Chereads / TERSAKITI DALAM SETIA / Chapter 6 - Bersama Santri

Chapter 6 - Bersama Santri

Afwan tertegun menangis pilu dan merasa hatinya sangat terluka. Melihat istrinya yang tidak pernah terbuka kepadanya dia benar-benar tersiksa dan seakan-akan benar-benar stres. Afwan kemudian menyibukkan diri dengan bertemu anak-anak di TPQ.

Dia merasa lega Jika dia bisa bersama dan berkumpul dengan anak-anak asuhnya. Namun karena ada barang yang tertinggal dia kembali lagi ke rumahnya.

Dia berdiri di depan pintu dan mendengar semuanya.

"Aku benar-benar sudah memilihkan istri lagi untuk Afwan. Jadi aku minta sama kamu cepat minta cerai kepada Afwan. Buat apa aku mempunyai mantu yang mandul. Aku sudah menunggu lama dan segera ingin memiliki cucu. Tapi kamu belum juga memberikan aku cucu."

Afwan sangat kecewa setelah mendengar semua perkataan ibunya. Dia hanya menggelengkan kepala kemudian masuk itulah dia baru tahu jika istrinya selama ini menangis bukan karena tidak mencintainya tapi karena tekanan dari ibu mertuanya.

"Ibu salah jika mengatakan dia mandul. Jujur saja selama 1 tahun ini aku hanya sekali menyentuhnya. Yang bermasalah adalah aku, ibu. Aku yang bermasalah. Aku tidak tertarik dengannya. Karena sering Lelah aku tidak melakukan tugasku."

Mendengar semua perkataan Afwan yang membela. Sayyida sangat sedih karena Afwan benar-benar menjelekkan diri sendiri.

"Jangan salahkan dia ibu. Dia sama sekali tidak bersalah. Lagian titipan itu datangnya dari yang maha kuasa jika yang maha kuasa belum memberi kita bisanya apa. Kita tidak bisa apa-apa ibu. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha. Jika Allah Subhanahu Wa Ta'ala belum memberikan. Kita mau apa? Ibu marah kepada Sayyidah? Marah karena dia belum hamil? Tapi Ibu lupa jika memberikan kehamilan ataupun amanah rezeki dan segalanya. Aku minta maaf sama Ibu. Tapi aku harus bagaimana lagi. Datangnya dari Allah kita tidak bisa apa-apa ibu. Mohon Ibu mengerti dan memaklumi. Aku Ibu bisa berpikiran jernih selalu berbaik hati kepada Sayyidah. Jelas saja ini membuat Sayiida sangat sedih ibu. Aku yang akan minta maaf kepada Ibu Karena aku belum bisa membahagiakan ibu. Aku tidak bisa mengatakan apapun."

Setelah Afwan mengatakan banyak hal kepada ibunya, ibunya pun akhirnya mengerti dan memahami. Kemudian ibunya meminta maaf kepada Sayyidah. Dan akhirnya tidak mengatakan apapun dia pergi kembali ke TPQ.

Afwan sadar selama ini tangisan Sayida karena ucapan dari ibunya. Afwan tidak bisa fokus mengulang anak-anak. Dia hanya termenung dan terdiam sambil menunggu santrinya selesai menulis huruf hijaiyah.

"Aku ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu tidak berdasar dan tidak ingin menyakitimu sama sekali. Tapi kamu selama ini tidak pernah berbagi apapun kepadaku. Lantas, Bisakah aku membuatmu bahagia? Kamu selalu Saidah. Aku sama sekali tidak mengerti dengan hatimu perasaanmu kepadaku Aku pun tidak pernah bisa melihatnya. Walaupun aku tahu alasannya kamu menangis selama ini karena permintaan dari ibu. Tapi aku juga akan tersiksa Jika kamu tidak pernah membuka hatimu untukku. Aku pasrahkan semua kepadamu ya Rabb."

Setelah kejadian tadi. Afwan mendatangi istrinya.

"Aku minta maaf atas perlakuan ibu. Andai saja kamu jujur dari awal pasti tidak akan kejadian seperti ini. Maafkan aku yang salah paham kepadamu. Sekarang semuanya terserah kamu dan aku kembalikan kepadamu. Maafkan semua kata-kata ibu," kata Afwan sebelum pergi. Sayyida hanya terpaku.

Di sekolah madin para santri, sudah menunggu Afwan.

"Ustad ceritakan kisah Imam Bukhari," pinta santri.

"Imam Bukhari. Siapa yang tak kenal beliau dengan maestro bidang hadis. Imam Bukhari memiliki nama lengkap Muhammad bin Ismail bin Ibrahim dan dijuluki al-Mughirah bin Bardizbah. Imam Bukhari lahir pada hari Jumat. Ayahnya bernama Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah, yaitu seorang ulama ahli hadis. Namun, sejak Bukhari kecil ayahnya telah meninggal dunia dan meninggalkan ilmu untuk sang anak. Berdasarkan buku Ibunda Tokoh-Tokoh Teladan karya Jumuah Saad, Imam Bukhari pernah mengalami rasa sakit pada kedua matanya saat masih kecil. Ternyata, sakitnya tersebut menyebabkan beliau mengalami kebutaan."

'Sesungguhnya masalahku belum seberapa,' batin Afwan.

"Lanjut Ustadz," pinta santri remaja.

"Lalu. Menghadapi hal tersebut, ibunda Imam Bukhari senantiasa menekui doa sepanjang malam dan siang, dengan penuh kejujuran dan air mata, serta selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. Dia tidak putus asa dan terus mengadu kepada Allah tentang kebutaan anaknya.

Hingga suatu malam, ketika ibunda Bukhari terlelap dalam tidurnya, dia bermimpi melihat Nabi Ibrahim AS yang berkata pada dirinya. "Wahai perempuan, sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan putramu, karena banyaknya tangisanmu atau banyaknya doa yang kamu lantunkan." Setelah itu, atas izin Allah Imam Bukhari pun akhirnya bisa melihat. Ketika Allah SWT telah mengembalikan penglihatan Bukhari, Ibunda pun berupaya keras untuk mengajarkan putranya untuk mengelilingi negeri-negeri Islam untuk mencari hadis-hadis Nabi dengan hafalan yang kuat. Dengan kesabaran dalam memastikan hadis Nabi yang mulia, Imam Bukhari kini menjadi seorang pembesar dalam ilmu hadis. Kitabnya, Shahih al-Bukhari juga menjadi kitab paling sahih setelah Alquran.

Imam Muslim pernah bersua dengan Imam al-Bukhari, lalu dia mengecup keningnya dan berkata, "Biarkanlah aku mencium kedua kakimu, wahai ustaznya para ustaz, pemimpin para ahli hadis, dan dokter dalam menganalisa cacat-cacat dalam hadis."

"MasyaAllah ... SubhanaAllah sangat mengagumkan," kata para santri.

"Semoga kaliam semua juga akan menjadi pemuda yang cerdas dan barokah, nantinya. Aamiin."

"Berarti sangat mengangumkan ya Ustadz," kata salah satu santri.

"Maka, begitu sang guru selesai membaca, Al Bukhari kecil mengangkat tangannya dan menyatakan bahwa beliau sudah hafal surat Qaf.

Pernyataan itu tentu saja mengejutkan sang guru karena orang dewasa sekalipun akan kesulitan menghafal satu ayat surat itu dengan baik dan benar. Lebih terkejut lagi, ketika bocah berusia sekitar 7 tahun itu mampu mengulang seluruh Surat Qaf dengan sangat baik makhraj hingga sifat setiap hurufnya sama persis dengan bacaan sang guru."

"Masya Allah sungguh luar biasa ciptaan Allah ya Pak." Semua santri sangat terunyuh.

"Kamu juga luar biasa. Lalu, Guru itu pun merangkul Muhammad dan memintanya belajar hadist. Maka saat tiba di rumah, dia menceritakan apa yang dialaminya di madrasah kepada sang ibu.

Namun, Ibu Bukhari meminta anaknya tetap mempelajari Al Quran karena matanya yang buta akan menyulitkan dia mempelajari hadist.

Tetapi, Muhammad atau Al Bukhari bersikukuh mempelajari hadist. Lalu dia pergi ke kamarnya sembari meraba-raba mempelajari hadist. Melihat pemandangan itu, sang ibundanya sedih sampai menangis. Dengan linangan airmata, Ibunda masuk ke dalam kamar tidurnya dan berdoa memohon kepada Allah SWT sampai tertidur. Dalam doanya, sang ibu meminta agar penglihatan anaknya dipulihkan. Apa kalian tau kejadian setelahnya?" tanya Afwan.

"Apa?" tanya Santri.

"Saat doa dipanjatkan ibunda, Al Bukhari ternyata sedang membaca Surat Qaf ayat 22 yang berbunyi, "Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam." Masya Allah ... sesungguhnya hatinya sama sekali tidak buta. SubhanaAllah ...." Afwan terdiam sejenak.

"Imam Al Bukhari memberitahu sudah bisa melihat. Awalnya ibundanya tak percaya. Imam Al Bukhari pun menyebutkan warna baju sang ibunda dan benda-benda di sekitarnya.

Sejak saat itulah Bukhari mulai belajar hadist. Untuk mempelajarinya dia harus menemui lebih dari 1000 perawi dan berhasil memisahkan mana kisah yang palsu dan benar. Untuk menemui para perawi tersebut dia harus melakukan perjalanan sampai ke Jazirah Arab bahkan Irak, tak jarang dia harus berjalan kaki berhari-hari ke tempat perawi tersebut untuk menerima ilmu hadist. Semoga kecintaanku kepada kalian barokah. Dan Semoga Allah membantu kalian semua. Aamiin."

"Aamiin Ya Allah."

Afwan berusaha mengibur dirinya, dia sedih dan belum tahu perasaan Sayiida sesungguhnya. Dia berusaha biasa saja.