Danish mendekati Marsha dan meraih kopi hitam itu dari tangannya tanpa berpikir panjang dia langsung meminum sampai habis. Marsha sampai telan ludah melihat Danish bisa habiskan semua dalam sekejap tanpa meniup terlebih dahulu.
''Kopi buatanmu tidak buruk,'' ucap Danish lalu meletakkan kelas kosong itu ke atas meja. Marsha senang mendapatkan pujian dari Danish namun perasaannya tidak enak.
''Tu-tuan tapi minuman itu mengandung gula, apa anda tidak apa-apa?" tanya Marsha gugup.
''Tidak masalah,'' jawabnya singkat.
"Tapi kopi hitam itu mengandung empat sendok gula, Tuan?" balas Marsha gugup. Danish diam dan langsung menatap tajam Marsha karena dia tidak bisa minum yang terlalu manis.
Meminumnya kopi hitam empat sendok gula dia tidak pernah bayangkan itu masuk kedalam tubuhnya yang dia jaga selama ini dari segala penyakit dan lain-lain.
''Maaf kopi hitam tadi sebenarnya untuk saya bukan untuk anda Tuan,'' lirih Marsha.
''Tidak masalah,'' balas Danish santai namun tiba-tiba dia merasa aneh pada tubuhnya mulai gerah. Marsha secara tidak sengaja melihat gelagat tubuh Danish menunjukkan respon yang tidak biasanya.
''Tu-tuan tidak apa-apa?" tanya Marsha panik.
''Kau sudah buat perutku tidak enak tunggu aku nanti memberimu pelajaran sekarang katakan di mana kamar mandi!'' sentak Danish.
"Di sana Tuan,'' tunjuk Marsha ke belakang Danish. Danish langsung cepat berbalik karena perutnya semakin lama semakin menyakitkan.
''Kau tunggu di sini jangan kemana-mana karena aku seperti ini hasil perbuatanmu dan bertanggung jawablah!" ucap Danish penuh tekanan.
''Ia Tuan.'' Setelah itu Danish masuk tanpa mengunci kamar mandi dan membiarkan sedikit terbuka. Dalam kamar mandi Danish mulai merasa sedikit lega karena perutnya sedikit longgar.
"Aduh, kenapa perutku tiba-tiba mulas?" kesal Danish lalu pria matang itu langsung menumpahkan ke kesalannya terhadap dinding karena tidak sanggup menahan rasa sakit perutnya yang luar biasa.
Sementara itu di luar kamar mandi Marsha bolak-balik memperhatikan pintu yang terbuka. Rasa cemas mulai membuatnya semakin khawatir Danish sakit karena ulahnya sendiri seduhkan kopi yang manis sekali.
''Astaga, bagaimana bisa aku keteledoran Tuan kan mana bisa minum kopi manis?" gumam Marsha pelan tiba-tiba suara teriakan besar terjadi dalam kamar mandi. Danish berteriak begitu kencang hingga Marsha tergelonjak kaget.
''Marsha, tolong aku!" teriaknya.
"Tu-tuan ada apa?" tanya Marsha panik setelah tiba di dalam kamar mandi.
Danish merasa jengkel melihat ekspresi Marsha yang datar karena rasa kekesalan terhadap istrinya itu besar namun masih bisa dibuat wajahnya baik.
''Kau tadi memasukkan apa dalam kopi itu?" tanya Danish cemas.
"Saya memasukkan gula untuk kopi hitam itu sebanyak empat sendok Tuan tidak ada yang lain.'' Danish sama sekali tidak percaya yang dikatakan istri kecilnya itu dan pria matang itu lebih memilih memijit pelipisnya mendengar jawaban Marsha yang hampir membuatnya sebentar lagi akan tinggal nama jika tidak cepat diobati.
"Kau tidak tahu aku benci manisan tapi kau masih mau membuatnya!" tambah Danish kesal.
Marsha lebih baik memilih diam karena menjawab pun tidak akan ada gunanya karena Danish saat ini kelihatan kesakitan tapi pria matang itu berusaha untuk tidak memperlihatkan kesakitannya.
''Tuan, saya akan panggil dokter untuk anda!" ucap Marsha halus.
''Tidak perlu, kau hanya bawa aku ke kamar dan pijit badanku semuanya!" perintah Danish begitu cepat.
"Baik Tuan.'' Mau tidak mau akhirnya Marsha mengiyakan semua keinginan Danish dan malam itu honeymoon yang direncanakan gagal total dan sama halnya dengan Marsha juga tidak enak ingin menanyakan kebenaran soal pernikahan mereka berdua kenapa Danish mau menikahinya dalam keadaan yang terpuruk saat itu.
Marsha lebih memilih duduk tepat kedua kaki panjang Danish sambil memijit pelan-pelan agar pria matang itu tidak mengamuk terus karena raut wajahnya masih terlihat mengamuk.
"Seharusnya jika dokter dipanggil lebih awal tidak akan seperti ini,'' gumam Marsha dalam hati.
"Kau lebih baik fokus memijit tidak perlu mengumpatiku!" ucap Danish tiba-tiba.
"Maaf Tuan,'' lirih Marsha.
"Aku maafkan tapi sekarang kau pijit lagi badanku sampai benar-benar sembuh!'' ucap Danish terlihat santai.
''Ia Tuan.'' Marsha langsung kembali memijit kedua kaki panjang Danish yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Danish merasa semakin lama semakin nyaman mendapatkan pijit gratis apalagi tenaga Marsha cukup kuat dan mampu membuat peredaran dalam darahnya lancar. Secara perlahan Danish telan telah mulai membuka kedua bola matanya memperhatikan Marsha begitu semangat urut kedua kakinya bahkan, setiap sentuhan jari-jemari mengenai bulu halus pada kakinya mampu membuat gejolak serta ber gelora.
Marsha sedikit pun tidak menyadari perubahan pada tubuh Danish dan terus memijit tanpa ada rasa mengeluh sedikit pun karena tidak ada penolakan terhadap dirinya Danish pelan-pelan mulai membuka kedua bola matanya namun tiba-tiba pandangan mereka berdua saling bertemu otomatis Marsha lebih baik memiliki menunduk karena merasa malu jika diperhatikan.
''Kenapa berhenti?" tanya Danish langsung duduk.
''Tuan kedua kaki anda sudah selesai diurut kini tinggal badan,'' balas Marsha pelan.
''Oh, kau lakukan cepat jangan sampai membuat kesalahan!'' tambah Danish penuh penekanan.
''Baik Tuan.'' Danish tersenyum bahagia melihat Marsha wanita yang begitu penurut mau mematuhi semua apa yang telah diucapkan ya.
Malam honeymoon yang seharusnya mereka lakukan hari ini tidak jadi namun bagi Danish tanpa melakukan apapun tapi dia bisa membuat Marsha melakukan tugasnya. Setiap sentuhan yang diberikan Marsha seketika membuat seluruh anggota tubuh kekar Danish bergetar hebat.
''Marsha?" panggil Danish pelan.
''Ia Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Marsha gugup apalagi tangan Danish mulai menyentuh tangannya yang masih memijit pundaknya.
''Lakukan terus!" ucap Danish tanpa sadar.
"Baik Tuan.'' Marsha sama sekali tidak mengerti apa yang telah diucapkan Danish barusan namun ia tahu betul arti sentuhan yang baru aja diberikan itu adalah sebuah kode untuk mereka berdua.
Danish merasa Marsha kembali menolak setiap sentuhan yang dia berikan tidak tahu kenapa wanita seperti Marsha tidak tertarik dengan pria seperti dirinya.
"Apa Marsha tidak tertarik denganku?" tanya Danish pada dirinya sendiri.
Beda dengan Marsha lebih banyak diam karena tidak mau setiap kesalahan yang telah ia lakukan akan berdampak dengan dirinya walaupun tidak bersalah.
"Tanganku sebenarnya sudah pegal namun tidak mungkin aku mengatakannya kepada Tuan Danish,'' batin Marsha dalam hati.
Lama mereka berdua dalam posisi seperti itu tidak ada yang obrolan sampai dini hari. Marsha mulai merasakan kantuk karena lelah mulai menyerang kedua bola matanya yang masih terjaga sementara itu Danish sudah terlelap tidur.
"Aku lebih baik beristirahat,'' ucapnya pelan lalu pelan-pelan mulai turun dari tempat tidur dan memilih istirahatkan tubuhnya di sofa panjang.
Pergerakan Marsha ternyata dirasakan Danish, pria matang itu membiarkan dirinya tidur di sana tahu Marsha pasti belum terbiasa tidur bersama.
"Tapi esok kau tidak akan bisa lepas lagi Marsha tunggu aja kau akan takluk kepadaku!" ucap Danish penuh seringai sambil memindai tubuh Marsha dari atas sampai ke bawah.