"Bulan, kenapa kamu diam saja!" sahut Bintang sekali lagi.
"Astagfirullah… maafkan aku Bintang, aku lupa bahwa misi penyamaran kita ini bertujuan untuk membuat Bang Gala kesal, tapi aku malah…-"
"Tega yah kamu Bul! Kok kamu jadi bikin Bang Gala semakin enjoy saja mengajar," sela Bintang sembari menggelengkan kepalanya.
"Ma-maafkan aku lah Bintang, aku terlalu asyik di ajar sama Bang Gala, kalo di pikir-pikir Bang Gala asyik juga orangnya-"
"Cukup! Kamu ini yah Bulan, sangat tidak bisa pegang kata-kata kamu sendiri, bukankah semua rencana yang sudah kita susun adalah rencana kamu? Tapi kenapa kamu yang malah begini, aneh!" tukas Bintang lalu pergi begitu saja meninggalkan Bulan dengan wajah ketus.
"Bint! Bintang! Tunggu!" teriak Bulan namun Bintang tetap berjalan tanpa melirik kanan dan kiri.
"Argh! Dia benar-benar marah padaku! Sial! Bodoh memang aku ini, seharusnya aku harus sesegera mungkin membuat Bintang dan Bang Gala untuk tidak masuk ke jenjang pernikahan, dan demi mendapatkan pujaan hatiku Mars. Tapi kalo sudah begini… semuanya akan kacau," gerutu Bulan lalu ia pun segera pergi mengejar Bintang.
Di perjalanan menuju pulang, tampak Bintang diam saja dengan raut wajah ketus, sama sekali tidak mengeluarkan kata sepatah dua patah pun kepada Bulan, saat itu Bulan benar-benar di cuekin oleh Bintang.
***
Di dalam kamar, tampak Bulan sedang memandangi hujan yang menerpa dedaunan. Kedua bola matanya menggambarkan bahwa dia sedang merasakan kesedihan dan merasa menyesal, hatinya tidak bisa berbohong. Ia merasa bersalah kepada kakaknya itu.
"Hemmm…. Tampaknya Bintang masih marah padaku, kalo hujan-hujan gini, dia pasti ngajak aku makan mie atau seblak, tapi sekarang dia masih saja ngerem di kamarnya," gumam Bulan sembari menelungkupkan wajahnya di atas meja belajarnya.
Hujan malam ini seakan menggambarkan betapa dingin hatinya itu, tetesan air hujan di beberapa dahan kecil itu bergantian turun ke dasar bumi, langit yang sedikit gelap serta tidak ada tandanya hujan akan segera reda. Di pojokan sudut meja belajarnya itu, ponsel pun berdering melerai perhatiannya yang sedang bersedih.
Dert dert dert…..
Dengan raut wajah yang sedih, Bulan pun mengambil ponselnya itu dan membuka pesan dengan sangat malas, tidak ada semangat bagi Bulan untuk melakukan apapun malam itu, bahkan untuk membuka pesan pun ia tampak tidak ada gairah semangat.
"Hah! Pesan dari Pak Sri? Tumben banget Pak Atom chat aku malam-malam begini," gumamnya heran lalu Bulan pun membuka pesan itu.
[Selamat Bulan, tulisan kamu lolos sebagai karya yang akan mewakilakan sekolah dalam rangka kegiatan karya tulis anak bangsa di tingkat sekolah, kamu akan mewakilkan sekolah kita di tingkat kabupaten dalam bidang sosial masyarakat, kamu dan Bintang, akan bersama-sama dalam bimbingan kali ini, besok pergi temui Bapak di kantor]
Pesan yang sangat panjang itu, seketika membuat Bulan tidak bisa berkata-kata, pasalnya ia sangat terkejut dengan kabar yang sangat menggembirakan, dia memang sangat ingin mengikuti lomba seperti kakaknya Bintang, dan akhirnya kesempatan itu pun datang.
"Mamah…..!" teriak Bulan sembari berlari keluar dari kamarnya.
"Mah…. Mamah!" panggilnya sekali lagi di dalam ruangan rumahnya itu.
"Bulan! Ada apa? Kenapa kamu teriak-teriak begitu malam-malam begini, mamah kan jadi kaget!" tukas Bu Asa sembari keluar dari kamarnya.
"Mah! Aku berhasil!" jawabnya sembari loncat-loncat gembira.
"Berhasil apaan Bulan?" tanya Bu Asa.
"Karya tulisku lolos ke tingkat kabupaten Mah, aku akan ikut lomba juga sama kayak si Bintang! Horeeee…," ungkapnya sembari memeluk mamahnya itu.
"Bulan, Bulan…. Mamah sesak sayang di peluk kayak gini," jawab Bu Asa sembari melepaskan pelukan Bulan
"Hehe…., bentar yah Mah, aku mau kasih tahu Si Bintang dulu."
Bulan pun langsung pergi ke kamar Bintang, ia tidak merasa gengsi untuk menghampiri Bintang, seketika ia melupakan kesalahannya itu.
Tok Tok Tok…
"Bintang! Bintang… where are you….," panggil Bulan sembari mengetuk pintu kamar kakaknya itu
"Iya apa! Kita kemusuhan!" jawab Bintang dengan singkatnya.
"Ouh iya yah… si Bintang kan lagi marah sama aku," gumamnya baru sadar kembali lalu Bulan pun mulai melangkah pergi dari depan pintu kamar Bintang, namun sesaat langkahnya it uberhenti.
"Bodo ah! Aku harus ngasih tahu ke si Bintang kabar baik ini," sambung Bulan dalam gumamnya.
"Aku lolos riview karya tulis Bint, aku akan menyusulmu ke tingkat nasional setelah melewati pengujian di tingkat kabupaten ini," sahut Bulan dengan lantangnya.
Trek! Pintu itu pun seketika terbuka.
"Apah! Kamu serius?" celetuk Bintang tiba-tiba membuka pintu kamarnya dan menghadap Bulan dengan raut wajah terkejut setelah mendapat kabar bahagia itu.
"Ya! Lihatlah pesan dari Pak Atom ini!" kata Bulan sembari memberikan isi pesan dari gurunya itu kepada Bintang.
"Horeeee…."
Keduanya pun serentak melompat-lompat sambil berpelukan dan tergambar wajah gembira di wajah keduanya. Bintang pun sangat senang dengan kabar bahwa adiknya juga bisa ikut lomba, dan seketika itu pula Bintang sudah melupakan masalahnya dengan Bintang.
"Selamat yah Bulan, aku tidak menyangka kamu juga bisa lolos dan kita berdua bisa mewakili sekolah kita ke tingkat kabupaten dan nasional," ujar Bintang memberikan selamat kepada adiknya itu.
"Iya Bint… Alhamdulillah, aku kira aku tidak akan bisa seperti kamu yang bisa unjuk gigi dalam membawa karya tulis hasil kerja keras kita ini," jawab Bulan.
"Haha… besok kita harus sering gosok gigi, karena unjuk gigi akan segera di mulai," guyon Bintang membalas guyonan adiknya itu.
"Haha…," keduanya pun tertawa kembali.
"By the way… maafin aku yah Bintang, aku sungguh tida bermaksud apapun kepada kamu, aku tdai cuman reflexs dan mengalir begitu saja, dan aku pasti tahu apa yangsedang kamu rasakan, jika aku ada di posisi kamu, aku pun pasti akan marah," ujar Bulan, sesaat tiba-tiba ia mengungkapkan kesalahannya itu.
"Hemmm…. Sebenarnya aku masih ingin kemusuhan sama kamu, tapi….-"
"Kamu kangen kan! Gak bisa lama-lama diem-dieman kayak tadi," sela Bulan sembari tersenyum smirk kearha Bintang.
"Ye….. apaan sih percaya diri banget, bukan lah…. Ini sebagai bonus saja yah, karena kamu sudah berhasil lolos kompetisi tangkat sekolah, jadi kemusuhan kita berdua ini di hapus! Tapi lain kali jika kamu melakukan hal yang sama kayak tadi, aku tidak ingin memaafkan kamu," jawab Bintang ketus.
"Iya… iya… aku janji deh, gak akan mengulang hal yang sama okey!" jawab Bulan.
"Janji!" tukas Bintang sembari memberikan jari kelingkingnya kearah Bulan.
"Janji!" jawab Bulan lalu melingkarkan jari kelingkingnya juga kepada Bintang, keduanya pun tersenyum lebar, lalu berpelukan satu sama lain, pertanda di antara keduanya tidak menyimpan rasa marah lagi.
Ya, menjadi anak kembar memang tidak akan pernah beta h berlama-lama pisah ataupun berlama-lama diam-diam saja satu sama lain, rasa kehilangan akan muncul di hati keduanya dan rasa kangen pun akan timbul juga di benak seorang anak kembar.