Leyna membuka pintu kamar kosnya perlahan sambil mengucapkan salam, seperti biasanya sebelum masuk lebih dalam ke kamarnya. Leyna terlebih dahulu membuka sepatu yang dikenakan, lalu meletakkannya di rak sepatu yang terbuat dari plastik di balik pintu.
Siang hari ini wajah cantik Leyna yang mungil, terlihat masam tidak dihiasi senyuman indah seperti biasanya. Tanpa membuka pakaian terlebih dahulu, dihempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur yang beralas sprei berwarna ungu merupakan warna favoritnya Leyna.
Leyna memejamkan matanya sesaat, dihembuskan nafas perlahan untuk menghilangkan rasa sesak yang menyelimuti dadanya.
Pintu kamar mandi yang berhubungan dengan kamarnya nampak terbuka perlahan, lalu muncullah wajah manis Hanna yang merupakan teman satu kosnya yang nampaknya baru saja selesai mandi, dan bersiap untuk berangkat kerja seperti biasanya.
"Kau kenapa Leyna? Sudah beberapa hari ini, aku perhatikan kau terlihat kusut. Tidak seperti Leyna yang aku kenal?" tanya Hanna sambil tersenyum lebar, lalu duduk di depan meja hias. Kemudian Hanna mulai menghias wajahnya, dengan beraneka alat kosmetik yang lengkap.
"Beberapa hari yang lalu, aku mendapat telefon dari Ibuku di kampung Hanna. Beliau mengabarkan bahwa sudah saatnya adikku kontrol kembali ke rumah sakit, dan itu berarti beliau minta dikirimkan uang, untuk biaya pengobatan," jawab Leyna mulai bercerita.
"Lalu, kau tidak memiliki uang tersebut?" tanya Hanna tanpa mengalihkan pandangan, dari kaca mungil yang dipegangnya.
"Yaa begitulah Hanna," jawab Leyna perlahan, sambil menatap sendu ke arah Hanna.
"Kemudian ... kau ingin meminjam uang lagi kepadaku Leyna?" tanya Hanna sambil menoleh ke arah Leyna dan tersenyum.
Hanna memang seorang sahabat yang sangat baik sekali, entah sudah berapa kali Leyna selalu merepotkan Hanna dengan meminjam uang kepadanya. Yang akan diganti oleh Leyna pada saat dia gajian.
Sudah menjadi kebiasaan Leyna semenjak dia tinggal di Jakarta ini, Leyna selalu kekurangan uang. Karena gajinya sebagai seorang guru honorer, di sebuah sekolah swasta yang tidak seberapa.
Sebenarnya jangankan untuk mengirimkan uang untuk Ibunya di kampung, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja dia masih kurang. Oleh karena itu seringkali Leyna setiap bulan, selalu gali lobang tutup lobang untuk setiap pengeluarannya.
Untung saja ada Hanna sahabatnya yang merupakan teman sekolah juga seperjuangannya, semenjak mereka sekolah di SMA. Yang selalu memiliki uang lebih, untuk meminjamkannya.
Jika tidak, Leyna tidak tahu lagi kepada siapa dia akan meminta bantuan.
"Ya begitulah Hanna, itu pun jika kau ada uang simpanan. Jika tidak ...."
"Jika tidak apa Leyna? Maaf Leyna, bukannya aku tidak mau membantumu. Tapi aku rasa, kau tidak bisa seperti ini terus. Kau selalu hidup serba kekurangan, sebenarnya ... aku ada ide Leyna!" ujar Hanna sambil menatap lekat wajah Leyna.
"Ide apa Hanna?" tanya Leyna nampak sangat tertarik, dengan ucapan Hanna tersebut.
"Saat ini di tempat aku bekerja, sedang membutuhkan dua orang karyawan Leyna. Apakah kau mau untuk bekerja di sana? Kau bisa mengambil shift malamnya saja nanti?" tanya Hanna menawarkan sambil menatap lekat wajah Leyna.
Mendengar tawaran Hanna tersebut, seketika tenggorokan Leyna terasa tercekat. Karena Leyna tahu persis, apa pekerjaan sahabatnya ini. Hanna bekerja di sebuah tempat karokean, sebuah tempat yang di pandang buruk oleh banyak orang.
Karena identik dengan sesuatu yang mencerminkan hal yang buruk, sebuah pekerjaan untuk wanita nakal sebagai penghibur.
"Apakah kau malu, bekerja sebagai seorang yang menemani tamu, di tempat karokean Leyna? Sebenarnya, tidak semua perempuan yang bekerja di tempat itu buruk. Jika kita bisa menjaga diri, dan menolak ajakan yang tidak baik. Kita tidak akan kecebur di dunia hitam, itu tergantung keputusan kita sendiri Leyna. Lagi pula, hasil seminggu yang diperoleh dari pekerjaan ini. Tiga kali lipat dari gaji guru, yang kau hasilkan dalam sebulan!" ujar Hanna menyampaikan pendapatnya.
"Tapi, bagaimana jika rekan kerja dan murid-muridku, mengetahui aku bekerja di tempat Karokean itu Hanna? Bisa habis nama baikku?" ucap Leyna dengan nada suara pelan dan terdengar sangat tercekat sekali.
"Mudah saja Leyna, jadikan itu sebuah rahasia. Jangan sampai siapa pun mengetahuinya, kau lihat kan aku saat ini? Aku bisa mengirimkan uang dengan lancar ke Ibuku di kampung, juga bisa membiayai kuliahku di kelas karyawan selama ini. Karena aku bekerja di tempat tersebut Leyna. Sebaiknya kau pertimbangkan baik-baik apa yang kita bicarakan ini, tetapi sebaiknya jangan terlalu lama. Karena lowongan pekerjaan ini, bisa secepatnya diisi oleh orang lain," kata Hanna mengingatkan.
Mendengar perkataan Hanna tersebut, Leyna menghela nafas perlahan. Lalu dia kembali bersandar ke tembok tempat tidurnya.
"Ini, aku ada sisa uang lima ratus ribu rupiah. Sementara ini dapat kau gunakan Leyna, dan jika kau menginginkan pekerjaan tersebut. Nanti kau datanglah ke tempat aku bekerja, dengan berdandan cantik dan sedikit lebih tebal. Agar kau nampak lebih segar dan cantik, aku pamit berangkat kerja dulu ya Leyna!" pamit Hanna sambil tersenyum tipis, lalu menyambar tas mungil yang berada di atas tempat tidurnya. Kemudian Hanna segera berjalan keluar kamar.
Sepeninggalan Hanna, Leyna kembali berfikir, mengenai apa yang baru saja dia bicarakan dengan sahabatnya itu. Memang benar apa yang Hanna katakan, dia tidak bisa seperti ini terus.
Setiap bulan selalu meminjam uang, kemudian setelah gajian langsung habis tanpa sisa. Memang miris sekali sebuah kenyataan yang harus dihadapi Leyna saat ini, seorang guru yang berijazah Sarjana seperti dirinya,
Hanya mendapatkan gaji yang sangat kecil sekali, bahkan jika dibandingkan dengan gaji PPSU atau bahkan dengan pembantu rumah tangga, yang bekerja mencuci di beberapa rumah. Lebih besar gaji mereka dibandingkan dirinya, huff! Sebuah realita kehidupan yang sangat tidak masuk akal, dan tidak pantas rasanya.
Tiba-tiba saja terdengar suara pesan whatsapp masuk ke handphonenya, Leyna segera membaca pesan tersebut. Ternyata berasal dari Ibunya tercinta. Yang mengabarkan, bahwa saat ini adiknya Gendis.
Sedang masuk ruang UGD, dalam keadaan pingsan. Pada saat baru pulang dari bekerja di pabrik pembuatan souvenir, tempat Gendis bekerja paruh waktu pada saat selesai pulang sekolah.
Setelah membaca pesan tersebut, Leyna langsung saja bangun dari tempat tidurnya. Kemudian bergegas meraih handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi, untuk segera bersiap berdandan secantik mungkin. Untuk menyusul Hanna ke tempatnya bekerja saat ini!
Leyna harus mendapatkan pekerjaan tersebut, dia harus dapat bekerja di tempat Hanna. Agar dapat memperoleh uang yang cukup, untuk memenuhi semua kebutuhan keluarganya.
Setelah selesai mandi, Leyna segera berdandan mengenakan kaos kerah berwana merah muda dengan lengan pendek, lalu memakai celana panjang jeans.
Kemudian berhias secantik mungkin dengan make up yang lengkap, rambut hitam panjangnya yang lebat dibiarkannya terurai begitu saja. Setelah itu Leyna segera meraih tas mungil miliknya, lalu bergegas keluar kamar kosannya sambil berdoa.
"Jangan sampai pekerjaan di tempat karokean tersebut, sudah diisi oleh orang lain!" harap Leyna di dalam hatinya.