Larut dalam obrolan panjang Bhanuwati dan Ayesha tidak menyadari bahwa hari sudah mulai gelap, Mbak Sunarsih sedang menyiapkan hidangan makan malam untuk dinikmati bersama.
"Oma, aku dari tadi mencari mama tapi tidak ketemu" ucap Nehan yang terlihat gelisah karena tidak melihat mamanya dari sore hari.
"Tadi mama bilang dia ingin istirahat karena sedang kurang sehat sayang," Sahut Ayesha.
"Yuk tante bawa kamu ke kamar mama," ajak nya.
Jemari lentik Ayesha meraih tangan mungil itu berjalan bersama menuju kamar tidur mamanya.
Tok…, tok…, tok…
Terdengar suara pintu kamar di ketuk namun tidak ada sahutan dari sang pemilik kamar. Kamar itu terdengar senyap seolah tiada peghuninya.
"Ndis…, kamu di dalam kan?" ucap wanita cantik berkulit putih itu.
"Ma…, Ma…," terdengar suara Nehan berusaha memanggil Gendis.
"Mungkin mama masih tidur, kita masuk pelan-pelan saja ya, jangan sampai membuat mama kaget," ucap Ayesha.
Bocah kecil itu menganggukkan kepalanya seolah paham atas apa yang diucapkan tantenya. Ayesha memegang enggel pintu kamar dan membukanya, melihat ke arah kasur yang beralaskan sprei mewah bewarna hijau mint yang lembut.
"Ya ampun Ndis," ucap Ayesha yang terkejut melihat Gendis meringkuk didalam selimutnya seperti menahan sakit yang sangat hebat,.
Sontak saja Ayesha mendekati dan menempelkan punggung tangannya ke kening Gendis untuk memastikan suhu tubuhnya saat ini.
"Oh my good, panas kamu tinggi sekali,"
Ayesha yang panik langsung memanggil Bhanuwati agar mereka bisa membawanya ke rumah sakit terdekat, Nehan yang tidak mengerti atas apa yang sedang terjadi hanya menangis melihat mamanya lemas tidak berdaya.
"Ma…, kita harus membawa Gendis ke rumah sakit sekarang,"
Bhanuwati yang sedang duduk diruang makan terkejut mendengar teriakan Ayesha. Dia langsung berlari kecil untuk melihat kondisi putrinya.
"Gendis kenapa,?" tanyanya.
"Saya akan menyuruh supir untuk menyiapkan mobil Nya," ucap Mbak Sih yang juga mengikuti Bhanuwati ke kamar Gendis.
Saat dia berlari membuka pintu depan untuk pergi memeanggil supir yang memang tidak menginap di rumah itu. Ternyata di saat bersamaan ada dua orang pria tampan yang baru turun dari taksi dengan membawa koper.
"Mas boleh taksinya suruh tunggu sebentar, kami ingin membawa Nona ke rumah sakit terdekat," ucap Mbak Sih.
"Siapa yang sakit mbak?" Tanya Manggala dengan mata melebar karena terkejut.
Mereka tiba lebih awal dari seharusnya, karena Manggala ingin memberikan surprise kepada istrinya itu. Namun, siapa sangka malah mereka yang mendapatkan kejutan.
"Non Gendis Mas," sahut Mbak Sih.
Sontak saja mendengar ucapan itu Manggala dan Rayyan langsung berlari masuk untuk melihat kondisi Gendis. Mereka lupa bahwasannya merekapun tidak tahu dimana kamar tidurnya.
"Mas…, Sebelah sini," terdengar teriakan Mbak Sih memberikan arah kamar tidur Gendis.
Dengan sigap Rayyan menggendong Gendis yang sudah terlihat lemah tanpa melihat dan menyapa siapa yang ada disana.
Ayesha dan Manggala mengiringi Rayyan untuk membawa Gendis ke rumah sakit dengan Taxi yang ada di depan.
"Ma, kamu dirumah saja bersama Nehan, biar aku yang mengurus Gendis di rumah sakit" ucap Ayesha.
"Mama tenangi dulu Nehan dirumah ya, kami pergi dulu ya ma," lanjutnya dengan terburu-buru.
"Jangan lupa kabari mama," ucap Bhanuwati sebelum mobil beranjak pergi.
"Mbak itu barang-barang siapa?" Tanya Bhanuwati ketika melihat beberapa koper terletak di halaman rumahnya.
"Itu milik Mas-mas tadi Nyonya,"
"Oh, tolong kamu rapikan bawa ke kamar tamu ya mbak,"
"Baik Nya"
"Sejak kapan dia panas tinggi begini," ucap Rayyan dengan panic yang sangat ketara dari sorot matanya.
"seingatku dia tadi hanya batuk biasa, dia bilang hanya ingin istirahat dikamar, tapi saat aku dan Nehan ke kamar tubuhnya sudah panas tinggi" ucap Ayesha berusaha menjelaskan kejadiannya sembari menangis.
"Pa…, pa…,"
Terdengar sayup-sayup suara Gendis soalah mengucapkan sesuatu.
"Apa? Kamu barusan bilang apa?" Tanya Rayyan sembari mendekatkan telinganya ke bibir Gendis.
Namun Gendis yang setengah berbaring di pangkuan Rayyan tanpa sadar memeluk erat leher pria itu dan menangis. pelukan itu membuat jantung Rayyan berdetak sangat cepat seperti kereta api yang tengah melaju kencang.
Karena suhu tubuh yang sangat tinggi membuat setengah kesadarannya menghilang, sehingga apa yang dilakukannya tidak terkontrol olehnya.
***
Setibanya dirumah sakit Gendis langsung ditangani oleh dokter, Manggala mencoba menenangkan istrinya yang tampak sangat gelisah di depan ruang kamar pasien.
"Jika panasnya tidak turun juga, bagaimana kalau malam ini juga kita bawa ke Surabaya." Ucap Rayyan yang sedari tadi sangat panik melihat wajah Gendis yang sangat pucat.
Manggala dan Ayesha juga setuju atas pendapat Rayyan, mereka ingin sahabatnya di tangani oleh dokter yang terbaik.
"Bagaimana keadaannya Dok," Tanya Rayyan yang melihat doctor keluar dari kamar pasien.
"Keluarga pasien yang mana?" Tanya Doktor.
"Saya Dok," ucap Ayesha sembari mengusap matanyanya yang basah dengan tisu yang ada di tangannya.
Rayyan yang tersentak atas pertanyaan Doktor melangkah mundur dan berdiri di belakang Manggala.
"Mengapa aku begitu panic sampai aku lupa bahwa aku bukanlah kerabatnya," batinnya.
"Begini Bu, Pasien saat ini hanya deman biasa saja," ucap Doktor
"Namun kalau bisa saat ini hindari dulu dari hal-hal yang membuatnya stress," lanjutnya
"Baik Dok, terimaksih banyak Dok," sahut Ayesha.
"Sama-sama Bu, saya akan kembali keruangan dulu," ucap Doktor.
Huff, huff…!
Ayesha bernapas lega mendengar perkataan Dokter, dia langsung memberi kabar kepada Bhanuwati tentang kondisi Gendis saat ini.
"Mama akan kesana sekarang juga," ucap Bhanuwati saat Ayesha menelpon nya.
"Tidak Ma, disini sudah ada aku, Manggala dan juga Rayyan. Yang penting Gendis baik-baik saja, mama istirahat dirumah bersama Nehan dan Arka ya, besok baru kesini," sahut Ayesha.
"Baiklah kalau begitu, tapi kamu harus langsung kabari mama jika terjadi sesuatu disana," ucap Bhanuwati.
"Baik Ma!"
Setelah selesai berbicara Ayesha memutuskan panggilan telponnya. Dia melihat Rayyan dan Manggala sedang mengobrol di shofa yang ada dikamar pasien.
Rumah sakit yang tidak besar hanya memiliki shofa dan televisi selain ranjang pasien diruang kamar VVIP.
Rayyan memandangi wajah Gendis yang saat ini tertidur pulas, wajah pucatnya membuat hati Rayyan merasa sedih.
"Mengapa hatiku sangat gelisah melihat kamu begini Ndis?" Tanya nya dalam hati.
"Mas kenapa kalian tiba-tiba sudah ada di Malang malam ini, bukannya besok?" Tanya Ayesha yang sengaja memecah lamunan Rayyan dengan menatap dalam wajah sahabatnya itu.
"Emm, tadinya mas ingin kasi surprise ke kamu, ehh tapi malah kami yang dapat surprise," ucap Manggala dengan nada lesu.
"Memangnya dia sedang ada masalah apa?" Tanya Rayyan yang sangat khawatir dengan kondisi Gendis.
Ayesha hanya menatap pilu ke wajah Gendis yang tengah tertidur pulas, saat mendengar pertanyaan Rayyan.
"Maaf jika kamu tidak nyaman dengan pertanyaanku, kamu tidak perlu menjawabnya," ucapnya kembali.
"I'm sorry," ucap Ayesha.
"Apa kalian sudah makan malam?" Tanya nya
"Kami belum makan apapun dari sore tadi sayang," sahut Manggala.
"Baiklah kalau begitu kita pergi membeli makanan,"
"Aku akan disini menjaga Gendis, kalian pergi saja" ucap Rayyan.
"Mas Rayyan ingin dibelikan makanan apa?"
"Apa aja gak masalah," sahutnya
"maaf ya mas kami sudah merepotkanmu"
"tidak masalah itu gunanya teman kan" ucap Rayyan.