"Maaf sayang, papa mertua terlalu berlebihan. Masa dia melaporkan kegiatan panas yang baru saja terjadi dengan isterinya? Dia ingin aku apa? menggrebeknya? Kan tidak mungkin, mereka sudah halal juga." Genta merepet dengan telepon yang masih tersambung. Tara pasti masih bisa mendengar itu semua.
"Papa, apa aku akan mendapat adik?" tanya Kania yang tidak mengerti sepusing apa ayahnya saat ini. Perempuan itu terdengar ceria sekali. Genta malah kalang kabut merasa berselingkuh dari Dita. Tapi Kania malah mengurusi masalah adik dari isteri Tara yang lainnya.
"Oh, semoga saja tidak, Kania!" ujar Tara mengusap wajahnya.
Kania mengerutkan keningnya. "Kok gitu sih? Aneh banget!"
"Kalau enggak aneh bukan Tara namanya sayang." Genta berdecak kecil mengusap lengan isterinya. Kania mengerutkan hidungnya berharap Genta bisa merem sedikit mulutnya untuk mertuanya itu. bagaimanapun mereka berteman, status Tara masihlah papa Kania.