Marsha untuk pertama kalinya melakukan olahraga ia memilih yoga dengan instruksi dibalik layar ia sangat sulit untuk melakukannya karena masih perdana.
"Lakukan pelan-pelan kau pasti bisa melakukannya! Olahraga yoga cocok untuk wanita sepertimu apalagi kau masih muda bisa melakukan apapun,'' seru Nenek lalu meninggalkan Marsha di sana dan memilih untuk duduk sambil lap keringat membasahi leher keriputnya.
''Nenek, kalau boleh tahu Doku itu siapa?" tanya Marsha sambil berkonsentrasi mendengar instruksi.
''Dia juru make up keluarga Maxwell dari tahun ke tahun. Kau tahu dia adalah ahlinya bisa membuat pasangan betah jika melakukan honeymoon sampai tidak ingat bangun pagi,'' ceplos Nenek sambil tertawa terbahak-bahak.
''Apa?!" pekik Marsha karena kakinya berlipat tidak sesuai dengan instruksi yang diucapkan pelatih. Ia kaget mendengar ucapan Nenek hingga tidak bisa konsentrasi.
''Jangan kaget menantu karena Doku adalah desainer mantan Daddy dan Mami Danish makanya pria karatan itu bisa cepat lahir di dunia ini karena berkat si Doku.'' Marsha tidak pernah habis pikir mendengar setiap kali Nenek jika bicara.
"Semakin ke sini usia tingkah semakin aneh,'' gumam Marsha sambil geleng-geleng kepala.
"Kau seharusnya banyak membaca buku dewasa biar pikiranmu tidak seperti anak kecil lagi menantu,'' tambah Nenek.
''Oh astaga lama-lama aku bisa eror di sini terlalu banyak edukasi horor." Marsha memilih mengalihkan wajahnya yang memerah karena semua ucapan Nenek tanpa filter.
Satu jam Marsha latihan yoga akhirnya selesai setelah salah satu pelayan menghampiri mereka bahwa Doku tiba. Marsha semakin gugup kembali ucapan Nenek terakhir kali membuatnya merinding.
"Mudah-mudahan Doku yang dibicarakan Nenek tidak sesuai yang aku dengar tadi,'' pinta Marsha dalam hati lalu ia ganti pakaian semula yang dikenakannya.
Tepat pukul empat sore begitu banyak para wanita memakai kostum seragam memasuki halaman mansion namun, ada satu yang mencolok diantara mereka yaitu si Doku. Pintu langsung dibuka tanpa ada rasa takut sedikitpun main masuk ke dalam sambil membawa sebuah ransel.
Nenek dan Marsha menoleh ke arah pintu pandangan mereka langsung tertuju kepada Doku yang berjalan dengan langkah yang gemulai.
"Halo ratu,'' sapa Doku dan langsung melakukan cipika-cipiki.
''Kau telat datang king,'' balas Nenek.
"Hanya untuk ratu horor.'' Nenek langsung pukul kepala Doku ke salon mendengar dirinya disebut ratu horor.
"Siapa dia ratu? Doku belum pernah melihat dia di sini?" tanya Doku sambil menyapu Marsha dari atas sampai ke bawah.
"Istri Danish,'' jawab Nenek singkat lalu duduk karena kakinya tidak bisa berdiri lama.
"Kapan Danish menikah?" tanya Doku heran.
"Ceritanya panjang,'' jawab Nenek singkat.
"Kenapa kau pendek sekali?" cecar Doku lagi.
'Hidup lagi,'' balas Nenek. Marsha hanya menyimak obrolan mereka berdua sambil menundukkan kepalanya. Mendengar obrolan Nenek dan Doku membuat kupingnya sakit bukan perasaannya karena ia sudah biasa mendengar omongan seperti ini sebelum mengenal keluarga Maxwell.
"Nama Nona siapa? Tidak mungkin aku sebut dirimu kurus abadi?" tanya Doku lagi sambil membuka ransel yang dia bawa tadi.
"Marsha, Paman,'' jawabnya pelan.
"Jangan sebut aku Paman, Doku aja! Usiaku belum tua masih muda,'' kesal Doku.
"Kau memang sudah tua Doku hanya aja wajahmu tidak asli lagi,'' tawa Nenek. Doku tidak menanggapi ucapan Nenek dan kembali menatap Marsha.
"Namamu cantik tapi kau akan terlihat cantik kalau aku beri polesan make up milikku biar wajahmu semakin muda,'' ucap Doku genit.
''Apa?!" tanya Marsha heran.
"Ratu, sepertinya menantumu kupingnya lagi sakit?" tanya Doku serius.
"Bisa kau rekomendasikan dokter kuping untuknya?" tanya Nenek terlihat santai.
"Ada tapi ratu duluan diperiksa baru menantu.'' Marsha yang tadinya cemberut seketika ingin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Doku yang terdengar humoris.
''Rasakan ini!" Nenek melempar blossom kepala Doku.
''Aduh sakit Nenek kapuk,'' ucap Doku sambil mengusap kepalanya.
"Gelar apalagi yang kau buat itu, Doku?" dengus Nenek.
''Janda lapuk ratu.'' Spontan Doku langsung lari keluar karena tidak mau mendapat pukulan dari Nenek setelah mengatakan itu. Bahkan, Marsha sampai tercengang melihat Doku ternyata bisa lari maraton.
''Doku bukan sembarang Doku,'' gumam Marsha geleng-geleng kepala melihat tingkah Doku yang memiliki kepribadian ganda.