"Bagaimana bisa kamu menyuruhku untuk tetap tenang setelah aku mengetahui apa yang terjadi! Oh my Good sungguh aku benar-benar sudah gila!"
"Ndis dia itu laki-laki beristri, dia juga gak mungkin berfikir kamu sengaja melakukan itu karena dia tahu bahwa kamu memang sedang dalam keadaan setengah sadar."
"Ya, semoga saja apa yang kamu ucapkan itu benar Sha! Jadi aku tidak perlu bersusah payah untuk menjelaskan padanya, agar dia tidak salah paham tentang itu."
"Mama…" Nehan yang tiba di ruang dengan sigap berlari seolah sangat merindukan mamanya.
"Ihhh… ganteng banget anak mama."
"Boleh tidak aku naik ke ranjang Ma? Aku sangat kangen ingin memelukmu." Mata lebarnya berbinar memohon untuk dikabulkan keinginannya.
"Baiklah, sini tante gendong untuk Nehan bisa memeluk mama."
"Terimakasih tante."
"Sama-sama sayang."
"Gimana kondisi kamu sayang?" Bhanuwati membelai kening putrinya sembari tersenyum karena melihat kondisinya yang sudah jauh lebih baik dari pada sebelumnya.
"Aku sudah merasa lebih baik dan aku ingin pulang kerumah saja hari ini."
"Sabar dong… kamu kan dengar sendiri tadi dokter bilang apa!" Gendis melirik tajam karena Ayesha yang mencela pembicaraannya.
"iya ma… Dokter bilang tunggu hasil tes darahnya keluar agar mengetahui lebih jelasnya apa yang terjadi pada tubuh Gendis ma."
Ayesha berusaha menjelaskan kepada ibunya itu agar dia tidak merasa Khawatir.
"Kalau dokter sudah berkata demikian kamu harus mematuhinya. Agar mereka bisa memberikan pelayanan terbaik untuk kamu."
"Betul itu ma, aku setuju." Ayesha begitu bersemangat menyahut ucapan Bhanuwati.
"Is… benar-benar kamu ya Sha, bukannya bantuin ngomong ke mama agar aku pulang hari ini." Ucapnya dalam hati dengan kesal.
"Ma.. kamu sudah merasa lebih sehat kan?" terlihat Nehan begitu mengkhawatirkan Gendis.
"Sudah sayang… disini banyak dokter yang akan merawatku dengan baik, jadi kamu jangan khawatir ya."
Nehan langsung menangis mendengar perkataannya." Loh… kenapa kamu menangis? Mama sudah lebih sehat dari kemarin sayang."
"Aku takut mama akan pergi meninggalkanku sendirian," sembari menyeka air matanya dia memeluk ibunya. "Ma kamu harus sehat, aku tidak ingin kamu seperti papa yang pergi meninggalkanku!"
Sontak saja ucapan anak kecil ini membuat suasana ruangan itu menjadi sangat haru. Tidak terasa air matapun membasahi ketiga orang dewasa yang mendengar ucapannya.
"Ya ampun ternyata anakku begitu merasakan trauma yang mendalam, aku pikir selama ini dia sudah baik-baik saja. Namun pada kenyataannya dia masih menyimpan luka yang besar." Ucapnya dalam hati sembari menangis dan memeluk putranya itu.
"Nehan sayang, mama tidak akan meninggalkanmu. Mama janji mulai sekarang mama akan menjadi lebih sehat dari sebelumnya."
"Jadi, kamu jangan bersedih lagi ya."
Nehan pun hanya menganggukan kepalanya. Dia masih memeluk erat tubuh ibunya yang sangat disayanginya itu.
"Oya. Ma mana paman Rayyan? Aku ingin mengucapkan terimakasih padanya."
"Kenapa hanya paman Rayyan? Paman Manggala juga dong sayang." Ayesha yang berusaha mencairkan suasana agar Nehan sedikit melupakan ketakutannya itu.
"Aku melihat paman Rayyan menggendong mama untuk dibawa kerumah sakit, Jadi aku ingin berterimakasih padanya."
"Ma… aku janji mulai sekarang akan makan lebih banyak sayur dan juga minum vitamin yang mama berikan, agar aku bisa tumbuh dengan cepat dan menjadi lebih tinggi."
"Aku ingin menggendongmu ketika kamu sakit lagi ma… aku benar-benar merasa takut sekali. Jika paman Rayyan tidak ada tadi malam mungkin kamu akan terus merasakan sakit sampai sekarang."
"Ya ampun anakku mengapa dia bisa mempunyai pemikiran sedewasa ini? Begitu besarkah trauma yang telah kamu rasakan sayang? Sehingga itu membuatmu berpikir lebih dewasa dari pada usiamu!" benak Gendis penuh Tanya.
"Ma… kamu harus benar-benar berjanji padaku untuk selalu sehat dan mendampingiku terus." Mata indahnya yang sudah di banjiri air mata menatap sendu kearah Gendis.
"Iya sayang, mama berjanji padamu mulai sekarang tidak akan membuatmu khawatir lagi ya."
"Cucuku tersayang." Bhanuwati membelai kepalanya dengan penuh kasih sayang.
"Oya, Arka tidak ikut? Aku tidak melihatnya dari tadi."
Gendis mencoba mengalihkan perhatian Nehan. Dia tidak ingin putranya larut dalam kesedihan, semakin Nehan bersedih maka dirinya juga akan semakin memliki rasa bersalah yang besar padanya.
"Dia tidak berani kerumah sakit karena banyak jarum suntiknya ma." Sahut Nehan dengan lugunya.
Semua orang yang berada diruangan itupun seketika tertawa manis mendengarnya.
Bhanuwati dan Ayesha yang saling memandang satu sama lain seolah mata mereka saling berbicara. Gendis yang dari tadi memperhatikan mereka mulai mencurigai gerak-gerik mereka.
"Apa yang sedang kalian sembunyikan dariku?" terdengar suaranya sedikit ketus.
"Enggak, kami tidak ada menutupi apapun darimu. Hanya saja mama tidak tahu harus memulai pembicaraan ini dari mana!"
Mendengar ucapan Bhanuwati hatinya gelisah dia berpikir ibunya itu akan menanyakan tentang laki-laki itu.
"Apa mungkin mama ingin bertanya tentang Rayyan!"
"Begini sayang," Bhanuwati duduk mendekati Gendis.
"Mama melihat Nehan dan Arka sangat dekat dan mereka saling melengkapi satu sama lain."
"Jadi mama ingin mengajak Arka ke Surabaya untuk ikut bersama dengan kita."
"Huuuf." Gendis melepaskan napas leganya.
"Syukurlah bukan seperti yang aku pikirkan." Ucapnya dalam hati, namun dia tidak menyimak apa yang dibicarakan oleh Bhanuwati.
"Bagaimana menurut kamu?"
"Ndis…"
"Ndis…"
"Hey…" Ayesha dengan kesal memepuk pelan pundaknya.
"Eh kamu kenapa sih sakit tau…" jawabnya enteng
"Kamu yang kenapa? Dari tadi mama ngomong tapi kamu tidak mendengarkan."
"Memangnya apa yang sedang kamu pikirkan?" Suara Ayesha sedikit keras karena rasa kesalnya pada Gendis.
"Emm… emm… Aku tidak sedang memikirkan apapun kok."
"Maaf Ma, apa kamu bisa mengulanginya lagi? Tadi aku mungkin sedang tidak focus." Dengan menatap manja kepada Bhanuwati dia memohon.
"Oma bilang ingin membawa Arka ikut bersama kita ma ke Surabaya." Nehan yang ada di pangkuannya mencoba mengulangi ucapan Omanya.
"Iya Ndis biar Nehan punya temennya. Aku juga jadi makin seru saat main kerumah kamu nanti sudah ada dua bocah ganteng dirumah." Ayesha membujuk nya.
"Aku belum memberikan jawaban kamu malah udah ngeles Sha." Gendis yang sedari tadi memang sangat kesal pada Ayesha seolah apa yang dia ucapakannya akan terdengar salah di telinga Gendis.
"Baik… Baik! Aku akan diam sekarang! Ayesha menekuk wajahnya yang cantik.
"Ma… Arka punya keluarga dan kita tidak mungkin memisahkan mereka. Kita sayang dengan dia tapi, dia pasti lebih baik tumbuh bersama orang tuanya."
"Iya! Mama tahu dan semua itu sudah dipikirkan."
"Lalu apa solusi mama?"
"Menurut mama kita akan ajak Mbak Sih dan suaminya untuk ikut bersama, Mbak Sih bisa membantu Mbok Mi disana dan suaminya bisa membantu kita untuk mengurus taman dirumah."
Gendis melihat keinginan tulus yang terpancar dari wajah Bhanuwati serta Nehan. Ketulusan itu membuat dia tidak dapat menolak keinginan itu.
"Baiklah, sepulang dari sini kita akan coba membicarakannya kepada Mbak Sih. Semoga saja dia tidak keberatan dengan keinginan kita."
"Makasi mama…" ucap Nehan dengan sangat bahagia.
Dia sungguh merasa senang jika Arka ikut bersamanya ke Surabaya. Arka akan menjadi teman sekaligus saudaranya itu yang membuatnya sangat bahagia.