Chereads / TERSAKITI DALAM SETIA / Chapter 15 - SIAPA KAU

Chapter 15 - SIAPA KAU

Exhel masuk ke dalam mobil ketika ia melihat bahwa Lea keluar dari mobil milik tuannya.

"Anda kenapa tuan?" tanya Exhel di kursi depan sembari mengintip dari sepion depan.

"Kenapa gadis itu membuatku serba salah." ucap Deril berdecak pelan namun masih bisa di dengar oleh Exhel. Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Mengapa dirinya merasa serba salah tanpa sebab seperti ini.

Exhel yang mendengar itu terkekeh geli. "Seorang Deril Giorgi Edwars merasa serba salah terhadap seorang gadis di bawah umur tuan?" Usil Exhel hanya Exhel yang berani seperti itu kepadanya.

"Kau menyukainya?"

Deril terdiam. Memikiran ucapan Exhel mengenai perasaanya terhadap Lea. "Tidak. Kurasa aku hanya tertarik saja pada gadis itu."

"Jika kau hanya tertarik kepadanya. Tidak mungkin kau bertingkah serba salah dan tidak mungkin juga kau terlihat khawatir dengan Lea." tutur Exhel dengan menatap Deril penuh makna.

Deril yang mendengar itu kembali terdiam sembari menatap Exhel. "Dari mana kau tau aku terlihat Khawatir terhadapnya?"

"Heii tuan Deril. Semua anak buah mu tau dengan aksimu tadi. Dan sangat terlihat jelas di wajahmu tadi pada saat tangan gadis itu terluka."

Deril mengernyit. "Apakah sejalas itu?"

"Sangat jelas sekali tuan." jawab Exhel sembari terkekeh geli. "Itu artinya kau tidak hanya sekedar tertarik padanya." lanjut Exhel.

"Ya sudahlah, aku tidak perlu memikirkan hal itu, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya mendapatkan gadis itu." ucap Deril.

Exhel kembali menatap tuannya sekaligus sepupunya itu dan menyeringai kecil. "Bukankah kau selalu memiliki seribu cara untuk mendapatkan apapun yang kau mau? Apakah kau lupa itu?" tanya Exhel.

Deril ikut menyeringai. "Yah, kau benar. Aku memiliki seribu cara untuk mendapatkan apapun yang aku mau."

Mereka berdua tertawa bersama. Keduanya tentu saja saling mengerti bagaimana sifat masing masing. Sejahat apapun itu, dan sekeji apapun itu.

"Ahh iya, apakah kau sudah membereskan penghianat itu?"

Exhel mengangguk."Kau tak perlu khawatir semua Sudah berjalan seperti biasanya."

Deril mengangguk. "Pastikan semuanya bersih seperti biasa."

"Tentu saja tuan. Bahkan mayatnya pun tak akan ada pernah yang bisa di temukan oleh siapapun. Brouse akan menlepnyapkannya sampai ke tulang." jawab Exhel sembari tersenyum sinis.

***

"Asstagfirullah" untuk kesekian kalinya Lea menghela nafas panjang sambil menatap telapak tangannya. Bercak merah itu semakin terlihat memenuhi permukaan kain, bahkan darahnya mulai mengalir dari sela-sela kain.

Ia menatap tangannya dengan wajah pucat sambil berdiri di tepi jalan.

Apa yang baru saja ia lakukan? Kenapa ia senekat itu dengan menghadang pisau itu begitu saja. Sekarang ia bingung akan pulang kemana. Tak mungkin ia pulang ke rumahnya sedangkan ia sudah di jualoleh ibunya.

Lea sudah tak kuat menompang tubuhnya, matanya mulai berkelamun, pandangan perlahan lahan sudah mulai kabur.

Ia mendengar suara deru mesin mobil berhenti tapat di belakangnya. Namun, ketika ia akan menengok ke belakang ia sudah benar benar tak kuat menahan tubuhnya.

Ada seseorang yang menompang tubuhnya sembari menepuk nepuk pipinya dan menanggil namanya. Tapi ia tak begitu jelas siapa dia , dari suaranya ia kenal namun dalam sekejap semuanya menjadi gelap.

"Leaa!" ucapnya sembari menepuk nepuk pipi wanita itu.

"Cepatt.! Ke rumah sakit terdekat sekarang." perintahnya dingin sembari menggendong Lea seperti ala Bridal Style.

***

Lea mulai membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menelusup ke indra pengelihatannya. Rasa pusing di kepalanya masih terasa menyerang dirinya. Kepalanya terasa berat dan juga telapak tangan yang berasa nyeri.

"Akhh ... Dimana lagi ini." lirih Lea.

"Kamu sudah sadar?" Suara berat membuat lea menoleh ke arah pintu kamar mandi. Disana berdiri seorang lelaki yang tak lain ialah Deril.

"Ngapain kamu disin?" tanya Lea kaget.

"Menunggumu siuman. Kau pingsan karena darah di telapak tangamu tak mau berhenti keluar." jelas Deril.

Lea yang mendengar itu hanya dapat mengerjapkan matanya lagi dan mengingat apa yang sudah terjadi.

"Lagian kau kenapa bisa bertindak sebodoh itu Lea. Kau tau akibat dari kebodohanmu itu? Kau sakarang terbaring di rumah sakit. Kau tau itu." omel Deril.

"Iya udah sih kalo nggak ikhlas, biarkan aku pergi." ucap lea sembari barusaha bangkit dan berdiri namun ia agak sempoyongan dan itu sangat sulit untuk dirinya yang masih lemah.

"Lea! Tetep di tempat jangan bergerak. Kalo kau mau sembuh dan cepat pulang bersamaku."

"Bersamamu?" tanya Lea mengernyit bingung.

"Apa kau lupa bahwa ibumu telah menjualmu kepadaku." ucap Deril sembari manaikkan sebelah sudut bibirnya ke atas.

Lea yang mendengar itu tertegun dan akhirnya ia mengangguk pasrah.

Deril mengambil sebuah mangkuk yang berisi bubur untuk Lea.

"Makanlah. Biar aku suapi." Perintah Deril.

Lea segera bertindak untuk menolak. "Tidak usah. Biar aku makan sendiri." Sergah Lea cepat.

"Kau mau makan sendiri? kau lupa ingatan atau bagaimana? apa kau lupa juga bahwa telapak tangan mu sekarang di perban karena ulahmu?" Kesal Deril karena tak habis fikir ke Lea.

"Kan aku masih punya sebelah tangan lagi."Kekeh Lea.

"Tuh." ucap Deril sambil meletakkan mangkuk bubur di meja.

Dan sekarang lea kesusahan untuk menyuapkan buburnya ke dalam mulutnya.

Deril yang melihat itu berdecak kesal. Lalu mengambil alih mangkuk itu lagi dan menyuapi Lea. "Tidak ada penolakan. cepat Aa" perintah Deril yang mau tak mau harus di turiti oleh Lea.

Tak berselang lama, Lea pun telah selesai menyelsaikan makannya dengan bantuan Deril.

"Tidur dan istirahatlah agar bisa lekas pulang. Aku pergi sebentar ada urusan." ucap Deril sembari melangkah pergi.

"Deril." panggil Lea ketika Deril sampai di depan pintu. Deril yang merasa di panggil membalikkan tubuhnya dan menaikkan sebelah alisnya.

"Terima kasih." ucap Lea tulus. Deril yang melihat itu membalas nya dengan senyum tipis lalu menghilang dari pintu.

Lea menatap punggung Deril yang pergi dari ruangannya. Menurutnya sebenarnya Deril itu baik. Namun entah mengapa ia merasa melihat 2 kepribadian dan perbedaan dalam diri Deril.

Sinar matahari yang menyilaukan menerobos jendela dan membangukan paginya ini. Sebenarnya ia sudah bangun sejak shubuh tadi, hanya saja ia tak sengaja tertidur.

Lea mulai turun dari ranjang dan membuka cendela kamarnya. Kamarnya? Yah, sekarang ini sudah menjadi kamarnya semenjak Tuannya itu yang memberikan salah satu ruangan ini untuknya.

Di luar sana, burung burung ramai berkicau.

Ia memang sudah pulang dari rumah sakit ketika di kabarkan bahwa dirinya sudah membaik.

Terdengar suara seseorang yang membuka pintu.

Ceklek

Yang membuat Lea segera menoleh kearah pintu. Munculah seorang wanita yang setengah paruh baya dari pintu miliknya.

"Selamat pagi nona. Bagaimana keadaanmu saat ini?" Sapa wanita itu dengan ramah.

"Iya pagi kembali. Tidak perlu ada yang di khawatirkan. Tapi, siapa kau?" tanya Lea ragu. Karena biasanya Exhel yang di selalu di perintah oleh Deril. Taunya sih seperti itu.