"Dingin sekali tangan ni anak," ujar Ronzi yang mengetahui bahwa Bintang sedang berada di kondisi yang tidak biasa, Ronzi yang sudah menyadari bahwa perasaan cemas karena rahasia tentang rencana pernikahannya itu sudah terbongkar.
"Aku rela Bintang, dengan keputusan yang akan kamu berikan kepada semua orang tentang rencana pernikahan kamu itu, asalkan kamu tidak tersiksa perjodohan kamu, sekarang aku sudah mulai bisa menerimanya alaupun sangat sakit menerima kenyataan," umpat Romzi di dalam hatinya dengan kata-kata yang sungguh dewasa.
"Kamu baik-baik saja Bintang?" tanya Mars dari depan itu.
Bintang yang sedang penuh dengan kecemasan itu, berusaha untuk tetap tersenyum manis seperti biasanya. "Ya, aku baik-baik saja Kak."
Mars yang seketika pandangannya itu teralihkan saat melihat tangan Bintang yang menggenggam tangan Ronzi itu pun segera menghampirinya dan berbisik kepada Bintang.
Bintang yang sedang menunduk itu seketika menengadah setelah tiba-tiba Mars berdiri tepat di depannya.
Senyuman indah Mars yang tak terbendung lagi itu pun seakan membuat wajahnya Bintang yang seketika berubah menjadi warna pink merona itu menjadi merah merona, lagi-lagi wajanya berubah seketika.
"Wanita ini, sungguh imut sekali ketika wajahnya berubah warna," gumam Mars di dalam hatinya yang malah tertegun dengan kecantikan Bintang dan tidak berhentu untup menatap memandangi wajah itu.
Setelah Bintang mendengar bisikan dari Mars, seketika ia terkejut begitu saja, senyum penuh berseri-seri itu berubah menjadi cemas kembali. Pasalanya Mars membisikan kepadanya baha Galaxi sedang memperhatikan pesta ulang tahunnya di balik jendela rumah. Maka dari itu Mars meminta kepada Bintang untuk tidak terlalu dekat dengan Ronzi apalagi sampai berpegangan tangan.
Bintang yang masih menggenggam tagan Ronzi itu dengan eratnya semakin mengencangkannya dan tidak melepaskannya, ia membuat Ronzi merasa sakit akan genggamannya itu.
Wajah Bintang pun yang semakin cemas sehingga keringatnya menetes dan nafas yang ia tarik seakan semakin sedikit itu pun, seketika membuat dirinya merasa kesal. Ia memikirkan sesuatu yang lebih liar tentang informasi yang baru saja di katakana oleh Mars.
"Jika saja aku tahu bahwa Bang Gala sedang memperhatikan aku, maka aku akan semakin bersikap dekat kepada Ronzi, aku ingin membuatnya malam ini merasa kepanasan dan terbakar api cemburu," gumam Bintang dengan ide briliannya itu.
Namun, tiba-tiba saja ia melihat kearah pintu rumah itu, Galaxi dengan gagahnya sedang berjalan menuju kearahnya. Sesosok laki-laki yang sangat tampan itu di mata orang lain, dengan begitu cepatnya membuka kedua mata Bintang untuk dirinya bisa melihat dan menydari ketampanan dan kegagahan dari Galaxi. Kekhawatiran dirinya akan kebenaran tentang dirinya yang akan segera menikah itu di ungkapkan oleh Galaxi, membuat Bintang seketiksa syok dan jantungnya berdegup amat kencang.
Saking syoknya melihat kedatanagn Galaxi yang akan menghampirinya itu, tiba-tiba saja suara yang amat keras bergeming di telinga Bintang yang membuat dirinya semakin syok dan tak bisa menahannya lagi, sehingga membuatnya pingsan dengan tiba-tiba di pelukan Ronzi.
Hal itu sontak saja membuat semua yang melihat Bintang tidak sadarkan diri, semuanya sangat panik begitu saja dan Ronzi pun segera membawa bintang ke rumah sakit terdekat.
Galaxi yang melihat pemandangan itu pun tak bisa terelakkan lagi rasa cemburunya kepada Ronzi pun tumbuh. Lalu Galaxi segera menyusul Bintang dan Ronzi menggunakan mobilnya.
Pesta yang sangat meriah itu pun berubah seketika menjadi kecemasan, dan akhirnya semuanya bubar begitu saja dari pesta ulang tahun itu.
Sedangkan dari arah taman belakang rumah Mars, Aster dan juga Rey sedang mencari keberadaan Bulan. Terlihatnya di sebuah pinggir kolam renang, Bulan sedang terisak dari tangisnya.
"Bul, kamu ngapain saja di situ, kakakmu tiba-tiba pingsan, dan sekarang sedang menuju rumah sakit!" sahut Aster cemas.
Sontak saja kabar itu pun membuat Bulan terbangun dan langsung bergegas pergi menyusul Bintang. Aster dan Rey segera memesan taksi online untuk membaa Bulan bertemu dengan kakaknya yang sedang tidak sadarkan diri itu.
Sete;ah melakukan perjalanan yang lumayan cukup dekat dari rumah Mars ke rumah sakit itu, Bulan, Aster dan Rey pun segera masuk ke kamar pasien. di mana Bintang sedang di rawat.
Dilihatnya tiga pria tampan sedang duduk menunggu di sebelah kanan dan kirinya Bintang.
"Kakak ku ini sungguh beruntung sekali di sayangi oleh pria yang sangat baik-baik dan tampan!" umpatnya di dalam hati. Bulan pun tetap tenang dan berusaha tegar di depan kakaknya itu.
Bintang yang sudah sadar dari pingsannya pun melirik ke arah Bulan yang merupakan adik tersayangnya itu.
"Kamu jahat Bul, tinggalin aku sendirian tadi di pesta!" ujar Bintang seakan-akan bersikap tidak terjadi apa-apa di pesta itu. Dan berusaha untuk tetap menghiraukan Galaxi yang tengah berdiri di sampingnya itu.
Bulan menghela nafas panjang. "Kan aku sudah bilang Bintang. kaki ku pegel karena high heels ku yang terlalu tinggi," tegasnya dengan berusaha tetap tegar tapi seketika air matanya keluar juga karena tidak bisa melihat kakaknya itu terbaring di kasur rumah sakit.
Mars pun segera langsung memeluk Bulan dan membawanya pergi dari kamar itu. Agar Bulan tidak terus menagis melihat Bintang yang sedang sakit dan terbarung di atas kasur itu. Ronzi pun ikut pergi menenagkan Bulan bersama dengan Mars, seakan Ronzi memberikan aktu berdua bagi Galaxi dan Bintang.
"Hah, adikku ternyata sangat cengeng sekali!" gumamnya sambil tersenyum.
Di lihatnya Galaxi yang ada di depannya itu susana pun menjadi canggung ketika Mar, dan juga Ronzi pergi mengurusi Bulan yang sedang menangis itu, merka meninggalkan dirinya berdua saja di kamar. Bintang pun terungat dengan bisikan Mars tentang Galaxi yang ternyata sedang memperhatikannya di balik jendela.
Bintang pun akhirnya pun memberanikan diri untuk berbicara kepada Galaxi yang sedang menatapnya dengan serius itu.
"Bang Galaxi, jangan pandang aku kayak gitu dong, tadi aku sama Kak Ronzi memang seda-"
"Cukup, Nggak usah di lanjutin lagi, kamu boleh memberikan penjelasannya nanti kepada saya," sela Galaxi yang berusaha tetap tenang dan kharismatik seperti biasanya ketika berhadapan dengan calon istrinya itu.
Bintang yang mendengar pernyataan Mars itu pun hanya diam saja dan menundukkan pandangannya sembari mengepalkan tangannya. Ya, alau bagaimanapun juga rasa bencinya kepada Galaxi terselip rasa takut.
Setelah Bintang dirasa sudah membaik, ia pun pulang bersama orang-orang yang menemaninya di rumah sakit. Sedangkan Bulan memilih untuk pergi menaiki motor Mars, karena ia tidak ingin satu mobil dengan Bintang untuk saat itu.
Di tengah perjalanan Bulan sangat merasa tidak enak hati kepada kakaknya itu, seharusnya ia berada di samping kakaknya itu, ia malah menghindar.
"Kamu tadi kemana saja, kok tiba-tiba ngilang?" tanya Mars.
"Kan alasannya sudah aku bilang tadi kak," Jawabnya singkat.
"Oh iya, by the way kenapa yah Bintang tiba-tiba pingsan, apakah ia memang memilik penyakit serius sebelumnya?" tanya Mars.
"Ya, sepertinya begit, Bintang memang tidak boleh kelelahan, ataupun merasa tertekan, batinnya terlalu lemah, dan memang ia selalu tiba-tiba merasa syok jika ada sesuatu yang tiba-tiba mengganggunya begitu saja," jawab Bulan.
"Oh begitu yah, saya baru tahu," balas Mars.
"Maafkan kakaknya aku yah Kak Mars, pesta ulang tahun Kak Mars jadi berantakan begitu saja," tukas Bulan.
"Iya, tidak apa-apa Bul, santai ajah yah."