"Mimpi apa aku semalam…"
"Kenapa hari aku benar-benar sial, sampai harus bertemu pria itu untuk kedua kali di hari yang sama!" Gendis bergumam.
"Hai," Ayesha menjawab sapaan kedua pria yang tak lain adalah suaminya yang datang bersama Rayyan.
Manggala-pun mengecup hangat kening istrinya, mereka memang selalu terlihat romantic walaupun kadang mereka sering meributkan hal-hal kecil. Tetapi itulah yang disebut rumah tangga, selalu ada jalan untuk berbaikan setelah perdebatan.
"Hai Ndis apakabar?" ucap Manggala menyapa,
Ntah mengapa bibir Gendis seperti terkunci, dia tidak menjawab sapaan Manggala. Dia menggigit bibirnya yang mungil mencoba meredakan perasaan yang berkecamuk di dadanya.
Ayesha langsung menarik perhatian Manggala dan memebrikan isyarat melalui matanya, seolah mengerti Manggala mencoba mengalihkan pembicaraannya.
"Haloo pangeran tampan, kamu sedang apa itu?" Tanya nya
"Aku sedang main Game ini om, seru banget," sahut Nehan yang masih asyik dengan gadgetnya.
"Tidak disangka kita bertemu lagi ya…" ucap Rayyan,
"Itupun dihari yang sama," lanjutnya menyelesaikan ucapannya.
"Apa!" ucap Manggala,
Dia sangat terkejut mendengar ucapan temannya itu, karena yang iya tahu Rayyan dan Gendis bertemu hanya sekali beberapa bulan yang lalu itupun tanpa bertegur sapa.
"Sayang…, Nehan ikut kelas renang di salah satu Swimming school yang ada di dekat sini," ucap Ayesha
"Nah…, disaat Gendis sedang menunggunya siap berlatih tidak sengaja bertemu dengan Rayyan," lanjutnya mencoba memberi penjelasan kepada suaminya itu.
"Ishh, Esha kenapa kamu harus menjelaskan sedetail itu sih…, di hadapan orangnya lagi, aku jadi terlihat seperti wanita bodoh jadinya," ucapnya dalam hati.
Dia-pun menarik dalam nafasnya, dan berusaha mengontrol sikapnya agar tidak terlihat bahwa dia tidak nyaman dengan situasi ini.
"Emmm, Iya" jawabnya singkat.
"Iya, hari ini juga kami tidak sengaja bertemu disni, yak an Ndis," ucap Ayesha mencoba mencairkan suasana.
"Iya, tadi selesai berlatih Nehan lapar dan ingin makan ice cream serta pizza, jadi aku mampir ke cafe ini, dan ternyata Esha juga disini." Jawabnya lembut
Lalu dia melanjutkan menyuapi Nehan ice cream dan Pizza berharap putranya itu bisa dengan cepat menghabiskan makanan nya sehingga, dia memiliki alasan untuk segera pergi dari cafe itu.
Rayyan yang tidak sengaja memperhatikan gerak gerik Gendis karena dia duduk tepat di hadapannya, menyadari bahwa wanita cantik itu seperti sedang merasa tidak nyaman oleh sesuatu.
Rayyan memanglah tipe laki-laki perhatian dan juga ramah, dia selalu mampu memberikan rasa nyaman kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.
Meskipun kadang sikapnya membuat orang lain salah paham, terutama para wanita yang terpesona dengan ketampanan dan juga atitudenya. Sehingga membuat dia menjadi laki-laki idaman dengan paket komplit.
Setelah Nehan menyelesaikan santapanya, Gendis mencari alasan agar bisa cepat beranjak dari tempat itu.
"Esha maaf, sepertinya aku harus pergi sekarang, Nehan juga sudah menghabiskan makanan nya." Ucapnya
"Ok Ndis, gak masalah kok!" sahut Ayesha dengan lembut,
"Nanti kita lanjut telponan aja," lanjutnya menyelesaikan ucapannya.
"Ok kalau gitu aku permisi dulu ya, Mas Gala dan Mas Rayyan," ucap Gendis.
"Ok," sahut Manggala sambil mengusap kepala Nehan kecil yang mengecup tangannya untuk berpamitan.
"Sampai ketemu lagi ya anak ganteng," Ucap Rayyan pada Nehan ketika ia mengecup tangannya saat ingin berpamitan.
Nehan kecil hanya tersenyum lebar sehingga giginya yang masih tumbuh dengan jarang sangat jelas terlihat.
Kakinya yang mungil melangkah mendekati ibunya, serta jemari lembut ibunya meraih tangannya yang mungil dan berjalan pergi.
***
Setibanya dirumah Nehan langsung berlari menemui Bhanuwati dan menceritakan pengalamannya hari ini dengan penuh semangat.
Gendis yang sudah sangat lelah langsung beristirahat dikamar tidurnya. Dia menjatuhkan badannya di atas ranjang yang empuk. Sehingga matanya dengan sangat jelas dapat melihat langit-langit kamarnya, namun dia memejamkan matanya seolah menikmati kenyamanan itu.
"Memang ranjang tempat terbaik untuk istirahat," batinnya sembari menghela nafas lelahnya.
Setelah lama terhanyut oleh kenyamanan yang dirasakannya di atas ranjang tidurnya, tiba-tiba dia membuka matanya dan teringat akan kejadian hari ini yang sangat membuatnya malu.
Dia bangun dan duduk di atas kasur, membayangkan sikapnya tadi di depan Rayyan dan juga Manggala.
"Ish,…" gumamnya sembari memukul pelan keningnya,
"aku sungguh terlihat sangat bodoh di depan mereka," ucapnya
Lalu dia beranjak dari ranjang tidurnya berpindah duduk di kursi meja riasnya, kaca itu memantulkan bayangannya.
"Hey,, kenapa kamu bisa bersikap sangat gugup di depan mereka," ucapnya kepada bayanganya yang terpantul di kaca riasnya.
Dia sudah seperti orang gila yang berbicara sendiri, pikirannya sunggu membuatnya frustasi. Dia merasa benar-benar sangat malu.
"Tapi! Jika di pikir-pikir mereka sama sekali tidak menanyakan atau menyinggung kejadian waktu itu, jadi kenapa aku harus menjadi salah tingkah di depan mereka," bantinya.
"Biasanya aku selalu bisa mengontrol sikapku di depan orang lain. Tetapi, kenapa kali ini aku merasa sangat gugup saat bertemu mereka." Pikirnya.
"Tapi! Laki-laki itu tadi terlihat begitu akrab dengan para staf disana, apa mungkin dia bekerja disana?" ucapnya dalam hati.
Dia mengingat perkataan Rayyan saat mereka bertemu di Swimming school yang tidak melupakan kejadian saat pertama kali mereka bertemu.
"Ingatannya sungguh kuat, sampai-sampai dia tidak melupakan hari itu," gumamnya lagi,
Sembari jari lembutya membersihkan make up natural yang di kenakannya saat keluar rumah.
"Lohh, kenapa aku jadi memikirkannya terus! Aku tidak boleh begini, aku harus bisa mengontrol sikapku jika nanti bertemu lagi dengannya, aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan orang lain, jika tidak nanti orang-orang akan memandang rendah aku," ucapnya untuk mengutakan hatinya.
Tok… Tok…. Tok..
Terdengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar,
"Nak, apa mama boleh masuk," terdengar suara lembut seoarng wanita dari luar.
"Masuk saja ma, pintunya tidak aku kunci," jawabnya.
Bhanuwati memegang engel pintu dan dia pun masuk kedalam kamar tidur putrinya, dilihatnya Gendis sedang membersihkan wajahnya dari sisa-sisa Make up yang dikenakannya.
"Loh Nehan mana Ma?" Tanya Gendis,
"Dia sudah tertidur pulas dikamarnya, sepertinya dia sangat kelelahan hari ini," jawabnya
"Iya, dia sangat antusias dengan kelas renangnya. Bahkan dia tidak sabar ingin kembali lagi besok," ucap Gendis kembali.
Gendis dan Bhanuwati pun tersenyum dan sesekali mereka tertawa saat menceritakan tingkah polah lucu si Nehan kecil yang selalu memberikan kebahagiaan kepada mereka.
Seakan tidak ada habisnya jika membahas pembahasan itu tentang Nehan. Putra kesayangan serta cucu kesayangan.
"Ndis, mama ingin membicarakan sesuatu," ucap Bhanuwati yang terdengar sangat serius.
Mendengar ibunya bicara seperti itu, Gendis beranjak dari tempat duduknya menghampiri ibunya yang duduk di kasur tidurnya.
"Ada hal penting apa Ma? Kedengarannya serius sekali," sahutnya sembari memegang kedua tangan ibunya.
"Mama ingin pulang sebentar untuk mengambil beberapa barang penting," ucap Bhanuwati.
Gendis tersenyum mendengar perkataan ibunya, dia berpikir ada hal penting apa yang membuat ibunya begitu serius, ternyata dia rindu rumahnya.
Gendis mengerti perasaan ibunya, karena sejak pemakaman Aditya ibunya tidak pernah pulang ke rumahnya.
"Baiklah, kapan mama ingin pulang biar Gendis dan Nehan ikut bersama, aku juga kangen suasana di sana ma," sahutnya.
Merekapun merembukkan waktu yang tepat untuk pulang kerumah Bhanuwati, dan berencana akan mengajak Widyastuti untuk ikut bersama.