Deril itu mengernyit dan hanya dapat menatap gadis itu heran. Tapi tangan nya tetap menerima plaster pemberiam gadis ini.
"Dan juga luka di lengan kirimu juga harus segara di balut, agar darahnya tak terus menerus keluar, kau bisa kehabisan darah dan pingsan jika tak segera di hentikan," tutur Lea, sembari mengeluarkan kain putih berbentuk segita dari dalam tas nya. Lea melipat kain itu menjadi lipatan panjang.
"Apa yang kau lakukan?" tanya pria itu bingung dengan apa yang gadis itu lakukan.
"Membalut lukamu, tenang saja kain ini bersih kok, belum sempat aku pakai," jawab Lea sambil menatap pria itu. "Kemarikan lenganmu!" pria itu menuruti ucapannya mengulurkan lengannya kepada gadis itu.
"Oh iya, lepaskan dulu jas yang kau kenakan," perintah Lea.
Dan Deril hanya dapat menuruti apa yang di perintahkan Lea, seolah olah ia tekah terhipnotis dengan perkataan gadis itu.
Lea segera membalut luka Deril ketika pria itu telah melepas jasnya dan di sampirkan ke tangan sebelah kanannya.
Ada tatapan kagum di manik mata milik Deril saat memperhatikan gerakan Lea yang begitu ahli, seperti gadis itu sudah terbiasa dengan hal seperti ini.
Pria itu sedikit meringis ketika Lea kembali menarik kain yang melilit lengannya untuk di ikat.
"Maaf," ucap Lea merapikan ikatannya lalu menjauh dari pria itu.
Pria itu menatap balutan yang telah melikit lukanya, lalu tersenyum ke arah Lea. "Lumayan" ucapnya sebelum ia mengerutkan keningnya.
"Sepertinya aku berubah fikiran," ucap pria itu.
"Maksudmu?" Lea menatap pria itu bingung.
Pria itu tersenyun tulus." Aku membatalkan rencanaku untuk menghabisimu," ucapnya.
"Kenapa?" tanya Lea.
"Karena kau masih pantas untuk hidup," ucap pria itu. "Siapa namamu?" tanyanya.
Lea menatap pria itu curiga.
"Kau pasti memiliki nama bukan?" lanjut pria itu.
Lea tetap terdiam. Sehingga membuat pria itu mengangkat bahunya acuh.
"Baik, jika kau tak ingin mengatakan namamu, biar aku yang mencari taunya sendiri," tuturnya.
"Dan itu berarti aku harus___"
"Lea," sahut cepat Lea. "Namaku Adellea Elvira kau bisa memanggilku Lea atau El atau Vira."
Pria itu tersenyum puas dengan jawaban Lea. Matanya menatap Lea lekat. "Namaku Deril Giorgio Edwards. Kau bisa menanggilku Deril."
Deril menghembuskan nafas panjang ketika melihat ada sebuah panggilan masuk.
"Aku harus pergi Lea," ucap Deril sambil menegak kan tubuhnya.
"Sampai bertemu lagi. Dan saat bertemu lagi, kupastikan semuanya berubah."
Ucapan itu bagaikan janji dalam kegelapan yang pasti akan terjadi. Lea terbangun dan terduduk di atas tempat tidurnya dengan nafas yang tak teratur.
Kenapa kejadian itu terus muncul di dalam mimpinya.
"Deril Giorgo Edwards?" gumam Lea pelan. "Siapa dia?"
Seorang Pria tampan dengan prawakan tubuh tinggi, tegap, wajah perpaduan Indonesia Paris, kulit Eksotis, dada bidang, manik mata biru, mata elang, dan juga suara berat itu kini tengah duduk dengan satu tangan yang memegang gelas wine. Matanya terus melihat ke arah komputer yang ada di hadapanya. Beberapa kali Seringaian Deril terlihat.
Dia adalah Deril Giorgo Erwards.
CEO dari beberapa perusahaan Random Campany yang memeliki cabang di bidang Parfum, mobil sport, dan juga Fashion.
Di balik kesuksesannya dan sebagai pimpinan yang di agungkan itu, tak banyak yang tau bahwa Deril Giorgo Erwards ialah seorang Pemimpin Mafia yang di bangun dari Otot, pikiran, dan uangnya sendiri. Koneksinya sudah hampir ke seluruh dunia. Lalu mengapa ia tak banyak yang mengetahui?
Yah, karena seorang pemimpin itu terkenal dengan panggilan Giowards bukan Deril, sebab itu lah tak banyak yang tau tentang dirinya.
Keseharian Deril, tak luput dari senjata tajam, senjata api, sex, alhokol, Pembunuhan, darah, kekejaman, dan yang paling penting ialah Uang, karena menurutnya uang bisa mengubah segalanya, dan segalanya ialah uang. Namun hatinya tetap lembut kepada Sayida, seorang wanita yang memiliki anak kembar.
Deril tidak pernah sekalipun mengkonsumsi narkoba, karena menurutnya itu sama saja membunuh dirinya sendiri. Namun ia malah menjualnya secara bebas inilah sisi lain dan rahasia Deril yang tidak diketahui oleh Sayida.
Di usia nya yang ke 30 tahun, dengan wajah tampannya, Deril hanya senang memainkan wanita tanpa berniat untuk menjadikan istrinya, namun hanya menjual dan mencicipinya.
Walaupun ia pandai dalam materi, sungguh deril lemah pada masalah percintaan dan perasaan. Semua lamaran untuk Sayida hanya tipu muslihatnya. Walaupun dia sangat kejam dan hobby memainkan wanita tak sekalipun dia menyakiti istri Afwan. Dia sangat menghormati Sayyida.
Perusahaan lain yang di pimpin dan di bangun sendiri ialah Black Market yaitu Pasar Hitam atau Pasar Gelap.
Deril di sana menjual berbagai barang ilegal termasuk wanita juga.
Pemerintah tidak ada yang tau bahwa ada Organisasi semengerikan itu. Jika ada yang berita yang menyebarkan tentang organisasinya ke Publik walaupun hanya sekilas, ia akan menghilangkan nya, entah itu membunuh sang Reporter sebagai ancaman, atau langsung meneror Perusahaan stasiun Tv tersebut.
Jika di tanya pasal agama, Deril Atheisme. Ia tak percaya Tuhan. Jadi ia bebas hidup tanpa aturan agama yang mengaturnya.
"Hancurkan dia!" Perintah Deril dan langsung keluar dari ruangannya.
"Baik tuan." jawab bawahan Deril sambil menundukkan kepalanya.
***
Deril memasuki mobil mewah sedan Lexus berwarna Hitam. Lengkap dengan kaca mata hitam yang bertengger anggun di pangkal hidungnya.
Di tengah perjalanan, Deril membuka kaca mobil yang ada di sampingnya. Angin sejuk menerpa wajah tampan milik Deril. Mata elang nya nemperhatikan setiap objek yang di lihatnya.
Mobilpun mulai melaju hingga berhenti di sebuah mansion elit yang di kelilingi oleh perkebunan anggur dan bunga yang memiliki kualitas dan harga yang tinggi. Deril turun dari mobil dan masuk ke dalam mansionnya itu. Pintu gerbang hitam, tinggi menjulang di depan Mension. Cctv dan para Bodyguard ada di setiap sudut dan dilengkapi senjata.
Semua menunduk hormat saat Deril melewati satu persatu dari mereka.
Pria tampan itu duduk di sofa ruang tamunya dengan gagah.
"Bagaimana kelanjutannya dengan Janda itu?"
Exel yang tak lain ialah sekertaris sekaligus merangkap menjadi asisten, tangan kanan pribadi dan juga dia adalah sepupu nya sendiri.
Exhel langsung maju beberapa langkah. "Dia sudah mengatakan apa yang akan menjadi barangnya kali ini."
"Apa itu?" tanya Deril sambil menghisap seputung rokoknya dan melipat kakinya.
"Seorang gadis berstatus anak tiri dan sudah di tinggal oleh ayah kandungnya yang sekarang sudah berusia 21 tahun. Besok akan kami bawa menuju."
"Berikan saja uangnya kepada janda gila itu. Lalu bawa kemari gadis itu. Aku ingin dia menjadi salah satu wanita disini. Yah, wanita dan bukan gadis lagi," tutur Deril sambil tersenyum seringai yang terlukis di bibirnya.
Exhel hanya menunduk hormat tak mengerti. "Baik tuan, saya permisi," ucap Exhel undur diri.