Setelah terjadi perdebatan yang cukup sengit antara Deril dan Lea membuat aura di sekitar ruangan panas. Di tambah lagi dengan kedatangannya seorang wanita paruh baya namun masih tak terlalu tua. Yah, yang tak lain ialah ibu tirinya Lea.
Ia datang dengan sombong menantang Deril untuk beradu thander besar yang akan di meeting kan besok lusa.
Celetukkan -celetukkan wanita itu membuat Deril naik pitam. Namun, pria itu menahannya karena mengingat jika ada lea di belakangnya saat ini. Tidak mungkim juga untuk ia menyakiti atau bahkan membunuh wanita keji ini di depan Lea karena ia tau wanita itu masih tetap ibu lea.
Berkali kali Deril mencoba mengusir asumsi tersebut. Asumsi jika mungkin saja lea akan menjadi korban amarahnya atau kebringasan ibunya. Namun semua itu tak akan bisa terjadi. Entah mengapa, rasanya ia tetap ingin gadis itu aman. Bagaimanapun itu.
"Ku tawarkan sebuah opini. Jika akulah pemenang thander itu, akan ku serahkan semua padamu. Tapi dengan satu syarat," ucap Wanita itu dengan nada yang sungguh sungguh membuatnya muak.
Lea yang berdiri di tepat belakang kursi Deril duduki dan mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut ibu tirinya itu ada secercah rasa yang sama di rasakan oleh Deril. Ingin sekali rasanya manusia seperti itu segera punah dari bumi atau setidaknya hilang dari kehidupan Lea saja. Walaupun ia tau itu ibunya.
Deril sedari tadi, mendengarkan ucapan si tua bangka itu dengan satu telinga saja. Tidak Deril ambil pusing ocehan tua bangka itu.
Tiba tiba ibu Lea mengeluarkan sebuah pistol dari tas kecil yang di jinjing oleh tangan kirinya. Lea membelalak kan matanya terkejut dan takut. Spontan, langsung membuat tangan mungil miliknya mencengkram erat texudo di bahu Deril.
Deril tau jika gadis kecil nya itu tengah dilanda ketakutan, Deril pun mengenggam salah satu tangan mungil milik Lea.
Deril menariknya pelan hingga tubuh lea menunduk dan telinga Lea berada sejajar dengan mulut Deril.
"Tenang saja. Aku ada disini, itu hanyalah senjata murahan yang intensitas tembakan pelurunya hanya seperti gigitan kalajengking," bisik Deril remeh di telinga Lea.
"Ehkemm ... Kau berusaha mengancamku dengan itu?" tanya Deril dengan menunjuk pistol yang mengarah tepat kepadanya.
Deril tersenyum miring. "Aku benci ada sampah yang mengotori ruangan ku apa lagi jika mengenai sesuatu yang berharga bagiku," ucap datar Deril.
Wanita itu terkekeh.
"Syarat yang ku inginkan hanyalah dia." Sembari mengarahkan pistol itu ke belakang kursi Deril, tepat ke arah Lea.
"Tenang lah putriku, aku akan membawaku pulang bersamaku," ucap wanita itu dengan tersenyum licik.
Lea yang mendengar itu rasa takut dan sedikit trauma mulai menghampirinya kembali. Sekilas terbesit bagaimana ibunya itu memperlakukannya dulu. Lea yang merasa bahwa dirinya mulai terancam kembali ia pun mencengkram Texudo Deril kembali dengan erat.
"Aku akan membebaskan mu dari kekangan dan kekejaman pria ini putriku," ucap halus ibunya dengan suara yang di buat buat sehalus mungkin.
Deril yang mendengar itu pun menyeringgai. "Mari kita tanyakan langsung dengan pihak yang bersangkutan. Aku tidak ingin meributkan seorang gadis lugu."
Pandangan wanita itu beralih ke arah Lea yang kini tengah mengalihkan pandangannya ke arah jendela sana.
"Lea, ini kan yang kau mau? Aku akan menebusmu kembali dan kita akan-"
"Tidak!" sahut lea cepat.
Ibunya mengerutkan keningnya bingung, sementara Deril ia terkekeh mengejek.
"Lihat?! Dia sudah nyaman denganku."
"Lea?!"
"Sudah cukup!" sentak Lea.
"Sudah cukup kau ku kepada tuan Giorgi. Beruntung dengan baik hatinya dia mau menyelamatkanku dan berbaik hati hingga aku masih hiduo sampai saat ini. Aku bersyukur dan berterima kasih padamu, karena kau tidak menjualku kepada orang lain, yang mungkin lebih kurang ajar nya dia akan menjadikan ku pelacur," ucap Lea yang mulai menangis.
"Dan kurasa yang disini kejam itu, sesungguhnya kau bukan dia," lanjut Lea sembari melirik ke arah Deril.
Deril dengan santainya berdiri dari kursinya dengan tangan yang sibuk mengancing Tuxedonya.
"Hahh, mungkin sudah cukup jelas ya. Dan ... Apakah anda ingin menginap disini nyonya? Kami akan pulang." Deril menarik lengan Lea dan menggandengnya berjalan pergi keluar dari ruangan.
Saat sudah setengah perjalanan wanita itu berteriak kesetanan dari sana.
"KURANG AJAR KAU DERILL! DASAR PRIA LICIK BAJINGAN GILA!" teriak geram.
Di sana, Deril menggerang penuh kebencian. "Kuhabiskan kau saat ini juga," gumam sengit Deril.
Tangan Lea seolah menjadi peredam amarah Deril. "Jangan biarkan emosimu menguasimu Deril," ucap lembut Lea, yang sesaat bisa menenangkan emosinya.
Namun ketenangan itu hanyalah sesaat, karena jika Deril sudah emosi tidak ada yang bisa mencegah pria itu untuk melakukan apa yang ingin ia lakukan.
Deril mengeluarkan revolver HS 2000 pistol koleksi Deril rata rata buatan Rusia yang hanya di produksi untuk militer dan badan intelegent lainnya. Dan yang paling penting tidak mudah mendapatkan itu semua. Namun, Deril dengan mudah mendapatkan itu semua tak lebih dalam jangka hanya 2 hari.
Deril mulai berjalan menuju wanita tua tersebut disana. Wanita itu telah sadar jika ia telah salah menantang Deril secara terang terangan di depannya. Deril hanya berhenti beberapa langkah saja di depan wanita itu.
Tinggi Deril yang melebihi wanita tua itu, membuat Deril lebih mudah untuk menghunuskan pisau berlapis racun yang berada di kantong celana yang siap menancap tepat di cantung wanita gila ini.
"Kau bermain-main dengan Anjing Serigala internasional Nyonya? Apa aku tidak salah dengar tentang itu?" ucapan Deril memang terlihat tenang. Dengan memainkan sebuah pistol yang berada di tangan kirinya. Namun, di balik ketenangan itu akan menghanyutkannya nanti.
Wanita paruh baya itu sudah mulai sedikit bergetar ketakutan.
DOR!
Suara letupan pistol pun menggema di ruangan. Dan suara letupan itu membuat wanita itu langsung menoleh ke arah suara, ibu tirinya yang melihat itu terkejut bukan main. Lea tertembak?! Yah lea tertembak.
Tapi ... Bukan! Bukan ibunya yang menembaknya. Melainkan ... Deril yang menembaknya dengan santai dan gadis itu langsung terjatuh dengan darah yang mulai mengalir keluar.
Saat itu lea masih tersadar dan mendengarkan semua ucapan antara ibunya dan Deril. Namun, setelahnya Lea sudah tak kuat menahan rasa sakit dan akhirnya ia kehilangan kesadarannya.
"Sayang. Gadis itu kini telah mati di tanganku," ucap remeh Deril.
"K-kau. Kenapa ..."
Ibu tiri lea terduduk karena lututnya seketika lemas. Mulutnya bergetar dan matanya menahan bendungan air mata. Karena melihat putri tirinya yang mati begitu saja di tangan seorang Mafia kelas kakap.
"AARRGGGHHH!" Wanita itu mengerang kesakitan saat Deril tiba tiba mencengkram rahang milik wanita itu dengan sangat kuat. Jika kalian lupa Deril ialah seorang Mafia kelas kakap, yang tak akan pandang bulu entah itu pria atau wanita jika dia sampai berani mengusik kehidupannya maka ia harus lenyap juga di tangannya. Hati yang sudah mati rasa membuatnya buta walaupun yang sekarang ada di tangannya ini seorang wanita.
Wanita itu sulit untuk berbicara juga menahan sakit karena cengkraman tangan Deril yang cukup kuat. Ia mencoba untuk menyingkirkan tangan Deril namun usahanya gagal tenaga Deril lebih kuat darinya.
"Kau selalu mengusik ketenanganku.
Aku sudah terlalu muak dengan berbagai semua omong kosong yang kau berikan," ucap datar Deril.