Chereads / Gejolak Cinta Wanita Simpanan / Chapter 13 - Nehan dan Arka

Chapter 13 - Nehan dan Arka

Menjelang senja Sunarsih tiba bersam Arka anaknya. Nehan yang sudah tersadar dari istirahat siangnya begitu senang melihat anak seumurannya berada dirumah itu.

"Kamu sudah kembali," ucap Bhanuwati yang tengah berada di dapur yang sedang membuat camilan untuk cucu kesayangannya.

"Iya Nyonya, saya baru saja tiba." Sahut Sunarsih sembari meletakkan bingkisan yang berisikan pakaiannya dan putranya. Lalu dengan sigap mengambil alih apa yang sedang Bhanuwati kerjakan.

"Suamimu tidak ikut,?" Tanya Bhanuwati,

"Tidak Nya, dia akan menjaga rumah saja," sahutnya

"Lagipula setiap pagi dia harus berangkat kesawah untuk melihat padi," lanjutnya.

"Ooo, yang penting dia sudah memberikan izin padamu untuk menginap disini beberapa hari kan," ucap Bhanuwati memastikan.

"Sudah Nya, dia mengizinkan saya dan Arka menginap," sahutnya kembali.

"Baiklah saya akan melihat anak-anak di depan, itu sosisnya tolong di tambah lagi ya, agar Arka dan Nehan bisa makan bersama," ucap Bhanuwati

Setelah mendengar sahutan dari Sunarsih, dia berjalan menuju ruangan tempat Nehan dan Arka bermain, salah satu ruang yang selalu nyaman untuk mereka berkumpul.

"Arka mari kita main bersama," ajak Nehan.

Namun Arka kecil hanya duduk di samping Nehan tanpa mau memegang satupun mainan yang ada di hadapannya, walaupun matanya yang tak lepas memandang mainan itu terlihat sangat ketara bahwa dia sedang menahan keinginannya untuk bermain.

Gendis yang tengah duduk sembari memainkan ponsel di tangannya mendengar beberapa kali Nehan mengajak Arka bermain namun tidak ada sahutan.

"Arka sayang, kamu mau berteman dengan Nehan?" Tanya Gendis pada putra Sunarsih.

Arka kecil menganggukkan kepalanya sembari menatap lembut wanita cantik yang ada di hadapannya.

"Nah, kalau begitu semua mainan yang ada disini juga milik Arka! Jadi, kamu jangan takut untuk menyentuh semua mainan ini ya sayang," ucap Gendis sembari membelai lembut kepala Arka kecil.

"Apa aku benar-benar boleh memainkan semuanya,?" Tanya Arka dengan polosnya.

"Benar," sahut Gendis

Setelah mendengar jawaban Gendis dia menoleh kearah Nehan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kita sekarang berteman, kamu bisa memainkan mainan ini sepuasnya," ucap Nehan dengan penuh semangat berusaha untuk meyakinkan Arka.

Ya, Nehan memang memiliki hati yang lembut seperti kedua orang tuanya, Gendis dan Aditya memang tidak pernah memandang status social orang lain.

Mereka selalu berusaha untuk bisa menghargai semua orang yang ada di sekelilingnya.

Setelah mendengar perkataan Nehan dia pun berani menyentuh mainan yang ada di hadapannya, dan mereka bermain layaknya anak-anak pada usianya.

"Camilan datang," terdengar suara Sunarsih sembari meletakkan sepiring sosis goring dan juga nugget serta minuman segar.

Melihat Arka memegang mainannya Nehan dia langsung menarik tangan Arka dan mengingatkan anak kecil itu untuk berperilaku sopan.

"Aku yang memberinya izin untuk bermain dan memainkan mainan itu bersama Nehan." Ucap Gendis.

Dia tidak suka melihat Sunarsih begitu keras terhadap Arka, memang anak-anak harus di ajarkan sopan santun, tetapi jika mengenai mainan semua anak pasti sangat menginginkannya.

"Tapi Non,"

"Tidak ada tapi-tapian ya mbak Sih, selama menginap disini tolong mbak perlakukan Arka sama seperti Nehan," ucap Gendis.

"Dan yang paling penting adalah, apa yang Nehan makan dan apa yang Nehan mainkan tolong itu juga yang mbak Sih berikan ke Arka, jangan pernah mengajarkan jarak social kepada anak kecil Mbak," Ucap Gendis tegas.

Mendengar perkataan Gendis sontak saja membuat Sunarsih sangat terharu, dia tidak menyangka majikannya itu begitu berhati mulia. Selama bekerja dirumah itu baru ini dia bertemu dengan Gendis.

"Terimaksih Non, anda sudah memperlakukan saya dan anak saya dengan sangat baik,"" ucapnya dengan pipi yang sudah dibasahi oleh air mata.

Gendis menghampiri Sunarsih yang begitu larut dengan rasa terharunya sehingga tidak bisa berkata-kata lagi.

Gendis menggandeng tangan nya dan membawanya keruang tengah, agar anak-anak tidak melihatnya menangis.

"Mbak saya yang harusnya terimaksih karena mbak sudah mau membawa Arka untuk menemani Nehan," ucap Gendis.

"Jadi, saya sangat memohon pada mbak Sih untuk tidak melukai mental Arka hanya untuk menghargai Nehan,"

"Anak-anak itu jiwanya sama mbak, mereka hanya mengerti tentang permainan dan keceriaan. Mereka tidak mengerti aturan-aturan yang di buat oleh orang dewasa,"

"baik non, saya akan mengingat semua perkataan Non, saya sungguh senang karena non memeprlakukan kami bukan seperti asisten rumah tangga," ucap Sunarsih masih dengan menangis.

"ya sudah, sekarang Mbak Sih siapkan lagi camilan yang lain buat anak-anak, sebelum makan malam ya," ucap Gendis

"Baik Non, saya akan membuat camilan yang enak,"

"Makasi ya mbak," ucap Gendis sembari beranjak kembali ke ruangan bermain anaknya.

Nehan dan Arka bermain dengan sangat riangnya, sehingga suara tertawa anak-anak begitu jelas terdengar sampai ke dapur.

"Ndis, apa Ayesha tidak jadi untuk menyusul kita kesini?" Tanya Bhanuwati.

"enggak tahu ma, dia belum ada menelponku kembali," ucap Gendis.

"Mungkin saja dia ikut Manggala perjalanan bisnis ke Jakarta," lanjutnya.

Tak lama setelah dia berbincang dengan Bhanuwati terdengar suara ponselnya bordering. Saat dia melihat ponselnya nomor asing yang tidak dikenalnya. Namun kali ini dia memilih untuk langsung mengangkat telpon itu.

"Haloo, Ndis ini aku sudah di bandara dan mau berangkat ke Malang, bisakah kamu menjemputku nanti?" ucap suara wanita di saluran telponnya.

"Baiklah Ayesha, aku akan menjemputmu agar kamu tidak tersesat," ucap Gendis yang mengenal suara wanita itu.

"Ok, terimaksih sahabat terbaikku," ucap Ayesha.

Setelah menjawab ucapannya Gendis pun menutup ponselnya, dan segera bergegas untuk bersiap pergi menjemput sahabatnya itu.

"Ma, aku akan kebandara untuk mmenjemput putrimu yang kedua," ucap Gendis.

Ayesha memanglah sudah seperti putri kandungnya sendiri oleh Bhanuwati, karena persahabatan mereka melebihi kedekatan dari dua orang kakak beradik.

"Baiklah, kamu hati-hati," sahut Bhanuwati.

Bhanuwati begitu menyayangi Ayesha sama sperti menyayangi Gendis, karena ia selalu ada di sisi Gendis untuk memberinya pundak di saat Gendis bersedih.

Ayesha sudah seperti kakak, adik dan teman untuk Gendis. Sehingga mereka saling mengenal lebih dalam dari pada seoarang saudara.

"Sunarsih, malam ini masak makanan desa yang enak ya," ucap Bhanuwati.

"Karena dua putri ku akan berkumpul dan kami akan makan bersama," lanjutnya.

Walaupun di Surabaya mereka sering untuk makan bersama. Namun mala mini Bhanuwati seperti tertarik ke masa lampau, dimana dia dan kedua putrinya itu makan bersama di ruangan ini dirumah yang penuh dengan kenangan ini.

"Alangkah baiknya jika kau ada disni bersama kami mas," batin Bhanuwati mengingat mantan suami yang masih sangat di cintainya itu.

"Pastinya kebahagiaan ini akan terasa sangat sempurna jika kau juga berada di tengah-tengah kami," gumam Bhanuwati yang tak sengaja meneteskan air mata.

"Nyonya kenapa," ucap Sunarsih yang bingung melihat nyonya nya yang tiba-tiba menangis ssetelah tadi terlihat sangat bahagia.

"Aku hanya terlalu bahagia," ucap Bhanuwati yang tersadar setelah Sunarsih menegurnya.