Chereads / Jangan Membenci Jodoh / Chapter 24 - Mars Dan Bulan

Chapter 24 - Mars Dan Bulan

Di sekolahan, tampak Bulan dan Mars sedang berda di sebuah ruang bimbingan belajarnya. Mars yang baru saja sampai di ruangan bimbingan itu, langsung menghampiri Bulan yang sedang menyendiri di meja belajarnya.

"Gimana seru nggak! Film supermennya?" tanya Mars.

Akan tetapi Bulan tidak membalas pertanyaannya Mars. Di lihatnya oleh Mars, Bulan ternyata sedang tertidur dan tidak menonton serial film supermen yang ia kirim lewat telegram itu sebelum bimbingan dengannya itu di mulai.

"Astaga… Ni cewek malah tidur. Padahal sudah aku kasih semangat terlebih dahulu sebelum bimbingan dimulai. Ya aku rasa dengan memberikannya serial film action akan membuatnya terhibur dan tidak lesu mulu setelah beberapa hari saudara kembarnya itu tidak sekolah," gerutu Mars di dalam haatinya.

Mars yang seketika itu melihat pemandangan yang indah ketika wanita yang sebenarnya ia sukai tertidur seraya memperlihatkan wajah polosnya dan lugu itu tertidur pulas. Seketika tangan Mars menyentuh kening wanita itu,lalu datanglah tangan Mars pada ujung bibir Bulan. Mars tidak bisa menahan nafsunya itu dan ingin memberikan first kiss kepada wanita yang ia pandangi. Perlahan-lahan ia dekat kan wajahnya itu dan hampir dekat dengan penyatuan bibirnya dengan bibir wanita yang ia sayangi.

Tapi seketika ia tersadar dari nafsunya ketika melihat betapa lembut baik hatinya wanita ini, ia tak kan rela jika wanita yang ia sayangi harus ia kotori dengan kecupan kehilafannya.

"Sial! hampir saja aku berbuat kotor padanya," batin Mars. Ia pun mencambak rambutnya sendiri dan meneguk minuman untuk meredakan nafsunya, karena waktu bimbingan pun akan segera dimulai.

"Bulan… bangun. Ini sudah aktunya kamu belajar," bisik pelan Mars di telinga Bulan itu membuat Bulan seketika terbangun dari tidurnya.

"Udah beres kah Bimbingannya! Aku mau pulang!" sahut Bulan terkejut, sembari mengusap-usap matanya.

"Kita baru mau mulai belajar Bulan, kok langsung pulang aja," jawab Mars.

"Udahlah Kak, untuk hari ini saja aku pengen bolos bimbingan," protes Bulan lalu ia pun segera pergi dari ruangan bimbingan itu dengan raut ajah ketus.

Mars yang tidak bisa menghentikan langkah Bulan itu, mau tidak mau harus menyusul Bulan dan membujuknya untuk tetap mengikuti Bimbingan. Melihat waktu pengujian karya tulisnya itu suah dekat.

"Kamu harus belajar dulu, bimbingan ini sangat penting Bulan," ujar Mars sembari menarik tangan Bulan yang baru saja membuka pintu.

"Kak Mars, aku mohon sekali ini saja. Aku pengen istirahat, aku merasa kesepian dan sedih di saat Bintang tidak sekolah, dan aku pengen segera pulang untuk melihat keadaanya saat ini," jawab Bulan dengan raut wajah sedih dan menatap penuh dalam kepada Mars, supaya Mars dapat melepaskan dirinya untuk pulang.

"Iya Bulan, aku tahu. Terus sekarang kamu mau apa?" tanya Mars memastikan keinginan Bulan yang tampak raut wajahnya itu sangat sedih.

"Sebenarnya aku bukan hanya ingin pulang saja saat ini Kak. Aku masih bingung mau curhat ke siapa saat ini, ada unke-unek di hatiku yang sangat tidak karuan!" tukas Bulan dengan kedua bola matanya yang terlihat berlinang.

"Ya sudah, kalo begitu kamu curhat saja sama saya Bul, saya ada di sini loh! Di depan kamu, jadi sudah jelas kamu harus curhat ke siapa sekarang ini," Mars mencoba mau mendengarkan curhatan dari Bulan, karena Mars tahu baha saat itu yang di butuhkan oleh Bulan hanyalah sandaran di saat ia sendirian dan kesepian karena kakaknya itu sedang sakit.

"Kak Mars serius mau mendengar curhatan dari aku. Tapi aku selalu merasa bahwa Kak Mars tidak mungkin mau mendengarkan isi hatiku yang lagi mellow ini," balas Bulan yang merasa tidak enak hati untuk meminta Mars agar mau mendengarkan curhatnya.

"Haha… loh kamu kok sampai-sampainya kepikiran seperti itu. Yaudah sekarang ceritakan saja sama aku. Dan aku pasti akan mendengarkannnya," jawab Mars malah tertawa dengan ucapan Bulan.

"Aku malu, dan masalahnya ceritaku ini menyakut kakak kamu Kak Mars. Dan aku merasa kamu bukan orang yang tepat untuk mendengarkan keluh kesah di hatiku ini. Apalagi aku tahu dan sadar bahwa aku sangat mencintai kamu, dan gak mungkin aku ceritakan masalah ini kepada kamu Kak Mars!" gumam Bulan di dalam hatinya sembari memandangi Mars dengan tatapan yang dalam.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu Bulan, sebenarnya apa yang kamu mau curhatin sama saya. Mmm… saya jadi penasaran, karena untuk pertama kalinya saya mendengarkan curhatan hati seorang wanita," balas Mars yang merasa heran dengan tatapan Bulan yang sangat mendalam itu.

"Nggak, aku bukan natap Kak Mars, cuman aku bingung mau cerita dari mana dulu," jawab Bulan dengan polosnya.

"Yasudah kalo kamu gak mau cerita sama saya juga gak papa Bulan, saya gak akan maksa kok, saya cuman ingin menawarkan saja sama kamu kalo saya mau saja jadi teman curhat kamu jika kamu mau bercerita kapan pun kepada saya," balas Mars dengan santainya.

"Maksih yah Kak, tapi aku rasa aku tidak mau curhat sekarang, mungkin kau mau pulang saja sekarang," tukas Bulan yang mengurungkan nitanya untuk curhat kepada Mars.

"Baiklah jika kamu mau pulang dan tidak bimbingan dulu mulai hari ini tidak papa, saya akan mencoba bilang baik-baik sama Pak Sri kalo kamu tidak bisa bimbingan hari ini dan mau izin," balas Mars yang kahirnya mengizinkan Bulan untuk pulang.

"Alhamdulilah… makasih yah Kak, kalo begitu aku pulang duluan ya," ucap Bukan lalu pergi begitu saja dari hadapan Mars dan segera pergi untuk pulang dan menemui Bintang. Terlihat Bulan bukan hanya saja mengkhawatirkan Bintang tetapi juga merindukan kakaknya itu.

***

"Saya bawakan ice cream untuk kamu Bintang!" ujar Galaxi kepada Bintang sembari memberikan 2 ice cream itu.

Dengan raut wajah ketus, Bintang yang melihat Galaxi memberikan ice cream itu berfikir bahwa Galaxi pasti mencoba untuk membujuknya dan merasa bersalah kepadanya karena sudah mengancam dirinya kemarin.

"Bisa gak kamu jangan tatap saya seperti itu mulu, kamu terlihat menyeramkan dan lebih menyeramkan dari sebelumnya," sambung Galaxi.

"Bang Galaxi mau ngapain sih kesini mulu, aku yang sedang sakit bisa tambah sakit tahu kalo Abang sering kesini," seloroh Bintang dengan ketusnya.

"Kamu adalah calon istri saya Bintang, jadi wajar saja kalo saya ingin bertemu kamu dan terserah saya mau sering juga bertemu dengan kamu," balas Galaxi dengan santainya.

"Cukup Bang, jangan bilang aku calon kamu mulu, aku dah bosen dengernya," protes Bintang.

"Bujuk kamu memang susah Bintang, tapi aku kan tetap berusaha untuk mendapatkan kamu bagaimanapun caranya," gumam Galaxi di dalam hatinya. Ia selalu yakin bahwa dirinya pasti bisa meluluhkan hati Bintang yang sangat keras itu.