Rayyan Danuja Wijaksana, adalah seorang pria yang sangat sukses sebagai pengusaha di bidang property. Dia menikah dengan Aretha Dira Wijaksana yang juga seorang wanita karir.
Pernikahan mereka sudah akan memasuki usia sepuluh tahun. Namun mereka masih belum memiliki seorang anak sebagai pelipur lara.
Sikap Aretha yang cenderung cuek membuat Rayyan enggan untuk membahas masalah ini, dia hanya memendam keinginannya itu di dalam hati.
Untuk melampiaskan keinginannya bermain dengan anak-anak, akhirnya dia membeli salah satu sekolah renang di Surabaya dan menjadikannya salah satu sekolah ternama di kota itu.
"Sayang, kamu punya waktu gak siang ini! Aku ingin makan siang bersama," ucap Rayyan saat menikmati sarapannya bersama Aretha.
"Maafkan aku sayang, Aku sudah ada janji dengan klien untuk bertemu dan makan siang bersama," sahutnya sembari menuangkan segelas jus segar untuk dinikmatinya.
Dengan wajah sedikit murung Rayyan-pun diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Dia terlihat pasrah menerima jawaban dari istrinya.
"Apa susahnya sih meluangkan waktu sebentar untuk sekedar makan bersamaku," Batin Rayyan.
Dia tidak ingin mengutarakannya karena hanya akan memancing keributan yang tidak berkesudahan. Dia sangat mengenal watak istrinya itu, dia tahu jika berdebat dengan Aretha jangankan untuk menang bahkan untuk seri saja pun sangat susah.
"Aku jalan duluan," Ucap Rayyan sembari meraih jas dan tas kerjanya yang terletak dikursi sebelah kirinya.
"Apa kau ingin pergi bersama?" lanjutnya menyelesaikan ucapannya.
"Kamu berangkat duluan saja, aku ingin menikmati jus segar ini dulu," sahutnya yang sedang memegang gelas berisikan jus jeruk segar.
"Setelah sampai kantor jangan lupa memberi kabar untukku ya sayang," lanjutnya.
Rayyan menganggukkan kepalanya dan menghampiri Aretha yang duduk disebelah kanannya untuk memberikan kecupan hangat dikening, rutinitas yang tidak pernah di tinggalkannya saat hendak berangkat kerja sejak menikah.
Aretha tidak menyadari bahwa ucapan dan sikapnya sering membuat Rayyan kecewa, yang dia tahu suaminya sangat mencintainya bahkan takut untuk kehilangannya.
***
Disisi lain Gendis yang sangat antusias mengajak asisten rumah tangga serta sopirnya untuk sekedar makan siang bersama di luar, menciptakan suasana harmonis dalam keluarga mereka.
"Mbok Mi…, Mbok…," Teriak Gendis yang sedang mencari simbok dari lantai atas.
"Ya Non…!" sahutnya yang tengah membersihkan ruang tamu karena sedikit berdebu.
"Mbok, hari ini kita makan siang diluar, jadi simbok gak usah repot-repot masak ya." Ucap Gendis,
"Sekarang simbok siap-siap karena sebentar lagi kita berangkat, mama dan Nehan juga sedang bersiap,"
" Waduh Non, saya makan siang dirumah saja karaena lidah saya gak cocok sama menu restoran," sahutnya sopan mencoba menolak ajakan Gendis.
"Enggak boleh gitu donk Mbok, yang penting Mbok mi dan pak Mamat juga harus ikut makan bersama kami," ucapnya tegas.
Karena Nyonya muda sangat memaksanya untuk ikut dia akhirnya menyetujui permintaan Gendis.
"Pak Mamat mobil udah siap kan?" Tanya Gendis memastikan kepada supirnya itu.
"Alhamdulillah sudah Non,"
"Baiklah kita tunggu yang lain selesai bersiap ya pak Mamat," Ucap Gendis.
Gendis wanita modern yang memiliki attitude sangat baik, walaupun hidup dalam keluarga broken home, tetapi Bhanuwati berhasil mendidik putri tunggalnya itu menjadi wanita yang bermartabat dan selalu perduli dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
Selama diperjalanan mereka berbincang satu sama lain seperti keluarga. Tidak ada jarak di antara mereka, keakraban itu mengalir dengan sendirinya.
"Pak Mamat, kita makan siangnya di restoran Padang aja. Saya lagi kepingin makan makanan Padang," ucapnya.
Bukan dia tidak ingin membawa ke restoran cines food atau yang lainnya, dia tahu pak Mamat dan Mbok Mi gak akan makan jika bukan di restoran Padang.
Saat mereka tiba di restoran padang dan langsung di sambut oleh pelayannya yang ramah, dan di antar kemeja makan agar mereka bisa menikmati makan siang yang nyaman.
Nehan yang berjalan dengan menggandeng tangan ibunya melihat ke sekitar, dan dia melihat seorang laki-laki yang dikenalnya.
"Om…," Ucap Nehan memanggil Rayyan yang terlihat datang sendiri,
Gendis terkejut melihat siapa yang di sapa oleh Nehan, dia tidak menyangka bahwa anaknya bisa mengenali orang yang baru betemu sekali dengannya.
"Siapa itu Ndis," Tanya Bhanuwati dengan sangat penasaran.
"Itu temannya Manggala ma, kemarin tidak sengaja bertemu di cafe saat Nehan ingin makan ice cream," sahutnya dengan jelas.
Seolah dipermainkan oleh takdir lagi dan lagi mereka bertemu tanpa disengja, seperti memberi isyarat bahwa ini bukanlah kebetulan.
"Hai anak ganteng," sahut Rayyan untuk sapaan Nehan sembari menghampirinya dan membelai kepalanya dengan lembut.
Dia yang menyayangi anak-anak akan dengan mudah menjadi teman untuk Nehan, apalagi bocah kecil ini sedang merindukan kehatan seorang Ayah.
"Hai," Gendis menyapa Rayyan, kali ini ekspresinya lebih santai dan terlihat lebih ramah.
"Halo, salam kenal saya omanya Nehan," ucap Bhanuwati yang terkesima melihat sikap Rayyan yang begitu lembut kepada Nehan.
"Saya Rayyan bu," jawabnya sambil menyambut tangan Bhanuwati untuk berjabat tangan.
"Kamu datang sendiri?" Tanya Bhanuwati,
"Iya bu,"
"Om makan bareng dengan kita aja, biar Nehan ada temennya," ucap Nehan.
Mendengan perkataan Nehan membuat jantung Gendis berdetak sangat kencang. Akan tetapi dia berhasil menutupinya kali ini.
"Iya tuan duduk disini saja biar kami duduk di meja sebelah," ucap pak Mamat dan Mbok mi.
"Jangan begitu mbok, kita tetap bisa duduk bersama di satu meja, kan masih ada kursi yang kosong di samping Nehan," ucap Gendis,
"Jika kamu tidak keberatan untuk bergabung dengan kami pak Rayyan!" ucapnya kembali.
"emm baiklah, saya merasa senang bisa bergabung karena saya juga bosan makan sendirian," ucapnya sambil tersenyum manis.
Mereka menikmati makanan bersama, Rayyan membaur dalam obrolan di meja makan itu, dia juga dengan sabar mendengarkan semua cerita Nehan.
Bhanuwati bahagia melihat Nehan yang merasa nyaman dengan Rayyan. Nehan memiliki watak seperti mamanya, dia tidak mudah untuk bisa nyaman akan kehadiran orang baru.
"Bagaimana kelas renangnya apakah menyenangkan?" Tanya Rayyan kepada Nehan.
"Aku suuuuukaaaaa sekali belajar disana, temanku semuanya baik-baik om," sahut nya.
"wahh bagus donk, kalau begitu kamu jangan bolos latihannya ya," ucapnya untuk memberikan semangat untuk Nehan.
"Enggak Om, bahkan aku ingin setiap hari latihan disana, tapi…, kata mama aku Cuma boleh dua hari aja," ucap nya sedih.
Melihat Nehan menekuk wajahnya, dia pun menatap Gendis yang duduk di hadapannya,
"Aku mengambil program seminggu dua kali kegiatan, karena program regular sudah full." Ucap Gendis seolah paham arti tatapan Rayyan padanya.
"Nanti akan saya coba bicarakan pada pihak Swimming School, agar Nehan bisa mengikuti kelas reguler,.." ucap Rayyan sembari menatap Nehan lembut.
"Jangan," ucap Gendis menolak sopan.
"kemungkinan minggu depan kami akan berangkat ke Malang, jadi gak sopan rasanya jika permintaanmu disetujui pihak sekolah tapi malah Nehannya bolos di minggu pertama," lanjutnya.
"Ya sudah, pulang kamu dari Malang nanti om pastikan kamu akan masuk ke kelas regular jadi…, kamu janji dengan om untuk rajin mengikuti kelasnya," ucap Rayyan sembari memberikan jari kelingkingnya kepada Nehan.
"Ok Bos!" sahutnya sembari menyambut dengan kelingkingnya juga.
Bhanuwati dan yang lainnya tertawa melihat tingkah polah Nehan, yang seolah paham untuk berbuat janji kepada orang lain.
Rayyan memanggil pelayan untuk meminta bill, saat pelayan datang dia langsung memberikan kredit cardnya.
"Biarkan aku saja ," ucap Gendis.
"Ini ucapan terimakasiku pada oma yang cantik, karena sudah mengizinkan aku ikut makan bersama, sungguh ini sangat menyenangkan bagiku," ucap Rayyan sambil menatap wajah teduh Bhanuwati.
"Baiklah terimakasih," ucap Bhanuwati,
"tetapi izinkan lain waktu kami yang akan mentraktir kamu" lanjutnya.
"Baiklah," jawabnya sopan.