Wanita setengah paruh baya itu tersenyum. Entah mengapa lea yang melihat senyum itu ia menjadi teringat oleh ibunya. Lebih tepatnya ibu kandungnya.
"Aku Mira. Mulai sekarang kau tanggung jawabku."
"Bolehkah aku memanggilmu ibu," ucap refleks Lea. Yang tentu saja mendapat respon keterkejutan dari wajah Mira. Namun itu hanya sesaat.
"Tentu." jawabnya sembari tersenyum lebar.
"A a a iya terima kasih," ucap Lea gugup karena menahan malu dengan ucapan yang Reflek keluar dari bibirnya itu. Mira yang melihat itu hanya bisa tersenyum simpul.
"Ah iya nona..."
"Panggil aku Lea saja ibu," potong cepat Lea sebelum mira menyelsaikan ucapannya.
"Hah iya, maksutku Lea. Silahkan turun ke bawah karena sudah di tunggu tuan untuk sarapan," ucap Mira menyampaikan niat awalnya untuk menemuinnya.
Yang di jawab anggukan dan senyuman oleh Lea. Bertanda bahwa ia mengiyakan ucapan mira.
***
Tak berselang lama lea telah selesai dengan rutinatas paginya dan turun ke bawah untuk menemui Deril.
"Makanlah," ucap dingin deril.
"Bagaimana keadaanmu saat ini?" lanjut Deril.
"Sudah membaik."
"Bagus. Segeralah makan yang banyak. Setelah ini kita bersenang senang," ucap Deril sembari memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.
"Bersenang senang?" tanya Lea bingung. Apa maksut dari kata bersenang senang yang di ucapkan oleh Deril.
"Yah, Bersenang senang dengan tubuhmu," ucap Deril sembari memperlihatkan senyuman menyeringai miliknya. Yang tanpa sadar membuat bulu kudu Lea merinding ketika mendengar dan melihat senyuman itu.
Lea menggeleng cepat."Tidak!" Dingin Lea.
Deril yang mendengar itu lama kelamaan di buat geram olehnya.
"Hahh ... Kau sangat jual mahal kepadaku. Kenapa?!"
"Ingat. Aku sekarang adalah tuanmu. Jadi kau harus patuh terhadap perintahku," lanjut Deril kesal sembari menatap Lea tajam.
"Tidak. Aku akan mematuhi semua perintahmu. Tapi tidak dengan perintah yang satu ini," tegas Lea.
"Tapi aku membelimu untuk itu Lea," ucap datar Deril.
Lea mulai menghela nafas untuk merendam amarahnya. Karena ia tau kemarahan dan kekesalan tak harus di balas dengan itu juga. Namun dengan sebaliknya, yaitu kesabaran.
"Dengarkan aku tuan Deril Giorgi Erwards, agamaku Islam. Insya allah akan seperti itu terus hingga akhir hayatku. Selalu memegang teguh nilai nilai murni keislaman."
Mata beningnya mulai memberanikan diri menatap manik biru Deril dengan tatapan kalemnya.
"Sekarang, aku bertanya padamu. Apa agama yang kau peluk? Sehingga kau nampak tak takut sama sekali akan dosa berzina?" tanya Lea lembut.
"Tidak ada. Mengapa?" jawab Deril lugas.
"Kau tidak percaya Tuhan?" tanya Lea sedikit terkejut.
"Ya," jawab Deril tegas.
"Aku tidak ingin di repotkan dengan aturan aturan agama. Selama ini, tanpa Tuhan dan agama aku bisa menjadi aku yang sekarang. Bebas dan Sukses," lanjut santai Deril.
"Tapi itu semua tidak ada artinya."
"Sudahlah, jangan di perpanjang. Makanlah."
Lea mulai menuruti ucapan Deril karena ia juga merasa lapar. Lea merasa mungkin ini alasan mengapa allah mempertemukannya dengan Deril.
"Deril. Em maksutku tuan," panggil Lea di sela sela acara sarapan paginya karena menurutnya ini suasana yang pas untuk melanjutkan mengenai yang tadi.
"Panggil Deril saja."
"Tapi, bukan kah kau tuanku," sambil menaikkan alisnya.
"Karena aku tuanmu aku perintahkan kau panggil seperti biasa dengan sebutan Deril. Bukan Tuan." Sembari menatap insteks Lea.
Lea yang di tatap hanya dapat menganggukkan paham." Awalnya aku aku hanya akan terfokus untuk bagaimana aku bisa keluar dari tempat ini. Apalagi ketika tau bahwa tuanku itu adalah kamu. Namun, Melihat keadaanmu yang seperti ini membuatku prihatin," tutur Lea sembari menelan makanan yang ada di mulutnya.
Sedangkan Deril yang mendengar itu langsung memberhentikan kunyahannya sebentar. "Maksudmu?"
"Aku tak butuh belas kasihan," ucap dingin Deril.
"Ya. Aku tau. Tapi, sekarang kau telisiklah kebelakang. Selama ini, usia yang kau lalui sudah kau habiskan untuk apa saja? Maksudku, kau melakukan kejahatan ini semua tidak hanya sejak kemarin sore bukan? Berapa lama kau menyia nyiakan usiamu dan waktumu ?"
Deril mulai diam dan mendengarkan setiap ucapan dari bibir pink milik Lea.
"Dengarkan aku. Usia manusia, umat nabi Muhammad itu terbatas. Hanya sampai sekitar 63 tahun saja. Selebih dari itu hanya bonus. Aku dan kau itu sama sama memiliki usia yang terbatas. Maka dari itu gunakanlah waktumu dan jangan sia siakan usia mu. Jangan cari banyak dosa, tapi carilah pahala. Karena yang menolongmu kelak itu bukan harta maupun tahta. Namun Pahala yang selama ini kau kumpulkan di dunia," ucap lea sangat lembut dengan menatap wajah Deril yang terlihat menatap dan mendengarkan ucapannya dengan hikmat.
"Siapa itu ... Nabi Muhammad?" tanya Deril antusias.
Lea yang mendengar itu tersenyum lebar.
'Bagus. Ini awal yang bagus sekali," batin Lea.
Entah mengapa dan dorongan apa, Deril merasa tenang mendengar ucapan demi ucapan dari mulut Lea.
"Apakah kau tertarik dengan islam? Jika begitu, marilah kita belajar bersama."
"Tapi dengan syarat. Kau harus bisa istiqomah di jalan allah. Ikhkas dari dalam hatimu. Harus mau menerima segala aturan dari Allah. Tinggalkan semua kemaksiatan yang pernah kau lakukan selama ini. Dan yang terpenting ... Bertaubat lah dengan sungguh sungguh," tutur Lea dengan senyuman di setiap katanya.
Deril yang mendengar itu tampak berfikir keras dengan rahang yang mengeras pula.
"Argghhh! Kau menceramahiku hanya untuk bisa lepas dari ku kan? Iyakan."
"Tidak. Aku berkata jujur. Kau sendiri tadi yang khidmad mendengarkanku. Lalu sekarang mengapa kau kembali seperti ini? Deril, Dengarkan aku, sebentar saja," ucap Lea dengan sangatt lembut. Membuat Deril luluh seketika dengan setiap tutur kata yanh di ucapkan oleh Lea.
"Baiklah. Akan ku dengar ocehanmu. Tapi, aku tidak akan terpengaruh dengan doktrin doktrin yang kau berikan ke otak ku."
Lea mengangguk dan tersenyum.
"Kau tau. Islam itu benar benar sangatt istimewa.
Islam memang penuh dengan aturan mulai dari hal sekecil apapun itu. Termasuk dengan kita yang hanya berdua saja itu sudah berdosa. Apalagi permintaanmu untuk berzina denganku. Aku akan selalu menolak dengan sekeras apapun walaupun tubuhku sendiri yang akan menjadi samsak tinjumu. Tapi aku tau, kau tak akan setega itu denganku," tutur Lea lembut.
"Aku berhijab seperti ini bukan semata mata untuk identitas bahwa aku islam. Namun, semua itu sudah ketentuan karena di dalam agamaku seorang wanita itu sungguh sungguh di muliakan. Islam sungguh istimewa. Dari hal sekecil apapun sudah ada tata cara yang benar. Aku benar benar menjaga auratku sebagai harga dan martabatku dan hanya mahrom ku nanti atau suami sah ku yang bisa melihat auratku," jelas Lea.
"Maka dari itu. Aku meminta padamu untuk tidak meneruskan perbuatan mu yang salah selama ini. Karena bisa saja perbuatan mu ini akan berdampak kepada keturunanmu. Apalagi jika itu perempuan."
Deril menatap dengan ekspresi yang sedikit sulit di baca entah apa.
"Lalu bagaimana statusku yang pemimpin pasar gelap ilegal dan juga pemimpin Mafia jangkauan berbagai negara? Apakah masih bisa mendapatkan agama islam?"
Uhuk!
Uhuk!
Uhuk!
Lea yang mendengar itu sedikit tersedak. Deril menyodorkan segelas air putih ke arah Lea. Mendengar ucapan dari pria yang ada di hadapannya ini, membuat lea agak terperangah tidak percaya di buatnya.
"M-maksudmu?"
"Sekarang gunakan akal pikiranmu dengan baik. Mana ada, pria yang baik yang akan melakukan jual beli wanita. Termasuk kau, kau yang ku beli untuk ku jadikan budak Sex ku," tutur Deril.
Lea bingung namun juga membenarkan ucapan Deril.
"Jadi ... Bukan hanya aku saja yang menjadi korban?" tanya Lea dengan gumaman kecil dari mulutnya.
"Ya. Sudah banyak wanita yang menjerit nikmat di ranjang denganku. Namun, mengapa sungguh sulit sekali untuk menaklukkanmu."
Lea menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran buruk dan kotor yang ada di pikirannya.
"Atau, kau ingin tau bagaimana caraku mengeksekusi para penghinat dan musuhku?"
Lea menggengam gelas yang ada di tangannya dengan kuat.
"Kau lambat laun akan melihat sisi yang lain pada diriku. Dan kupastikan lebih menyeramkan dari apa yang pernah kau alami." ucap Deril dengan tatapan membunuh.
"A-apa itu pasar gelap?"
"Kau ingin tau? Akan ku tunjukkan nanti. Benar benar pulihkanlah tubuhmu dan makan."