Chereads / TERSAKITI DALAM SETIA / Chapter 12 - MARAH DAN KECEWA

Chapter 12 - MARAH DAN KECEWA

Sementara Deril, ia menyalakan televisi di depannya. Tak sengaja ia melihat salah satu stasiun tv swasta yang menayangkan kasus jual beli wanita. Yang itu di sangkut pautkan dengan organisasi miliknya.

BRAKK!

Suara gebrakan meja yang menimbulkan suara yang sangat keras, hingga kaca meja pecah. Emosi Deril mulai terpancing.

"EXHEL!" Teriak deril geram.

Alex yang di panggil dengan suara meninggi pun terburu buru kembali menemui tuannya. "Ada yang bisa di bantu?"

"Bunuh reporter dan juga semua orang yang ikut andil dalam penayangan berita di chanel Texn Teen!" desis tajam Deril.

Exhel menunduk patuh dengan berkata, "Mengerti Tuan."

Exhel pun pamit undur diri dan pergi meninggalkan tuan nya yang sedang tersulut emosi.

"Sialan!" desis Deril sambil menendang kaki meja yanh ada di hadapan nya.

"Tidak akan ada yang bisa mengetahui pasar gelap milik ku! Jika itu ada, maka harus siap menerima akibatnya!" desis Deril tajam sembari mengepalkan kedua tangannya sehingga kuku kukunya berubah menjadi putih.

***

Malam harinya, Deril tengah makan malam sendiri di meja makan yang berukuran besar. Steak beef malam ini menjadi makan malamnya.

"Selamat malam tuan," sapa Exhel sambil menunduk memberi hormat kepada Deril.

"Langsung saja," jawab Deril dingin dengan tetap melanjutkan makan malamnya.

"Semua telah berjalan sesuai rencana tuan," ucap Exhel berhati hati.

Deril tidak cepat menanggapi. Hingga menit kemudian ia memberhentikan kunyahan nya, "Aku ingin wanita itu ada di mansion ku ini besok, sebelum aku sarapan pagi, dia sudah harus menemaniku untuk sarapan. Kau paham maksutku?!" ucap Deril.

Entah mengapa Deril merasakan ada hal yang berbeda.

Exhel menunduk sambil mengangukan kepalanya. "Paham tuan, kalo begitu saya permisi."

Deril telah selesai dengan makan malamnya.

"Mark!"

Pria lebih muda dari Exhel datang dengan gagahnya.

"Siap tuan." Jawabnya tegas.

"Siapkan satu kamar dan tata dengan cantik. Ingat, kamar itu untuk gadisku. Bukan tawananku," tegas Deril.

Mark menunduk memberi hormat.

"Baik Tuan," jawab Mark tegas. Yah, walaupun masih ada gejanggalan juga di hati Mark, karena tuan nya tak biasa untuk seperti ini, apakah bosnya sudah tau gadis itu siapa? Dan seperti apa.

Mark pergi, dan Deril kembali fokus dengan anggur yang ada di gelasnya.

***

Pagi pagi sekali, seorang gadis cantik dan berhijab di buat terkejut. Setelah di bangunkan paksa oleh ibu tirinya.

Keterkejutan Lea bertambah ketika sudah mendapati banyak pria tinggi tegap dengan pakaian jas serba hitam, berada di ruang tamu rumah papa tirinya. Pikiran lea buntu, ia tak bisa berfikir positif, apakah ia akan di suruh melayani seorang pria lagi? Karena sebelum sebelumnya lea juga ada di posisi seperti ini, tapi lea berhasil lolos, tapi jika orang banyak yang berbadan kekar semua seperti ini, bagaimana ia mau lolos?

"Tunggu! Kenapa saya tidak pernah mengenal kalian," cegah Lea saat kedua tangannya mukai di cekal oleh ke 2 pria dengan tangan yang kekar.

"Kamu akan mengetahuinya segara," ucap pria yang tengah duduk dengan jegang kaki. Yang tidak lain ialah Exhel.

Sedangkan ibu lea hanya duduk diam sembari menyesap anggur di gelas kecilnya itu.

"Cukupp! Bisa kau jelaskan ini semua?!" bentak Lea muak ke arah ibunya yang terkesan acuh, dan juga menghempaskan kedua tangan pria itu dari kedua tangannya.

Ibunya menatap lea, Kemudian menaruh gelas yang ia pegang kemeja. Sorot mata lea menyiratkan kesedihan dan kebencian terhadap ibu tirinya itu.

Namun, berbanding balik dengan ibunya itu. Ia malah terkesan santai dan acuh, bahkan mungkin ia senang?

"Lea lea, kau sama bodohnya dengan Ayahmu yang sudah MATI itu! Sama sama lemah dan tidak punya otak. Yang hanya bisa menyusahkan saja. Jadi sekarang saatnya kau bahagia, namun tentunya tak bersamaku, karena kau merepotkan seperru ayahmu."

Lea tertahan untuk menangis sesegukan, walupun air matanya sudah keluar dari tadi.

"Karena ayahmu sudah mati!, maka alatku kini hanya kau Lea. Dan kini, giliran kau yang berbakti kepada ibumu ini," ucap ibu tirinya sambil tersenyum meremehkan.

"Cukup!! Selama ini, aku berusaha tetap sabar dan menghargaimu sebagai Ibuku! Tapi, tidak dengan ini."

"Biarkan aku pergi," lanjut Lea lirih.

Ibunya terkekeh sinis.

"Baik kamu boleh pergi dari sini,

Tapi, bersama mereka, karena aku sudah menjualmu kepada Bos mereka," ucap ibunya di sertai dengan senyuman licik.

Mata lea mengarah pada Exhel yang tengah santai menyaksikan drama picisan ini.

"Pria itu?! Kau menjualku kepada pria itu?!"

Ibunya ikut mengengok dan mendapati Exhel yang tengah terkekeh.

"Tidak. Bukan. Tapi jika kau ingin tau, maka segeralah pergi."

"Tenang saja Lea, hidupmu setelah ini akan terjamin, tak perlu lagi kau kerja, cukup kau mematuhi apa yang di ucapkan dan di suruh olehnya nanti lea," ucap manis ibunya sembari tersenyum licik.

"Tidak! Aku tidak mau!" kekeh Lea, yang tak di hiraukan oleh ibunya.

Ibunya menunduk hormat terhadap Exhel.

"Silahkan bawa putriku pergi tuan."

Exhel pun bangkit. Dan tangannya sibuk membenarkan jas yang ia kenakan.

"Tak perlu kau menyuruhku. kita akan pergi. Ayo," ucap Exhel dingin.

"Tunggu! Jangan bawa aku. Ku mohon ..." rengek Lea. Mereka semua tidak memperdulikan tangisan lea yang memilukan. Lea digiring menuju mobil sedan hitam dengan pengawalan ketat.

Di dalam mobil, lea di tutup ke dua matanya dan mulutnya menggunakan kain . Tangan dan kakinya pun juga tak luput terikat menggunakan tali.

Lea terus saja menangis dan meraung dan itu juga membuat Exhel frustasi. Jika tuannya tak mengatakan bahwa wanita ini istimewa mungkin ia sudah akan memukul lea dengan bruntal. Tak perduli jika itu wanita.

"Diam! Kami tidak akan menolelirmu lagi jika kau masih berulah," gertak Exhel.

Namun Lea masih tetap meraung raung. Itu membuat kesabaran Exhel habis.

"Berikan itu!" Perintah Exhel kepada anak buahnya yang berada duduk di depan.

Sebuah kotak persegi panjang berwarna hitam di berikan kepada Exhel. Pria 30 tahun itu membuka kotak tersebut.

Terdapat satu buah suntikan dan juga botol persegi yang bertuliskan anesthesia.

Exhel menyuntikkan itu ke lengan kiri lea. Lea sempat memekik terkejut, setelah anasthesia itu bekerja di tubuh Lea. Lea pun lemas dan tak sadarkan diri.

***

Lea membuka matanya. Rasa pening di kepalanya mendadak menyerang dirinya. Tubuhnya terasa lemas. Ia masih menyusaikan pandangannya dan mentrelkan rasa pusing yang di rasakan nya.

Saat pandangannya sudah benar benar jelas, sela tersadar jika ini bukan mobil penculik itu atau pun di rumah ibu tirinya.

Lalu ia dimana? Lea mengamati ke segala sudut ruangan. Ornamen Khas wanita dan juga beberapa yang hanya dipakai wanita terdapat di kamar ini.

Kamar ini terkesan gelap, karena hanya ada sedikit cahaya yang tercipta dari tembusan cahaya matahari yang menembus gorden besar warna hitam.

Langit langit kamar berwarna putih begitu pula tembok di kamar ini. Namu, lea masih tak tau juga ia ada dimana ini. Hingga pintu tinggi nan besar yang putih terbuat dari kayu itu terbuka.

Ceklek!

Lea menoleh.

Pria kemarin. Pria yang menculik dan juga membentaknya. Ia kembali lagi. Atau jangan jangan ia yang menjadi dalang semua ini? Entahlah, lea tidak tau. Karena jika ia berfikir tentang itu semua membuat kepalanya pusing.

"Selamat pagi, nona."

Lea mencoba mengambil posisi duduk. Sepasang kaki mungilnya itu mencoba untuk turun dari ranjang.

Lea menatap Exhel.

"Tuan. Di mana ini? Kau membawaku kemana?" tanya Lea lembut meski ia ketakutan.

"Tuan Giowards menunggu anda di bawah untuk sarapan bersama," ucap Exhel datar.

"Taun Giowards? Siapa lagi dia? Namamu saja aku tidak tau," jawab Lea bingung.

"Ah, iya perkenalkan nama saya Exhel nona. Cukup itu saja yang perlu kau ketahui, Nona."

Lea hanya dapat mengangguk

"Tempat ini sangat asing bagiku. Apa tempat ini sangat menakutkan? Sampai sampai kau membawaku dengan cara seperti kemaren,"

tanya lea sembari memincingkan alisnya.

"Tidak juga. Tempat ini kedamaian jika kau bisa mematuhi aturan yang sudah di tetapkan. Namun, begitupun sebaliknya, tempat ini dapat sangat menjadi mengerikan jika kau mengusik ketenangan tempat ini."

Lea belum bisa faham sepenuhnya dengan pria yang bernama Exhel itu.