Genta berhenti sebentar dia menatap isterinya. "sayang kamu yakin?" tanya Genta takut mengingat kondisi Kania yang labil belakangan ini.
"Itu yang terakhir."
Genta menatap isterinya itu. "Kenapa?"
"Aku tidak mau anak-anak kita memanggil ayahnya dengan sebutan kakek."
Genta berdecis membalikkan Kania di bawah. Perempuan itu menjerit kecil, sebelum menjerit tertahan dengan kelakuan suaminya. "Kha .. tanya …lagi sa … ki…t O hhh mmm!" Kania berkata putus-putus.
"Kamu masih akan memanggil saya dengan kakek-kakek lagi, hm?"
Kania hanya diam. Memejamkan matanya sambil meremas sprei tempat tidur. Sesekali dia mengerang dengan perlakuan Genta. Oh! Perempuan itu candu dengan tubuh Genta sepertinya. Bahkan saat sakit seperti ini peforma Genta masih sangat baik.
"Ta, lo punya dasi warna …" Tara terhenti melihat pria itu yang menarik selimut dengan wajah tegang.
"Dasi warna apa?" tanya Genta dengan tatapan menghunus temannya.