Anak laki-laki yang tampan itu tidak berhenti mengoceh tentang pengalamannya selama berlatih, padahal ini baru hari pertamanya mengikuti kelas bersama Coach Darwan.
"Aku tidak sabar untuk kembali ikut kelas bersama coach dan teman-teman ma, hari ini sungguh sangat menyenangkan bagiku" Ucapnya dengan sangat bersemangat.
"Apa kamu sangat menyukai kelasnya?"
"Tentu saja, teman-teman baruku sangat baik begitu juga dengan coach, aku sunggu senang,"
"Ok! Besok pagi kamu harus bangun lebih awal agar tidak terlambat mengikuti kelas renangmu,"
"Ok mamaku tersayang,"
Kesabaran Gendis memang sangat diuji saat dia harus konsentrasi menyetir dan juga menjadi pendengar yang baik untuk anaknya, namun Inilah yang diinginkannya, anaknya kembali ceria lagi.
"Ma aku lapar," ucapnya dengan manja.
"Ternyata putra mama sekarang sedang lapar," sahutnya,
"kamu ingin makan apa sayang?" lanjutnya
"Aku ingin ice cream," jawabnya dengan menunjukkan wajah imutnya,
Gendis yang sedang menyetir dibuat tertawa setelah melihat wajah anaknya. Mereka-pun berbelok menuju cafe terdekat yang menyediakan ice cream untuk memenuhi keinginan anaknya.
Saat dia tiba diarea parkir pada salah satu cafe, tidak sengaja pandangannya tertuju kepada mobil mewah bewarnah merah yang begitu sangat dikenalnya.
***
"Itukan mobilnya Ayesha, dunia ini memang hanya selebar daun kelor," batinnya.
Dengan menggandeng tangan mungil anaknya, mereka berjalan masuk kedalam cafe, Gendis mengedarkan pangangannya seperti tengah mencari seseorang.
"Mau pesan Ice cream dengan varian apa ibu," ucap seorang waiter yang menghampiri mereka setelah duduk sembari menyodorkan daftar menu.
"Frozen Yougurt nya 2 dan Pizza nya 1," Ucap Gendis menyebutkan pesanannya.
Setelah waiter menyebutkan kembali pesanannya dengan sopan dan berlalu menuju dapur untuk menyiapkan pesanannya, dia pun kembali mengedarkan pandangannya untuk mencari si empunya mobil mewah bewarna merah itu.
Dengan sedikit penasaran dia meraih ponsel yang terletak di dalam hand bag nya dan mencoba menghubunginya.
"Hallo," ucap Ayesha sipemilik mobil mewah itu.
"Hai, kamu lagi dimana sekarang?" sahut Gendis
"Aku sekarang sedang bersantai di cafe ice cream,"
"Kamu duduk dimana?, Aku dan Nehan juga berada disini." Ucap Gendis sesekali melemparkan pandangannya berharap dapat melihat keberadaan sahabatnya.
"Aku duduk tidak jauh dari pintu utama, jika kamu bisa datang kemari itu sungguh sangat bagus," lanjutnya
"Baiklah aku akan kesana," ucap Ayesha
Dia-pun menuju pintu utama dan melihat disekeliling dimana Gendis dan anaknya menunggu.
"Halo anak tante yang paling ganteng," ucap Ayesha saat menghampiri dan mencium hangat kening Nehan.
"Hai, Tante!" sahutnya yang sedang sibuk bermain game di gadgetnya.
"Kamu dengan siapa?" Tanya Gendis
"Aku dan Manggala janjian ketemu disini, karena dia sedang menemui temannya gak jauh lah dari sini," sahutnya.
"Kalian sendiri dari mana? Apa kamu sengaja membawa Nehan untuk makan ice crem disini?" lanjutnya.
"oohh enggakk, hari ini itu pertama kali Nehan ikut kelas di Swimming school, kebetulan tempatnya gak jauh dari sini," jawabnya dengan santai.
"eh…, kamu ingat gak Manggala pernah bawa temanya datang ke kantormu saat kita sedang membaca suratnya mas Aditya?" Tanya nya dengan sangat penasaran.
Karena dia belum merasa yakin dengan pria yang bertemu dengannya di Swimming school itu adalah temannya Manggala.
Walaupun pria itu begitu jelas menceritakan situasinya, namun hatinya tidak yakin karena dia memang tidak melihat wajahnya sama sekali pada saat itu.
Kening Ayesha mengerut seolah sedang berusaha mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu.
"Oooo itu namanya Rayyan, lumayan ganteng sih! Istrinya juga cantik. Namun, mereka masih belum dikarunia anak meskipun sudah menikah hampir sepuluh tahun," ucapnya berusaha menjelaskan secara detail kepada Gendis latar belakang pria itu.
"Aku Cuma bertanya kamu ingat atau tidak!"
"Tapi, kamu malah menyebutkan dengan sangat detail," sahut Gendis sambil memberikan senyum tipisnya.
"Ya! Itu yang aku ingat tentangnya Ndis, emang salahnya dimana ucapanku tadi?" jawabnya membela diri.
"Ya.., ya dech! Kamu mana pernah salah," jawabnya sambil tertawa kecil seperti meledek sahabatnya itu.
"Jadi kalian sempat ngobrol lama ya? Sepertinya kamu tahu banyak tentang dia," lanjut Gendis.
"Enggak juga sih, hari itu Manggala dan Rayyan datang untuk memberi tahu akan ngajak dinner gitu, yaa semacam double date lah," ucapnya.
"Jadi saat dinner itu aku ketemu dengan istrinya dan kita ngobrol banyak, yaa walaupun istrinya itu gak seramah Rayyan tapi bisalah di ajak ngobrol," lanjut Ayesha.
"Ooooo," sahut Gendis sambil memakan ice cream yang ada dihadapannya.
Sesekali dia menyuapakan ice cream kepada Nehan yang tengah asyik memainkan game di gadgetnya.
"Kenapa tiba-tiba kamu bertanya tentang Rayyan?" Tanya Ayesha yang dari tadi sangat penasaran.
Dia mengetahui temannya itu tidak pernah ingin mencari tahu tentang orang lain, terlebih lagi orang itu adalah laki-laki.
Bahkan jika berkenalanpun dia tidak akan menghiraukan orang tersebut sedikitpun. Namun kali ini berbeda, Gendis memang seperti wanita yang terlahir kembali.
"Ooo, tadi aku ketemu dia," jawabnya
"Apa! Dimana!" belum lagi Gendis selesai Ayesha sudah menyela ucapannya karena dia sangat terkejut.
"Makanya kamu dengerin dulu, jangan langsung potong pembicaraanku" jawab Gendis kesal.
"Ya maaf, aku hanya terkejut kenapa kalian bisa bertemu," sahutnya
"Mimpi apa aku semalam, kenapa sahabatku bisa berubah drastis seperti ini!" gumamnya dalam hati.
Gendis menatap curiga expresi wajah yang diberikan Ayesha saat menatapnya.
"Hey, apa yang sedang kamu pikirkan?" ucap Gendis menegur Ayesha yang masih memandanginya dengan dalam.
"Ndis, kamu baik-baik saja kan? Kamu tidak sedang sakit kan?" ucap Ayesha sambil meletakkan telapak tangannya ke kening Gendis.
"Kamu ini, aku hanya bertanya karena tadi gak sengaja kami bertemu di Swimming school tempat Nehan berlatih renang," jawab Gendis dengan kesal dan sedikit marah.
Dia merasa candaan sahabatnya itu sudah sangat keterlaluan.
Melihat wajah Gendis yang sudah menekuk seperti kaset rusak dia menjadi tidak enak hati.
"Ok, maafkan aku!" ucapnya,
"Aku hanya bingung karena kamu biasanya sangat cuek tentang orang lain Ndis," lanjutnya.
Gendispun menarik nafas panjang mendengar ucapan temannya, karena dia juga menyadari dirinya selama ini tidak pernah tertarik akan hal-hal seperti ini.
"Aku tidak tertarik tentang kehidupan pribadinya, aku hanya sedikit merasa malu karena dia melihatku dengan mata yang sembab saat di kantormu," ucapnya berusaha memberikan alasan kepada Ayesha.
"Terlebih lagi, saat tadi dia menghampiri aku dengan mengungkit saat pertama dia melihatku beberapa bulan yang lalu," ucapnya.
Wajahnya yang putih sebening salju mulai tampak memerah karena menahan rasa malu, masih jelas di benaknya bagaimana wajahnya saat itu.
Mata yang merah dan sembab karena sudah menangis sangat lama, dan jiwanya yang terbelenggu dengan emosi sehingga tidak memandang siapa yang ada dihadapannya saat itu.
"Memikirkannya saja aku sudah sangat malu Sha,"
"kamu kan tahu, dengan Manggala saja aku belum berani ketemu sampai saat ini," dia mmenyelesaikan ucapannya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Hai…,"
Terdengar suara pria yang menghampiri mereka, dan seketika Gendis merasa seperti di sambar petir.
Saat iya membuka telapak tangannya yang menutupi wajah dia melihat dua orang pria yang sedang dibicarakannya dengan Ayesha sekarang ada di hadapannya.