"Aruna sudah, cukup!" kali ini Dicky, yang sedari tadi bertindak diam memperingati isterinya. "Urusan Mas Genta dengan isterinya itu urusannya dia. Kita enggak berhak ikut campur kecuali disuruh ikut campur. Aku tidak masalah tinggal bersama mama disini. Kamu kenapa? Kamu ingin meninggalkan mama? Apa kamu merasa terpaksa?"
"Bukan itu Mas. aku hanya ingin mas Genta sadar kewajiban dia sebagai seorang anak serta haknya sebagai suami."
Dicky mengelus punggung isterinya. "Mas Genta sadar itu kok. Dia tidak pernah mengabaikan mama selama ini. Mas Genta masih memastikan dan menjaga mama meski tidak tinggal serumah dengan mama. Sudah!" ujar Dicky mengelus punggung isterinya. Aruna yang sedari tadi berapi-api melunak. Hanya Dicky yang mampu melumpuhkan perempuan bar-bar itu.
"Aku mau ke kamar!" meski dia belum merestui Kania dan Genta secara penuh.