"Embulnya aku, bangun tengah malam mulu sih?" Kania berdecak kecil pada anaknya yang sudah bisa mendongakkan kepalanya itu. Ia menggumam bicara entah apa dalam bahasa bayinya yang tidak bisa Kania mengerti. sepertinya dia menyahuti mamanya.
Kania mengangkat puterinya itu. "Kita intip papa dulu di kamar sebelah yuk!" ajak Kania membawa Mikaela. Memang Genta pindah kamar saat malam akan datang. Apalagi kalau bukan demi memberikan kenyamanan pada isteri tercintanya.
Kania meraba dahi Genta dengan panas yang mulai menurun. "Huh, papa tidak sekuat kamu dalam pertahanan dirinya. Mungkin karena sudah tua," bisik Kania dengan tertawa geli. Berharap Genta tidak mendengar ucapannya yang itu. genta terlelap nyenyak setelah pergulatan panasnya dan sang isteri tadi pagi.
"Kiss papa sayang, setelah itu kita kembali ke kamar," ujar Kania pada anaknya. Perempuan itu menurunkan Mikaela sedikit dengan telungkup kemudian menyentuhkan bibir Mikaela pada pipi papanya. tidak lama memang.
