Chereads / Gejolak Cinta Wanita Simpanan / Chapter 22 - Egonya Aretha

Chapter 22 - Egonya Aretha

"Sebaiknya kamu mencoba untuk berteman dengan teman-teman isterimu Yan, mungkin saja mereka tidak seperti penilaianmu selama ini" Manggala mencoba memberi saran kepada Rayyan.

"Ntahlah aku sudah pernah mencobanya, akan tetapi Aretha selalu asyik sendiri saat bersama teman-temannya sampai dia lupa kalau aku juga ada distu."

Rayyan hanya bisa menghela nafas dalam jika mengingat tingkah polah isterinya. Benar dia sangat mencintai Aretha, akan tetapi sikap sombong dan ego yang tinggi membuat Aretha tidak mampu untuk menghargai suaminya.

"Ah… sudahlah kita jangan membahas isteriku, kamu juga sudah tahu bagaimana dia sebenarnya." Manggala hanya tersenyum tipis. "Meeting online mu sudah selesai Gal?" lanjut Rayyan.

"Sudah."

"Kalau begitu kita cari udara segar diluar agar pikiran dan hati lebih jernih."

"Ok… sepertinya itu ide yang sangat bagus."

Mereka berdua meninggalkan kamar tamu menuju taman yang ada di halaman depan rumah.

"Eh om Rayyan," langkah mereka terhenti karena mendengar suara Nehan yang menyapa dari arah berlawanan.

"Hai anak ganteng…" sahutnya sembari tersenyum.

"Om kita main di taman belakang yuk.."

"Memangnya di taman belakang kita bisa main apa?" Tanya Manggala yang sengaja menggoda Nehan.

"Arka punya bola kaki jadi kita bisa main bersama om."

"Emm… baiklah ayo kita ketaman belakang." Ucap Rayyan sembari menggendong Nehan dan melangkah menuju taman belakang dengan dipandu oleh anak laki-laki itu.

Bhanuwati yang sedang duduk santai di saung yang berada di taman belakang terkejut melihat Nehan yang ada di gendongan Rayyan. "Loh… Nehan kenapa kamu mengganggu om Rayyan dan om Manggala? Mereka sedang istirahat loh.."

"Tidak masalah tante, tadinya kami ingin duduk di halaman depan mencari udara segar. Lalu nehan yang melihat kami langsung mengajak kami kesini." Manggala berusaha untuk mennnjelaskan kepada Bhanuwati.

"Ooo… tante pikir Nehan sengaja mengganggu kalian yang sedang istirahat."

"Ini siapa tante?" Rayyan yang bingung melihat ada seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki, karena yang dia tahu Nehan adalah cucu satu-satunya Bhanuwati.

"Perkenalkan ini Arka anaknya Mbak Sunarsih, dia dan Nehan baru pertama kali bertemu saat kami datang kemari. Tetapi sekarang dia sudah menjadi anggota keluarga kami yang baru."

"Hai Arka…" sapa Manggala dan Rayyan yang memang keduanya menyukai anak-anak. Sehingga mereka dengan mudahnya untuk cepat akrab dengan kedua anak kecil ini.

"Arka mana bola kakinya? Aku udah mengajak om Rayyan dan om Gala untuk main bersama biar lebih seru."

"Bolanya ada dikamar aku, sebentar aku pergi mengambilnya dulu."

Arka berlari menuju kamarnya untuk mengamobil bola. "Hati-hati awas jatuh." Ucap Rayyan yang melihat Arka begitu semangat saat lari.

Bhanuwati dan Manggala tertawa melihat cara lari Arka yang lucu disusul Rayyan yang juga tidak ketinggalan tertawa melihat tingkah lucu Arka.

"Memang anak-anak adalah obat stress yang paling manjur ya tante." Ucap Manggala pelan.

Bhanuwati yang mendengar ucapan Manggala tersirat harapan yang belum terpenuhi. " Sabar… mungkin gusti Allah sedang menyiapkan sesuatu yang indah."

Kedua pria itu tersenyum manis mendengar ucapan omanya Nehan. "Kalau kamu sudah umur berapa anaknya?" tanya Bhanuwati kepada Rayyan.

"Dia sama seperti saya tante." Manggala langsung memberikan jawaban sebelum Rayyan.

"Oh… maafkan saya ya nak. Saya tidak bermaksud untuk menyinggung mu."

"Tidak masalah tante, saya tidak merasa tersinggung." Jawab Rayyan sembari memebrikan senyum terbaiknya kepada Bhanuwati.

"Nehan ayo… ini bolanya sudah ada." Teriak Arka.

"Iya aku kesana, ayok om…" Nehan menarik tangan Manggala dan Rayyan agar berlari bersamanya.

Bhanuwati tertawa riang melihat kegirangan cucu-cucunya. Bermain bersama, tertawa bersama terlihat keakraban yang terjalin antara Rayyan dan Nehan bukanlah rekayasa.

Tidak luput dari perhatian Bhanuwati sikap Rayyan kepada Nehan seperti sikap seorang ayah kepada anaknya.

"Rayyan kamu pria yang baik dan juga penyayang. Sayang sekali kamu sudah memiliki isteri, sehingga kesempatan ku untuk menjadikan kamu menantu sirna." Batinnya.

"Wahh… Putri salju sudah mandi dan cantik. Kenapa kamu tidak membangunkan ku?"ucap Ayesha yang baru terbangun dari tidur siangnya.

"Mana mungkin aku bisa membangunkan puteri tidur." Ledek Gendis.

"Kamu keluar tunggu aku bersiap ya… sekarang aku mandi dulu." Ayesha langsung turun dari kasur dan berlari kecil menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"emmm." Jawab Gendis yang tengah duduk di depan meja riasnya sembari menegringkan rambutnya yang basah.

"Cepat donk Sha…"

Sementara itu di halaman belakang terjadi pertempuran sengit antara tim Nehan dan Rayyan dengan tim Manggala dan Arka.

Rayyan dan Manggala beringkah seperti anak-anak sehingga membuat suasana mennjadi lebih menarik.

Setelah Ayesha menyelesaikan dandanan nya yang membuat Gendis menunggu lumayan lama dan membuatnya sedikit kesal. Mereka berjalan kearah dapur untuk menuju halaman belakang.

Terlihat Mbak sih sedang menyiapkan minuman segar untuk anak-anak. " Mbak buat minuman dingin ya? Aku mau donk." Rengek Gendis.

"Gak boleh, kamu baru juga pulang dari rumah sakit udah tidak tahan selera!" terdengar suara Ayesha sedikit memekik karena kesal mendengar permintaan Gendis.

"Iya Non! Nanti kalau sudah sehat Mbak Sih buatkan minuman dingin yang special buat Non Gendis. Nah, untuk hari ini mbak Sih sudah buatkan jus buah yang enak untuk Non."

"Baiklah…" sahutnya lemas.

"Sepertinya diluar sedang berisik sekali, memangnya Nehan dan Arka lagi main apa mbak?"

"Mereka sedang bermain bola kaki non, bersama Den Manggala dan Den Rayyan."

"Wahhh pasti seru banget itu mbak, aku akan langsung kesana untuk melihat pertandingan suamiku." Ucap Ayesha sembari berjalan.

Gendis berjalan dengan langkah yang pelan, dia ragu apakah dia akan bergabung dengan mereka. Dia takut tidak bisa menutupi jika dia salah tingkah di depan Rayyan.

"Duhh… gimana ini! Jika aku tidak kesana Ayesha akan berpikir aku memiliki perasaan khusus kepada Rayyan, tapi..."

"Ndis ayo… kenapa langkahmu menjadi berat? Jangan seperti anak kecil yang marah jika tidak dituruti apa maumu." Ucap Ayesha.

"Iya, aku tidak marah."

Gendis menarik napas panjang dan meringankan langkahnya untuk menuju halaman belakang.

Namun saat melalui Rayyan dan Nehan yang tengah bermain bola dia berusaha untuk tidak melihat mereka.

"Ma… Ma…"

Gendis mendengar Nehan memanggilnya, namun dia tetap berusaha untuk tidak menoleh kearahnya karena dia sedang berada disamping Rayyan.

"Ndis itu Nehan dari tadi memanggil kamu, tapi kamu malah tidak menoleh kearahnya!" ucap Ayesha.

"Emmm Aku sedikit pusing Sha, jadi aku akan duduk dulu di saung dan setelah itu aku akan menyapa Nehan."

Gendis mencoba memberikan alasan yang tepat kepada Ayesha, namun begitu Ayesha merasa ada yang aneh dari tingkah sahabatnya itu.

"Hei kalian berdua dari mana saja? Kenapa baru kelihatan sekarang?" tanya Bhanuwati.

"Tadi kami istirahat ma, Nikmat banget rasanya tidur dikasur yang empuk." Ucap Ayesha sembari memberikan lirikan meledek ke ara Gendis.

"Baru semalam tidur di shofa udah mengeluh kamu." Jawab Gendis sembari menekuk wajah cantiknya.

"Sudalah jangan rebut terus seperti anak kecil saja kalian ini."